32. Kebun binatang

1K 157 14
                                    

Jaemin sudah siap dengan topi berwarna merah dan tasnya yang berisi camilan untuknya.
Saat bangun tidur tadi Jaemin sempat menangis karena tau jika ia pergi tidak satu mobil dengan Jeno melainkan bersama-sama dengan teman-temannya.

Jadi Jeno harus menjelaskan dulu pada Jaemin jika mereka akan bertemu di kebun binatang. Mereka akan mengikuti bis dimana Jaemin berada bersama teman-teman yang lainnya.
"Ayo, gak ada yang ketinggalan?"

Xiyeon mengangguk lalu mengikuti Jeno yang berjalan keluar rumah menyusul anaknya. Tak lupa wanita itu mengunci pintu rumah sebelum masuk ke mobil. Selama dijalan Jaemin tidak berhenti bicara, dari mulai menjelaskan tentang sekolahnya sampai bernyanyi.
Sesekali Jeno menegur Jaemin yang semakin keras bernyanyinya, mengalahkan suara dari radio yang Jeno nyalakan.

"Nanti Nana ketemu sama papa disana ya? Jangan nakal di bis nya"Jaemin mengangguk lalu berlari untuk bergabung dengan barisannya. Belum lama Jaemin kembali lagi lalu menyuruh Jeno dan Xiyeon untuk menurunkan tubuhnya. Anak itu mengecup pipi Xiyeon lalu Jeno dan kembali bersama teman-temannya.
"Dikira ada apa.."

"Kita kan mengikutinya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan"ujar Xiyeon melihat Jeno sedikit tidak tenang. Padahal hanya berpisah beberapa langkah saja sudah seperti akan berpisah jauh sekali.
"Aku hanya khawatir.."

"Guru-guru juga bersama mereka, mereka baik-baik saja. Ayo masuk mobil, bis nya mau berangkat"

"Tidak bisa jika aku naik bis juga?"

"Lee Jeno.."Jeno bergidik seram melihat tatapan elang Xiyeon, buru-buru ia masuk ke dalam mobil saat murid-murid mulai memasuki bis.

***

Kira-kira sejam yang lalu mereka sampai di kebun binatang. Murid-murid yang lainnya pun ditemani orang tua mereka hanya saat berkeliling orang tua tidak ikut dan dipinta menunggu di tempat istirahat saja, gazebo lebih tepatnya.
"Padahal aku ingin merekamnya"

"Memangnya kau gurunya? Komen mulu dari tadi"
Jeno menatap ponselnya yang bergetar,
"Sebentar ya"

Xiyeon menatap lamat Jeno yang menjauh hanya untuk mengangkat telpon. Dia berhak untuk curiga kan?
"Mama!"
Xiyeon tersenyum saat Jaemin berlari ke arahnya. Ia sempat balik lagi untuk mengambil topinya yang terjatuh.

"Papa mana?"

"Lagi ngangkat telpon. Seru gak?"

"Seru, Nana lihat jerapah tadi"

"Tinggi gak?"

"Tinggi banget, Nana pendek tadi"Jaemin mengangkat tangannya memeragakan tinggi Jerapah lalu meminum air yang Xiyeon sodorkan.
Wanita cantik itu kembali menatap Jeno yang senyum-senyum sendiri sembari terus menelpon dan tidak menghiraukan kedatangan Jaemin.
"Mama..mau wich!"

"Wich?"

"Itu loh..yang Papa buat tadi pagi"

"Oohh.. sandwich? Astaga anak mama lucu sekali sih"Xiyeon mengambil kotak bekal dari dalam tas yang berisi keperluan Jaemin, memberikan sepotong roti lapis pada Jaemin yang terlihat kelaparan.
"Hey, anak papa udah makan aja"

"Papa papa..tadi Nana lihat gajah. Besar banget! Gajah nya lagi makan juga kayak Nana"

"Nana mau jadi gajah gak?"

"Gak mau.. gajah gendut"Xiyeon menutup mulutnya menahan tawa saat Jaemin berkata seperti itu. Anaknya benar-benar polos sekali sampai mengatakan jika tidak ingin seperti gajah karena gendut.
"Nanti papa suruh gajahnya olahraga biar gak gendut"

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang