10. Hampir saja

2.2K 246 4
                                    

Selang seminggu dan Jaemin juga sudah sehat, sudah ceria seperti hari-hari sebelumnya
Hari ini rencananya mereka bertiga akan pergi ke mall karena Haechan mengajak mereka, awalnya Jeno menolak sebelum Jaemin memukulnya karena tidak pergi

Sekarang Jaemin malah asik bercanda dengan Jeno sembari menunggu istrinya yang katanya mau belanja tadi
"Satu tambah satu?"

"Uhm?"

"Satu..tambah satu..berapa?"

"Tiga!"Jeno mengerutkan dahinya, padahal sudah tiga kali ia mengatakan jika jawabannya dua bukan tiga
"Dua Na..dua"

"Bukan...tiga! Satu tambah satu itu tiga"

"Satu tambah satu itu dua Na, ya masa tiga, kan satunya cuma dua"Jeno mengangkat telunjuk dan jari tengahnya, menunjukkan jika jumlahnya dua
"Tiga papa..tiga"

"Terserah Nana aja.."final Jeno lama-lama kesal juga, mulutnya membulat melihat Haechan baru sampai dengan istrinya, padahal janjinya sejam yang lalu
"Nana kalau sudah besar jangan kayak paman echan, telat mulu"

"Enak saja! Telat gimana nya coba?"

"Yakk! Kau bilang sudah harus disini sejam yang lalu sedangkan kau baru datang sekarang!"Jeno mendengus kala melihat Haechan yang malah memperhatikan cengiran nya

"Ya maaf..mobil ku habis bensin makanya harus ke pom bensin dulu"Jeno memutar bola matanya malas, memilih kembali mengobrol dengan Jaemin
"Xiyeon mana?"

"Ah..dia disana. Sedang memilih baju"Somi mengangguk paham lalu berlari menuju toko yang ditunjuk Jeno
"Istri kita akan lama memilih baju"

"Jangan bawa-bawa Xiyeon dan aku, hanya kamu"ketus Jeno menatap Haechan sinis

"Kau masih marah? Na Jaemin, ayahmu itu~aduh aduh!"Haechan meringis kala Jaemin malah mencubit tangannya keras, bahkan sampai memerah
"Astaga..
Anak papa pintar sekali! Nanti jangan dicubit aja ya? Pukul, tendang, gigit, lemparin ke laut sekalian"tambah Jeno semangat karena Jaemin malah tertawa setelah mencubit Haechan
"Kau ini teman macam apa.."

"Teman macam apa yang membuat temannya menunggu disini sejam hah?!"Haechan memalingkan wajahnya, kalau sudah adu mulut dengan Jeno dia juga yang akan kalah
Apalagi kalau baku hantam, bisa-bisa ia yang masuk rumah sakit

"Haechan tolong jaga Jaemin sebentar, aku mau ke toilet"

"Jangan cubit paman lagi.."rengut Haechan menatap Jaemin dipangkuan nya

"Papa mau kemana?"

"Ada urusan, urusan alam"

"Alam?"

***

Jeno menghentikan langkahnya saat ponsel di saku celananya berdering, Haechan menelponnya
"Apa? Mau bilang kamu malas jalan sampai harus menelpon?"

"Jangan buat aku semakin panik! Jaemin hilang!"

"Mwo?!"Haechan menatap layar ponselnya, panggilannya terputus begitu saja
Demi apapun dia benar-benar panik sekarang, Jaemin hilang sedangkan Jeno tidak pernah mau Jaemin kenapa-napa

Tamat riwayat ku

Tadi Haechan ingin membeli makanan untuk Jaemin, bahkan tangan anak itu tetap berada digenggamannya
Hanya tadi saat membayar, Jaemin sudah tidak ada disebelahnya
Seingatnya Jaemin berdiri tepat disebelahnya sebelum ia membayar tadi
"Na Jaemin!"

Disisi lain juga Jeno tak kalah panik, anaknya menghilang sekarang
Matanya menatapi setiap anak kecil yang ia temui, berharap jika Jaemin segera ia temukan
Bayangan yang menakutkan mulai menghantui pikirannya, langkahnya menjadi lebih cepat sebelum hal yang tidak ia inginkan terjadi pada anak kesayangannya itu
Beberapakali juga ia mengucapkan maaf karena tak sengaja menyenggol orang lain

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang