55. Teman rahasia

823 136 17
                                    

Jeno melirik Jaemin yang tampak bersenandung sembari menepuk-nepuk tangannya. Sesekali berteriak jika ada mobil yang ia suka atau melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Jaemin baru saja pulang sekolah dan rencananya mereka akan pergi ke rumah Jong-hoon. Mumpung besok Jaemin libur karena guru-guru di sekolah nya rapat.
Lalu bagaimana dengan Jeno? Tidak usah pedulikan dia.

"Papa papa lihat! Nana ingin punya mobil seperti itu.."

"Nanti kalau sudah besar, papa beli untuk Nana"

"Mau sekarang"

"Nana aja belum tinggi, bagaimana cara menyetirnya?"Jaemin menatap Jeno sengit, bisa-bisanya ayahnya itu menyebutnya pendek secara tidak langsung.
"Menyebalkan"

Mata Jeno membulat, darimana Jaemin belajar mengumpat seperti itu. "Siapa yang mengajarkan mu berkata seperti itu?"

"Paman Mark"Jeno mendengus, Mark masih saja suka mencuci otak Jaemin secara perlahan.

***

"Jaemin mana?"tanya Jeno sembari mengancingkan bajunya. Mereka sudah bersiap untuk pergi ke rumah Jong-hoon namun tidak ada tanda-tanda keberadaan Jaemin. "Dikamar mungkin? Daritadi juga disini gak ada dia"

Jeno kembali menaiki tangga untuk memanggil Jaemin, baru saja memegang kenop pintu samar-samar Jeno mendengar seseorang yang berbicara dari arah dalam kamar.
"Iya..nanti Nana beri tau papa ya?"

Jeno tersenyum kecil, mungkin Jaemin tengah bermain dengan bonekanya. "Na, ayo.. kamu ngomong sama siapa?"
Jeno menatap Jaemin yang duduk di lantai sembari menggambar. Tidak mungkin kan Jaemin mengajak gambarannya mengobrol."kamu ngobrol sama siapa?"tanya Jeno sekali lagi dan berjongkok di sebelah Jaemin.

"Sama temen Nana"

"Siapa? Nana cuma sendiri disini"

"Nana tadi ngobrol sama temen Nana. Tadi dia bilang papa harus jaga kesehatan, jangan terlalu cape kerjanya"Jeno menatap ke seluruh penjuru kamar Jaemin, tidak ada siapa-siapa disana. Bahkan Jeno bersumpah jika Jaemin hanya sendiri disini.
"Kamu cuma sendiri disini Na, gimana ceritanya ada yang ngomong sama kamu tapi orangnya gak ada disini"

"Tadi disini, temenin Nana menggambar"

"Udah ah, ayo. Nanti keburu sore ke rumah kakeknya"final Jeno mulai takut sendiri dengan ucapan Jaemin. Anak itu menaruh dagunya di bahu Jeno, tangannya melambai pelan ke arah lemari kamarnya.
Tanpa Jeno sadari, Jaemin tersenyum. Tersenyum ke arah seseorang didalam kamarnya.

***

"Wah..cucu kakek sudah sampai, peluk dulu sini"Jaemin memeluk Jong-hoon sembari tertawa kecil karena Jong-hoon menggelitiki nya. "Kalian menginap kan?"

"Iya.. sesuai janjiku"Jong-hoon tampak senang dan mengajak Jaemin untuk bermain. "Ke kamar duluan saja. Istirahat, oke?"

Xiyeon mengangguk dan pergi untuk beristirahat. Sementara Jeno mengikutinya untuk menaruh tas berisi baju mereka di kamar. Ditatapnya rumah yang tak pernah berubah sejak dulu, meninggalkan aura khas milik seorang anak dulu.
Jeno mengintip ke dalam ruang kerja Jong-hoon. Bukan hanya foto Yoonji saja yang banyak sekarang namun foto Jaemin ikut menghiasi dinding ruangan itu. Duduk di kursi kerja milik sang ayah dan menatapi setiap foto. Apalagi saat melihat foto ibunya yang memang berukuran cukup besar. Disebelah ada foto Jaemin juga, sepertinya Jong-hoon benar-benar merindukan anak bungsunya.

"Papa"

"Hey..mana kakek?"

"Tadi kakek mengobrol jadi Nana tinggal. Oh?"matanya mengedip lucu menatap foto Yoonji, "itu teman Nana!"

Dahi Jeno mengerut, menatap Jaemin dan foto Yoonji bergantian. "Itu yang bilang kalau papa harus jaga kesehatan"

"N-nenek?"

"Nenek? Itu nenek Nana?"

"Iya.."

"Bukan, itu teman Nana. Yang menemani Nana saat tidur"Jeno menarik nafasnya dalam-dalam, tangannya memegang meja kerja Jong-hoon erat. Telinganya tiba-tiba berdenging diiringi dengan suara adiknya. "Papa! Papa kenapa?!"

Jeno masih berusaha mengendalikan dirinya, nafasnya memburu dan keringat dingin mulai bercucuran membasahi pelipisnya. Ditatapnya Yoonji dengan takut,
Dan sekarang Na Yoonji lah ketakutan terbesarnya. "N-na..Nana jangan main... sama teman Nana lagi ya?"

"Kenapa? Teman Nana baik kok"

"Pokoknya jangan! Dengarkan papa-Argh!"Jaemin menatap Jeno panik begitu papanya memegangi kepalanya. "Mama!! Mama papa kenapa?!"

***

Jaemin masih memandang Jeno takut, tadi Jong-hoon yang menyuruh Jeno untuk beristirahat namun sampai sekarang belum juga bangun. "Papa..papa sakit? Ayo ke rumah sakit.."

"Na, papa nya jangan diganggu dulu. Biarin istirahat dulu ya? Coba cerita sama mama tadi papa kenapa"

"Nana gak tau..tadi Nana lihat foto nenek..papa tiba-tiba bilang jangan main sama nenek lagi...terus papa teriak sambil pegang kepala. Ma...Nana takut, papa tidak sakit kan?"

"Tidak, papa mu hanya kelelahan. Makanya jangan diganggu dulu ya?"
Jaemin mengangguk pelan, kembali menatap Jeno yang masih terlelap. Jaemin naik ke atas kasur lalu menyentuh lengan Jeno. Mengusapnya lembut sebelum ia ikut berbaring. "Papa jangan gitu lagi...Nana takut.."

Xiyeon hanya tersenyum, sulit jika harus menjelaskannya pada Jaemin sekarang. Jeno hanya masih tertekan saja sampai sekarang. "Nana temani papa ya? Mama mau buat bubur untuk papa"
Anak itu mengangguk, menatapi wajah Jeno kembali.

Papanya lebih pucat dibandingkan sebelumnya, "papa jangan gitu..papa jadi kayak hantu. Seram"
Jaemin mendekatkan tubuhnya dan memeluk Jeno, mendengarkan detak jantung Jeno yang mulai tenang kembali. Matanya perlahan menutup, ikut mengantuk setelah memperhatikan Jeno yang tertidur.

Sedangkan Jong-hoon masih diam diruang kerjanya, memandangi foto istrinya. "Yoonji..jangan buat Jeno ketakutan seperti itu. Jangan buat dia merasa kau akan mengambil Jaemin kembali aku mohon...biarkan dia bahagia"

"Kamu yang bilang tidak akan mengambil Jaemin padaku..tapi jangan buat Jeno jadi takut seperti itu"lirihnya, tatapannya kini mengarah pada foto Jaemin. "Kamu sudah pernah membawa Jaemin..kamu pasti melihat bagaimana Jeno saat itu. Na Jaemin...appa mohon jangan pergi menemui eomma mu lagi ya?"
Jong-hoon terdiam sejenak sebelum indera pendengarannya mendengar sesuatu yang terjatuh.

Buru-buru ia mengeceknya dan mendapati Jeno tengah memangku Jaemin sembari mengusap-usap kepalanya. "Kenapa?"

"Jaemin tidur terlalu pinggir, jadinya terjatuh. Sshhh..jangan menangis lagi"
Jeno mengecup dahi Jaemin sembari terus mengusap kepalanya. "Istirahat lah lagi, tenangkan pikiran mu dulu"

Jeno hanya mengangguk, tatapannya masih mengarah pada Jaemin. Menimangnya agar kembali tertidur.
Untungnya Jeno langsung sadar jika Jaemin terjatuh tadi dan berhasil ia tenangkan sebelum menangis hebat karena jatuhnya pun cukup keras.
Ditatapnya wajah Jaemin yang sedikit memerah. Tangan Jaemin masih menggenggam baju Jeno erat, terkejut juga karena bisa jatuh tadi.

Jeno kembali membaringkan Jaemin di kasur, mengusahakan agar jauh dari pinggir kasur. Tangan besarnya memeluk tubuh kecil Jaemin, menepuk-nepuk kakinya lembut.
Keduanya kembali tertidur lagi, tentunya setelah memastikan jika Jaemin aman dipelukannya.

[]

Aku mengantuk gara-gara Jeno;)

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang