43. Papa terluka

1K 147 18
                                    

Jeno membukakan pintu untuk Jaemin, dahinya mengernyit heran melihat Jaemin tidak seceria biasanya.
"Hey..ada apa?"

Jaemin menggeleng lalu turun dari mobil. Begitu hendak pergi Jeno menarik tangannya, papanya itu juga sudah membungkukkan badannya agar bisa sejajar dengan Jaemin.
"Kenapa?"

"Gak apa-apa.."

"Kalau gak apa-apa kenapa cemberut?"Jaemin masih menatap wajah Jeno, senyumannya belum terlihat lagi. Padahal biasanya setiap pagi Jaemin akan memeluknya dengan senyuman manis sebelum masuk sekolah.
"Nana!"

"Oh? Itu Chenle"
Chenle berlari kecil menghampiri Jaemin, menggenggam tangan sahabatnya itu.
"Chenle diantar sama siapa kesini?"

"Sama mommy. Nana ayo masuk sekolah"
Jeno tersenyum kecil, menarik sudut bibir Jaemin dengan ibu jarinya.
"Kalau mau sekolah gak boleh cemberut. Nanti papa ajak Nana keliling lagi ya? Setelah pulang sekolah"

Barulah Jaemin mulai tersenyum lalu mengangguk. Sembari bergandengan tangan keduanya berjalan untuk segera mengikuti pelajaran.
Jeno hanya bisa menatap keduanya sampai tidak lagi terlihat karena begitu banyak anak-anak disana.
Jaemin bukannya tidak senang diantar Jeno, dia senang sekali.
Bukannya Jaemin tidak mau pergi sekolah, tapi ada satu hal yang benar-benar membuatnya takut dan rasanya ia ingin menangis.

Semalam, Jaemin bermimpi,
Bermimpi jika papa nya pergi.
Bukan pergi seperti pergi kerja atau pergi sebentar, namun pergi meninggalkannya dan tidak kembali.
Itu sukses membuatnya ketakutan hari ini. Walaupun Xiyeon sering bilang jika ia mimpi buruk, itu tidak akan terjadi, namun tetap saja Jaemin takut.
Ingin rasanya Jaemin mengatakan tidak mau sekolah dan ingin bersama Jeno untuk membuktikan mimpinya tidak akan menjadi kenyataan, tapi sudah bisa ia prediksi jika Jeno akan tetap membujuknya untuk sekolah.

Mimpinya juga tidak terlalu jelas, tapi Jaemin yakin jika dimimpinya itu adalah papanya karena seseorang memanggil nama pria dengan baju putih itu.
"Na Jaemin"

Jaemin tersentak begitu guru memanggilnya, buru-buru ia minta maaf. Lupa jika pelajaran sudah dimulai beberapa menit yang lalu.
Tapi untuk seukuran anak kecil kecil yang baru menginjak kelas 1 SD, pikiran itu terlalu jauh untuknya sampai membuatnya tidak fokus belajar.
Tapi mamanya pasti benar, itu cuma mimpi.

***

Tidak,
Jeno tidak menjemputnya.
Demi tuhan Jaemin ketakutan sekarang, bahkan sudah tidak bisa menyembunyikan ketakutannya lagi. Tangannya menggenggam tangan Xiyeon erat, Jaemin sudah menceritakan semuanya pada mamanya dan sama seperti dulu, jawabannya tetap lah itu hanya mimpi, Nana

Tapi Jeno tidak menjemput, padahal ia sudah berjanji tadi pagi. Jaemin juga sempat memaksa Xiyeon agar pergi ke kantor Jeno namun Xiyeon menolaknya, menahan tubuhnya yang hendak berlari ke luar rumah. "Papa hanya ada urusan, kata papa kalau udah pulang nanti mau ajak Jaemin keliling"

"Tapi~"

"Nana tidak percaya?"
Jaemin menggeleng pelan. Xiyeon masih menggenggam tangannya, mengusapnya lembut sembari menatap manik mata Jaemin yang penuh dengan ribuan bintang itu.
"Itu pa...ada apa denganmu?!"

Jaemin yang sudah lega Jeno pulang kembali dibuat diam. Bukannya apa-apa, namun Jeno pulang dengan keadaan wajah yang terluka. Bisa ia lihat sudut bibir ayahnya pun berdarah.
"Siapa yang memukulmu?!"

"Hanya bercanda saja.. ini bukan seperti perampokan di televisi"
Jeno mengalihkan perhatiannya begitu mendengar seseorang menangis. Jaemin menangis, tangannya terkepal erat di samping tubuhnya.
"Papa..hiks.."

"Kenapa?! Nana kenapa menangis!? Ada yang jahat sama Nana di sekolah?!"
Jaemin menggeleng, jemarinya mengusap lembut luka di wajah Jeno. Papa nya pasti kesakitan.
"Papa tidak apa-apa sayang..papa hanya bercanda dengan paman echan. Papa baik-baik saja"

"Jelaskan semuanya Lee Jeno"

"Nanti, jika aku menjelaskannya sekarang akan sulit dipahami oleh Jaemin"

"Papa harus..ke dokter"

"Mama kan dokternya. Nanti papa di kasih obat sama mama ya? Nana jangan nangis lagi.."
Jeno menarik Jaemin ke pelukannya, terkejut saat merasa jantung Jaemin berdetak kencang.
"Nana mau nemenin papa diobatin sama mama kan?"

***

"Dasar bodoh"maki Xiyeon setelah mendengar cerita suaminya. Jeno lah dalang dibalik luka-lukanya itu, dia yang meminta Haechan memukulmu untuk satu alasan.
"Aku sudah bilang itu hanya mimpi"

"Hanya? Mimpi tiga hari berturut-turut dan itu semua hanya mimpi?"

"Lee Xiyeon..kau tau bagaimana takutnya aku kehilangan seseorang. Haechan juga bilang hanya mimpi tapi apa itu bisa mengusir rasa takut ku begitu saja?"
Xiyeon menyisir rambutnya ke belakang dengan jari, ia jadi ikut bingung dan khawatir dalam satu waktu.
"Apa alasanmu meminta Haechan memukulmu hah?"

"Percaya tidak percaya..aku memiliki ide untuk menyusul Jaemin"
Xiyeon terkejut bukan main karena tidak sadar ia menampar Jeno. Membuat suaminya itu meringis karena mengenai luka yang baru saja diobati.
"Kau gila Jeno..Kau gila!!"

"Pikiran alam bawah sadar ku yang memunculkan ide itu bukan aku. Tapi tenanglah.. aku tidak akan melakukannya, percaya padaku"

"Bagaimana bisa aku percaya jika ide mu saja segila itu?!"Jeno tersenyum tipis, memeluk tubuh istrinya itu lembut. Tangannya mengusap kepala Xiyeon sembari membisikkan kata-kata penenang bagi wanita dipelukannya.
"Jika aku sampai mendapat ide bodoh itu. Pukul saja aku, tidak apa-apa. Ide bagus tadi menamparku..oh ya, tamparan mu keras juga ya?"

"Kau ini"Jeno tertawa pelan karena Xiyeon jadi marah padanya. Entahlah, ide itu tiba-tiba saja terlontar dari mulutnya dan dihadiahi pukulan oleh Haechan.
Anak itu marah besar padanya bahkan sampai mengancam akan membunuh Jeno jika sampai dia memiliki ide seperti itu lagi.
Jeno memang susah ditebak, banyak hal-hal tak terduga dari pria itu.

"Jaemin..bermimpi seperti mu, Jen.."

"Apa?"

"Dia bermimpi jika kamu akan pergi. Aku tidak tau ada apa dengan kalian berdua tapi aku berdoa semoga itu bukan pertanda buruk. Itu alasan Jaemin mengamuk agar diantarkan ke kantor mu"
Kini Jeno yang diam, apa harus ia membicarakan tentang ini pada Jong-hoon atau tidak.
"Jaemin menangis karena takut jika mimpinya itu terjadi. Dan kalian berhasil membuatku takut sekarang"

"Aku tau kenapa.."
Xiyeon menengadahkan kepalanya sedikit agar bisa menatap Jeno, menunggu jawaban dari suaminya.
"Aku dan Jaemin seperti ini karena kekurangan asupan es krim, kita makan es krim hari ini ya?"

"Kau benar-benar menyebalkan Lee Jeno!"

[]

Nyambung gak sih ceritanya?

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang