Posesif? Xiyeon akui itu. Jaemin bahkan lebih galak dibandingkan dengan Jeno dulu. Anak itu bisa mengomel terus semisalnya mama nya tidak mau mendengarkannya. Bahkan saat Xiyeon batuk karena tersedak makanan Jaemin malah menyuruhnya minum obat dan tidak masuk kerja.
Buktinya sekarang Jaemin tengah mengomel padanya, menyuruhnya untuk tidak dekat-dekat dengan dokter baru itu.
"Mama denger gak?!""Denger astaga..itu bentak-bentak kayak gitu mama gak suka ya"
"Ya maaf, mamanya diem aja dari tadi pasti gak dengerin. Tau ah"
"Heh! Mau kemana?"
"Nyari anak ayam!"
Xiyeon terdiam, menatap pintu yang kembali tertutup. "Sejak kapan Jaemin suka anak ayam?"***
Jaemin diam. Kakinya seakan tidak bisa digerakkan. Matanya menatap tempat yang entah kenapa ia pergi kesini. "Tidak tidak..aku mau pulang"
Jaemin berbalik, menjauh dari sana. Sial, ia lupa membawa ponselnya. Jalanan saat ia ketempat itu begitu sepi tapi sekarang menjadi ramai. Suara kendaraan menggema ditelinga nya dengan suara klakson yang terus mendominasi. Kepalanya kembali mengingat bagaimana rekaman CCTV memperlihatkan mobil Jeno, bagaimana ia melihat papanya sudah terbaring dengan kemeja putih yang penuh darah, bagaimana ia melihat pelaku yang menabrak ayahnya sendiri.
Tangannya meremat kedua telinganya, kepalanya seakan dipukul berulang kali. Kakinya melemas, membiarkan Jaemin jadi berlutut. Matanya sudah berair menahan tangisannya. Mama nya tidak ada disini, tidak ada siapapun yang mengenalnya disini.Jika saja Jaemin tidak melamun dan pergi ke pemakaman, jika saja dia tetap dirumah dan tidak kemana-mana. Kepalanya tidak akan sakit seperti ini lagi, dadanya tidak sakit dan telinganya tidak berdenging. Tubuhnya ambruk ke tanah setelah tidak kuat menahan rasa sakitnya, mengabaikan beberapa orang yang berusaha menolongnya sekarang.
"Papa lihat kan? Aku masih sakit. Papa harusnya marah lihat aku sakit kayak gini"
***
Matanya berkedip menyesuaikan cahaya yang masuk, memandangi ruangan serba putih.
Sial, tempat ini lagi. Jaemin mendudukkan dirinya, menatap selang infus yang terpasang pada tangannya. Ia menyibak selimut berwarna biru itu, mencabut begitu saja jarum infus yang semula terpasang di punggung tangannya. Membiarkannya terus mengalirkan darah, Jaemin tidak mau disini.Beberapa perawat terlihat terkejut begitu Jaemin keluar dari ruangannya dengan tangannya yang sudah berdarah. "Maaf tapi seharusnya anda-"
"Diam"sarkas Jaemin kembali berjalan,
mengabaikan kepalanya yang masih pusing. "Jaemin! Siapa yang menyuruhmu untuk keluar hah? Kenapa kau mencabut infusannya!"
Jaemin menepis tangan Mark. Menatap pria itu dengan matanya yang berkaca-kaca,
"Sejak kapan aku mau menginjakkan kaki ku disini lagi?""Kamu pingsan..untung ada orang yang menolongmu. Kau gila ya? Kau butuh istirahat"
"Diam kau bedebah! Kalian... kalian semua yang membuat ayah ku sendiri mati. Kalian tidak menyelamatkannya!! Apa seperti itu pantas disebut dengan petugas medis hah?! Jawab aku!!"semuanya terdiam mendengar Jaemin yang masih menaruh dendam pada rumah sakit ini.
"Seperti apa kehilangan seseorang seperti itu dimata kalian hah?! Kalian benar-benar tidak memiliki hati. Kalian semua yang membuat ayahku mati! Itu pun termasuk dengan kau, dokter Mark Lee"Jaemin kembali berjalan, tangannya lagi-lagi ditahan oleh Mark.
"Lepas. Aku bilang lepas bodoh!"Beberapa orang memekik melihat Mark menampar pipi Jaemin. "Sadar Na Jaemin!! Kau ini seperti orang gila disini!! Tenangkan dirimu. Jangan seperti ini"
Jaemin tersenyum pada Mark. Siapa yang menyangka anak yang dulunya selalu mencari Mark ketika sudah bertengkar dengan Jeno kini malah memukul pria itu hingga tersungkur di lantai. Xiyeon buru-buru memeluk Jaemin yang masih memberontak sembari terus memaki Mark.
"Mama tidak pernah mengajarkan anak mama memukul orang seperti ini..""Memang. Tapi dia, dia sendiri yang tidak datang saat papa sekarat. Dan mama kira aku tidak pernah membenci mama? Mama juga yang membuat papa tidak pulang!!"
Mark masih memegangi rahangnya, pukulan Jaemin tidak main-main sampai terlihat memar.
"Mama mohon jangan seperti ini ya? Mama mohon Na Jaemin...""Kau. Kau hanya berkata manis padaku. Jika kau datang lebih cepat papa tidak mungkin seperti ini. Kalian semua iblis!!"Xiyeon sudah menangis sembari terus memeluk Jaemin, menyuruhnya untuk tenang.
"Kalian...kalian semua..."Jaemin kembali tak sadarkan diri, untungnya Xiyeon memeluknya jadi tubuh Jaemin tidak membentur lantai keras. Mark menghampiri Jaemin, menggendong nya untuk dibawa kembali ke kamar. Xiyeon tidak pernah menyangka Jaemin akan menjadi seperti ini, memukul pria yang terus menguatkannya selama ini. Jaemin terlalu emosi mungkin.
Mark mengobati tangan Jaemin yang masih mengeluarkan darah, ia memasang kembali infusan dilain tangan."Aku minta maaf karena Jaemin memukulmu. Tapi aku juga tidak suka melihatmu main fisik pada anakku"
"Maaf...hanya itu yang bisa membuat Jaemin diam. Jika aku tidak melakukannya Jaemin akan lebih membabi buta nantinya"
"Obati lukamu dulu. Aku tidak yakin istrimu akan mengabaikan luka yang terlihat jelas seperti itu"
"Ini bukan apa-apa. Jaemin benar, aku tidak menyelamatkan papanya dulu. Aku telat datang, jika saja aku tidak pergi kemana-mana dan tetap di rumah sakit Jeno pasti masih ada"
Mark menangis. Ia menangisi diri sendiri dan juga Jaemin, anak itu benar-benar berubah sekarang.
Tidak ada lagi Na Jaemin yang lemah lembut, perkataannya pun yang dulunya pelan kini malah bisa memaki."Biar aku yang menjaganya. Obati lukamu dulu"
"Xiyeon..Jaemin masih menyuruhmu berhenti jadi dokter?"
"Untuk sekarang tidak. Tapi terkadang dia masih memintaku untuk berhenti"Mark mengangguk. Ia semakin paham alasan Jaemin bekerja paruh kala itu.
"Aku bekerja untuk mencari uang. Tentu saja itu, aku tidak mau mama jadi dokter. Biar aku yang bekerja, mama hanya perlu diam dirumah. Sampai sekarang aku tidak pernah suka dengan pekerjaan mama, termasuk pekerjaan paman juga"
Itu ucapan Jaemin saat Mark menanyakan alasan mengapa Jaemin kerja paruh waktu."Ambil cuti lagi saja. Aku tidak yakin Jaemin akan bisa mengontrol emosinya lagi jika kamu masih harus bekerja saat Jaemin seperti ini. Hanya beberapa hari sampai Jaemin kembali baik, jangan dulu mengurus tentang rumah sakit. Masih banyak dokter yang bisa menggantikan mu."
"Lalu.. kamu?"
Mark mengendikan bahunya,
"Kemungkinan setiap aku kesini tidak akan mengenakan jas ini. Aku akan memeriksa nya setiap dia tertidur saja.
Xiyeon, kau wanita yang hebat. Istriku mengajakmu untuk bertemu, ada hal yang perlu dibicarakan denganmu katanya"[]
Bawang huh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Him Nana
Fanfiction[Sequel dari 'Sweet Night'] Tepat di tanggal 13 Agustus, Seseorang lahir dan menambah cerita dihidup nya. Membuatnya bisa kembali merasakan sosok seseorang yang berharga di hidup nya "Kalian percaya adanya reinkarnasi?" [Cerita yang paling panjang y...