"kamu yakin mau nganterin? Aku takut kamu kenapa-kenapa nantinya. Biar aku aja ya?"Jeno mengulurkan tangannya, menolak permintaan Xiyeon sambil terus memakan nasinya. Kepalanya menggeleng sembari menatap Xiyeon horor.
"Oke oke..""Ih!"keduanya menoleh begitu mendengar Jaemin mengomel. Anak itu terlihat kesusahan mengenakan jaketnya dan diakhiri dengan melemparkan jaket miliknya ke lantai. "Eh.. gak boleh begitu, gak boleh main lempar barangnya"
"Susah mama!"
"Iya tapi gak boleh gitu. Jaemin harus belajar sabar, kalau pelan-pelan pasti bisa"ucapnya sembari memakaikan jaket pada Jaemin. Anak itu terlihat cemberut karena kesal, "kalau Jaemin seperti itu..nanti gak punya temen loh. Nana mau gak punya teman?"
"Papa kan teman Nana. Nana masih punya papa"
"Papa gak bisa terus-terusan main sama Nana. Papa juga harus bekerja dan istirahat. Tugas papa kan gak cuma main sama Nana.
Nana disekolah harus punya teman, makanya sikap Nana harus baik. Biar nanti teman Nana banyak, oke?"
Jaemin mengangguk lalu tersenyum, mengabaikan Jeno yang tak kunjung menghabiskan makanannya.Ucapan Xiyeon, berhasil mengganggu pikirannya kembali.
Ditariknya nafas dalam-dalam, berusaha mengosongkan pikirkan karena takut malah tidak fokus dimobil nanti. "Papa ayo""Nasi papa belum habis"Jaemin naik keatas pangkuan Jeno dan menarik mangkuk nasi yang tersisa tiga suapan lagi untuk Jeno. Ia mengambil sendok yang berada di mangkuk sup dan memakan sisa nasinya sembari sesekali menyelupkan sendok ke dalam kuah sup agar nasi nya tidak hambar.
"Na itu kan punya papa"Jaemin kembali turun dari pangkuan Jeno dengan pipinya yang menggembung. Tangannya menarik-narik jari Jeno agar segera pergi. "Iya iya bentar, papa ambil kunci mobilnya dulu"
Belum sempat Jeno berdiri, Jaemin sudah kembali berlari menuju kamar untuk mengambil kunci mobil papanya. Jong-hoon sampai dibuat bingung melihat Jaemin yang berlarian. "Papa juga belum ambil jaket"
Jaemin terlihat mendengus namun tetap kembali ke kamar, menyeret jaket Jeno menyapu lantai."Jaemin mau kemana?"
"Ke dokter gigi, biasa periksa. Tapi kayaknya hari ini semangat banget"jelas Jeno mengenakan mantel nya. Ia kembali ditarik oleh Jaemin agar segera pergi, tanpa pamit.
***
Jaemin sibuk mengutak-atik radio mobil, memindahkan setiap saluran hingga membuat Jeno pusing sendiri. "Na, jangan dipindahin terus, pusing papa dengarnya"
"Papa, boleh buka jendela?"
"Boleh, tapi jangan keluarin kepalanya. Nanti jatuh"Jaemin mengangguk dan segera membuka kaca mobil. Mengabaikan ucapan Jeno tadi, Jaemin dengan sengaja menyembulkan kepalanya agar wajahnya diterpa angin. "Na! Aduh..kamu ya"
Tangan kiri Jeno menarik jaket Jaemin, takut jika anaknya jatuh sementara tangan kanannya masih memegangi setir mobil. "Na..papa lagi menyetir ini. Duduk, atau papa tutup jendelanya?"
Jaemin menarik kepalanya masuk ke dalam mobil lalu kembali duduk manis. Kini ia menatap Jeno dengan wajah polosnya. Pria yang ditatapnya pun mati-matian menahan gemas, melupakan rasa kesalnya tadi.
"Aishh... lama-lama aku gila melihat mu Na"
Mobil Jeno mulai masuk ke parkiran. Jaemin juga terlihat senang dan segera meminta Jeno agar membuka pintu mobil."Sebentar Jaemin, sebentar"
Jeno turun lebih dulu lalu membukakan pintu untuk Jaemin. Ia hanya menatap anaknya yang berlari duluan tanpa menunggunya, "ya..aku supir mu bukan papamu""Tidak! Bukan supir..tapi papa Nana"Jeno tersenyum kecil lalu mengikuti Jaemin sembari memasukkan tangannya ke dalam saku mantel abunya. Jeno benar-benar terlihat tampan dengan mantelnya itu, bahkan menarik perhatian beberapa wanita lain. "Habis aku kalau Xiyeon tau banyak yang memperhatikan ku"
Xiyeon juga pernah mengalami hal yang sama dengan Jeno. Saat itu keduanya tengah berbelanja di supermarket. Jaemin juga masih berada didalam kandungan, baru tiga bulan.
Banyak yang memperhatikan Jeno dan sesekali berusaha memanggilnya. Yang dipanggil pun terkadang tersenyum membalas sapaan orang yang bahkan ia tidak kenali. Xiyeon mengawasinya sejak awal dan saat pulang kerumah wanita itu malah mengomel hingga meminta Jeno agar tidak pergi lagi ke supermarket. Ia marah karena Jeno malah meladeni wanita-wanita yang memanggilnya dan berakhir dengan menyuruh Jeno tidak keluar rumah selama seminggu.
Menyeramkan memang."Ternyata kamu sudah menemukan dokter mu ya"Jaemin menunjukkan cengiran nya karena ia berhasil menemukan dokter giginya lebih dulu.
"Sepertinya Jaemin sangat semangat diperiksa ya""Dia bahkan tidak mau diam saat perjalanan kesini"Suho, dokter gigi yang memang sudah menjadi dokter yang memeriksa gigi Jaemin selama ini. Makanya Jaemin bisa dengan mudahnya menentukan Suho tanpa perlu menanyakannya pada Jeno.
"Papa tunggu diluar ya?""Iya"Jeno mengangguk lalu duduk di kursi. Tangannya dengan lihat menggeser layar ponselnya. "Oh tuhan..dia benar-benar tampan..aku ingin memiliki suami sepertinya"
Jeno tidak tuli, ia mendengar nya dengan jelas. Untungnya tadi Jeno berhasil melarang Xiyeon ikut atau mungkin Jeno akan habis diomeli oleh istrinya itu.
"Dia mengantarkan siapa tadi?""Aku rasa keponakannya"
"Maaf, tapi dia anak saya"ucap Jeno seraya tersenyum. Bukannya terkejut, wanita itu malah tidak percaya dengan ucapan Jeno dan kembali memujinya karena wajahnya begitu tampan,
"Dokter itu memang lama memeriksa Jaemin apa sengaja sih.."omelnya mulai risih dengan orang-orang yang memandanginya.Jeno semakin menundukkan kepalanya karena mulai kesal mendengarnya. Ia tahu ia tampan, tapi tidak begini juga. Jangan salahkah Jeno kenapa memiliki wajah yang tampan, tanyakan saja pada Tuhan karena menciptakan pria sepertinya. Setelah cukup lama berselang, Jaemin keluar dari ruang periksa sembari menunjukkan mainan barunya yang diberikan dokter.
"Wahai dokter Suho, kamu memang sengaja memperlama pemeriksaan?"omelnya dibalas tawa oleh Suho."Tentu saja tidak.."
"Papa! Kata dokter gigi Nana bagus"Jeno tersenyum puas karena Jaemin mampu membuat beberapa wanita diam. "Ayo Na, mau pulang?"
"Makan es krim!"
"Heh..baru juga periksa gigi"
"Please.."Jaemin menatap Jeno dengan matanya yang terlihat memiliki ribuan bintang didalamnya. "Kau ini..yasudah ayo"
"Hehe, gendong"Jeno menuruti keinginan Jaemin dan segera pergi dari tempat itu. Sepertinya jika pemeriksaan lagi ia benar-benar harus mengajak istrinya, harus.
***
"Udah ya kita pulang, nanti mama marah loh"
"Beli permen kapas"
"No! Papa gak mau kamu sakit gigi"
"Please..Nana mau itu"
"Na, sakit gigi itu bukan hal kecil. Bagaimana kalau gigi Nana dicabut karena makan permen setelah makan es krim? Hari selasa, saat pulang sekolah papa janji ajak Nana beli permen kapas. Oke?"Jaemin mengangguk menurut. Jeno hanya tidak ingin Jaemin kembali sakit gigi seperti dulu. Bisa-bisa Jaemin tidak mau bicara padanya karena giginya sakit.
"Ayo pulang, jangan bilang ke mama beli es krim kalau gak mau dimarahin"
"Siap"
Wahai Lee Xiyeon, suami dan anakmu ini sudah menyimpan banyak kebohongan di belakang mu.[]
Menurut kalian ini alurnya kelamaan gak sih? Kalau kelamaan aku mau skip aja...paling sekitar 3 tahun? Kalau di skip berarti Nana jadi kelas 4.
Kalau gak mau juga gak papa, lagi melimpah idenya ini😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Him Nana
Fanfiction[Sequel dari 'Sweet Night'] Tepat di tanggal 13 Agustus, Seseorang lahir dan menambah cerita dihidup nya. Membuatnya bisa kembali merasakan sosok seseorang yang berharga di hidup nya "Kalian percaya adanya reinkarnasi?" [Cerita yang paling panjang y...