"makan dulu, nanti perut kamu sakit lagi"
Jaemin tidak menjawab, matanya lebih tertarik menatapi segelas air yang Chenle taruh disebelah piringnya. Sekedar informasi, Jaemin sudah lelah sekarang."Itu bukan artikel sebenarnya, mama kamu cuma lagi ngobrol sama dokter itu. Percaya sama aku"
"Aku mau ikut papa.."
Chenle refleks menggebrak meja makannya sampai air didalam gelas sedikit tumpah, matanya menatap Jaemin dengan tatapan elang. "Maksudnya apaan ngomong gitu?!""Aku lelah, le.."
Chenle menggeleng ribut, tangannya sesekali memukul bahu Jaemin keras. "Aku gak suka Jaemin yang ini aku gak suka!"
Jaemin hanya membiarkan Chenle terus memarahinya, membiarkan bahunya terus dipukul oleh sahabatnya sejak kecil. "Aku gak suka Na... Tarik omongan kamu!""Aku kangen papa.."
Chenle menangis, sungguh, ia benci Na Jaemin yang ini. Ini bukan Na Jaemin yang waktu itu rela membuat Jeno mencarinya saat pulang sekolah karena mengajaknya ke toko sebelah yang kebetulan menjual buku cerita Doraemon, ini bukan Na Jaemin yang waktu itu merengek karena tidak diajak main olehnya.
"Jangan buat aku marah, Na!!!""Chenle.. kenapa temen kamu dipukul gitu? Kasihan heh"
Chenle bukannya menjelaskan malah semakin hebat menangis membuat ibunya itu bingung. "Jaemin.. kamu sedang ada masalah ya?""Bibi.. wajar kan kalau Jaemin lelah?"
"Tentu sayang, itu wajar sekali. Setiap manusia juga pasti pernah lelah"
"Kalau lelahnya ingin bertemu papa? Wajar?"
"Na Jaemin!!"Chenle baru saja membentaknya, anak yang selama ini sering memarahi Jaemin bahkan menangis hanya karena ucapan Jaemin. Ibunya Chenle hanya tersenyum, memeluk tubuh Jaemin, "tidak memikirkan mama kamu? Bagaimana kalau mama kamu ditinggal sama kamu? Kamu mau lihat dia menangis lagi?"
"Tapi aku lelah.."
"Istirahat, jalan kayak gitu gak nyelesain masalah. Istirahat sebentar, jangan berpikiran kayak gitu"
Jaemin memejamkan matanya, kepalanya pusing lagi. "Jaemin, dengarkan bibi. Kalau kamu punya pikiran kayak gitu inget mama kamu, inget temen-temen kamu juga, kamu pernah bilang kalau kamu gak suka liat temen atau mama kamu nangis waktu Chenle nangis karena jatuh. Masa kamu sendiri yang bikin mereka nangis dengan pemikiran kayak gitu? Bayangin gimana orang-orang yang kamu sayang nantinya? Mau lihat mereka menangis begitu? Mau lihat mereka juga ikut-ikutan nyerah?
Bibi tau kamu itu anak kuat, mama kamu selalu jaga kamu.. kamu juga harus jaga dia sampai tua nanti."Jaemin mengirup oksigen sebanyak-banyaknya. "Makan dulu, habis itu mandi terus pake baju Chenle aja gak papa"
***
Chenle tidak fokus belajar, pikirannya selalu mengarah pada Jaemin yang tengah memainkan ponsel milik Chenle sejak tadi. Tentu saja ia takut, Jaemin sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri, dia sudah menganggap nya sebagai keluarganya. Chenle tidak bisa membayangkan bagaimana nanti jika Jaemin benar-benar nekat melakukannya, "Jaemin-"
"Belajar aja dulu.."
Jaemin masih asik bermain game, tidak menatap Chenle yang terlihat khawatir. "Jangan""Jangan? Jangan apaan?"
"Jangan ngomong kayak tadi lagi, aku bener-bener gak suka.."
Jaemin hanya tersenyum singkat, matanya lebih fokus pada layar ponselnya. "Belajar aja, gak usah peduliin yang tadi. Belajar yang rajin biar bisa masuk universitas nanti.""Kamu?"
"Nanti aja, aku udah pinter tinggal dipanasin sebentar. Lagian masih diskors ini, beberapa hari lagi sebenernya pun. Udah sana belajar, jangan ganggu main game"
Jaemin melanjutkan kegiatannya. Tiba-tiba ia menaruh ponsel Chenle dikasur, "aku pergi dulu bentar"
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Him Nana
Fanfiction[Sequel dari 'Sweet Night'] Tepat di tanggal 13 Agustus, Seseorang lahir dan menambah cerita dihidup nya. Membuatnya bisa kembali merasakan sosok seseorang yang berharga di hidup nya "Kalian percaya adanya reinkarnasi?" [Cerita yang paling panjang y...