52. Secangkir coklat panas

967 128 20
                                    

Hari ini suhu udara cukup dingin, orang-orang beraktivitas seperti biasa dengan jaket yang melekat pada tubuh mereka masing-masing. Begitupun dengan Na Jaemin yang tidak kunjung pergi ke sekolahnya.
"Papa tidak mau pakai jaket.."

"Nana sayang, diluar lagi dingin. Papa gak mau kamu sakit, okay?"
Jaemin mengerucutkan bibirnya, ia masih menolak untuk memakai jaket. "Nana dengerin papa, emangnya Nana mau lihat papa nangis lagi waktu lihat kamu sakit?"

"Gak mau.."

"Nah, artinya anaknya papa ini harus jaga kesehatan biar gak sakit oke? Diluar lagi dingin banget. Papa juga nanti mau pake jaket kok. Sini pake jaketnya nanti telat masuk sekolahnya loh"
Jeno tersenyum ketika Jaemin akhirnya mau mengenakan jaket, bahkan tubuhnya yang mungil malah semakin mungil karena jaket yang digunakannya cukup tebal. "Nanti papa bikinin sesuatu pas pulang sekolah"

"Bikin apa?"Jaemin memiringkan kepalanya,
"Rahasia..ayo. Kita pergi ke sekolah!"

***

Semenjak kejadian dimana Jaemin jatuh, Jeno lebih ekstra dibanding sebelumnya. Jeno selalu memastikan jika ia sendiri yang mengantarkan Jaemin sampai gerbang sekolah. Memastikan jika kejadian itu tidak akan pernah terjadi lagi.
"Nanti papa yang jemput Nana kan?"

"Tentu.."
Jaemin tertawa kecil lalu menepuk-nepuk pipi papanya. "Dadah papa.."

"Belajar yang rajin ya?"Jaemin mengangguk lalu berjalan meninggalkan gerbang. Jeno masih setia menatap Jaemin yang sesekali menoleh ke belakang menatapnya. "Oh? Ayahnya Na Jaemin kan?"

"Ah iya.."Jeno buru-buru berdiri begitu guru dari Na Jaemin itu menyapanya. "Maaf atas kejadian hari itu.. seharusnya pihak sekolah lebih memperhatikan kondisi sekelilingnya"

"Na Jaemin juga sudah baik-baik saja jadi tidak perlu dipikirkan lagi".
Irene namanya, guru berparas cantik nan anggun itu memanglah wali kelas Na Jaemin, yang pernah menunjukkan gambaran Jaemin padanya. "Maaf, tapi bagaimana Jaemin di kelasnya?"

"Dia anak yang benar-benar pintar. Disaat teman-temannya belum paham dengan materi yang saya berikan Jaemin mampu memahaminya dengan cepat. Dia juga yang paling rajin ikut kuis setiap hendak pulang sekolah"
Jeno terdiam mendengarkan ucapan Irene. Bukan hanya sikap tapi kemampuannya pun menurun sama persis dengan adiknya. "Saya permisi dulu ya"

"Ah baik.. terimakasih banyak"Jeno pergi dan masuk ke mobil, memikirkan perkataan Irene tadi. Matanya menelusuri foto yang memang Jeno tempelkan khusus di dalam mobil. "Tidak Na..aku tidak akan mengekang mu..kamu bebas melakukan apa yang kamu suka mulai sekarang"

***

"Nana nana nana!"Jaemin menoleh mendapati Chenle yang datang dan duduk disebelahnya. Walaupun sekelas mereka tidak duduk bersebelahan, namun berharap jika pembagian tempat duduk yang akan dilakukan beberapa minggu lagi akan menempatkan mereka dalam meja yang sama bukanlah hal yang salah.
"Kemarin Renjun hyung memberikan ini untukku. Katanya satu lagi kasih buat Nana"

Jaemin menatap kotak yang berisi kue berbagai bentuk. Ukurannya yang cukup kecil membuat anak itu begitu antusias.
"Terimakasih..bilang pada Renjun hyung ya? Bilang kata Nana terimakasih"ujarnya sembari menatap kue nya dengan senang.

"Nana..nanti aku kerumah kamu boleh ya? Kita main bareng"

"Boleh!"jawab Jaemin semangat, akan sangat menyenangkan bila Chenle berkunjung ke rumah nya. "Nanti aku bawa buku cerita yang banyak!"

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang