137. Na Jaemin dan bintangnya

523 92 10
                                    

"Kejar impian kamu, jangan biarin orang lain rebut itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kejar impian kamu, jangan biarin orang lain rebut itu.
Kamu juga berhak untuk bahagia dengan hasil kerja kerasmu selama ini"

boleh di setel lagunya kakak~~

------------


Jaemin yang hendak tidur kembali terbangun, memiringkan kepalanya menatap salah satu stiker di langit-langit kamarnya. Ia turun dari kasur dan mengambil kursi, menaikinya agar bisa meraih stiker itu.
Sudah mulai mengelupas, Jaemin belum pernah mengganti stiker-stiker nya. Walaupun ia sudah dapat stiker yang sama persis seperti pemberian Jeno, ia masih tidak ingin menggantinya. Rasanya pasti akan berbeda melihat stikernya ditempel oleh tangannya sendiri. Tapi sayang juga sudah mulai mengelupas.

Jaemin turun untuk mengambil kotak dibawah kasurnya, kotak yang berisi stiker-stiker bintang yang ia cari-cari waktu itu karena butuh yang sama persis. Masa bodoh dengan jam, ia mau mengganti semuanya dulu.
Cukup lama Jaemin mengganti seluruh stiker yang Jeno tempel. Tangan Jaemin sampai kotor karena debu dari stiker-stiker nya.
Tidak, tidak ia buang. Hanya dibersihkan debunya dan dimasukkan ke dalam kotak lagi. Ada beberapa tambahan stiker juga, Jeno pernah bilang kalau dia boleh menambahkan stikernya nanti.

Tidak hanya bintang sekarang, ada stiker bulan juga. Hal yang paling sering Jeno perhatikan setiap malam, dulu. Jaemin kembali berbaring, menatap stiker-stiker barunya. Bahkan di lampu tidurnya pun ada beberapa stiker juga.
"Wah.. aku terlalu menyukai stiker apa bagaimana ya"

Jaemin tersenyum, ada ide kecil melintas di kepalanya. Ia raih salah satu gantungan yang didapatkannya dari Seoul, Xiyeon membelikannya kala itu. Ia menggantungnya terlebih dahulu di jendela baru pergi tidur.

***

"Na... Alarm kamu nyala terus loh ini. Tidur jam berapa sih?"
Xiyeon mematikan alarm yang terus berbunyi sementara si pemiliknya masih betah tertidur. Ia juga membuka jendela kamar Jaemin, tersenyum samar melihat yang benda yang tergantung itu.

 Ia juga membuka jendela kamar Jaemin, tersenyum samar melihat yang benda yang tergantung itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penangkap mimpi atau mungkin lebih sering disebut dream catcher. Saat Xiyeon melihatnya ia langsung ingat Jaemin, anak itu sering mengaku tidak bisa tidur karena bermimpi buruk jadi ia beli itu.

"Kamu bermimpi indah ya sampe tidak mau bangun"

Jaemin menggosok matanya dan menatap Xiyeon yang tersenyum kearahnya. Rasanya ia ingin kembali tidur, mimpinya membuat tidurnya semakin nyenyak tadi malam.
"Nanti telat  loh, ayo cepet"

"Izin ya?"

"Enggak. Gak ada izin lagi, bentar lagi tanding juga. Bangun cepetan, sarapannya keburu dingin nanti"
Jaemin tak segera beranjak, ia masih menatapi stiker-stiker nya yang baru.
Ditatapnya sisi kasurnya yang kosong, ia sering kosongkan tempat itu karena tempat yang dekat ke pintu itu adalah kesukaan Jeno. Katanya kalau setiap menemani Jaemin tidur dia bisa sembari menengok adiknya, paman Na maksudnya. Karena itu Jaemin jarang mau tidur disitu dan lebih baik ditempati boneka pemberian Jeno.

"Bangun heh! Mama kunciin ya pintunya?"

***

Kalau kata orang manusia itu gak ada yang sempurna, bagi Jaemin itu salah besar.
Ada satu orang yang sempurna baginya, bukannya ingin membandingkannya dengan Tuhan tapi untuk seukuran manusia orang itu sempurna untuknya. Walau ada celah-celah kekurangan yang ia lihat tapi baginya Jeno tetaplah sosok ayah yang sempurna untuknya.

Jaemin yakin dengan perkataannya itu, mau bagaimanapun awak media seolah mencari titik kesalahan dan kekurangan Jeno tapi bagi Jaemin ayahnya adalah ayah yang paling terbaik di dunia, ia yakin semua orang menginginkan sosok ayah seperti Jeno.
Tak jarang ia melihat artikel-artikel Jeno di internet. Tidak, Jaemin tidak melakukan apapun. Hanya melaporkannya saja.

Jeno seolah berusaha menutupi kekurangannya, disaat ia tidak bisa mengerjakan tugas Jeno mengajarkan hal lain. Disaat Jaemin kurang pandai bermain bola Jeno ajarkan ia bermain bisbol seperti kesukaannya. Bahkan usaha Jeno membuat Jaemin menjadi pria yang diam-diam dikagumi oleh siswi-siswi disekolah nya. Entah bagaimana sekarang ia menyembunyikan kekurangan yang bahkan sejak kecil Jeno tutupi.
"Na Jaemin, tolong fokus!"

"Maaf"
Sungchan, pria yang bertemu dengan pemuda itu dikala anak itu masih kelas 3 menarik atensinya. Terlihat jelas jika Jaemin tidak fokus pada pelatih disaat ia mendapat posisi sebagai Pitcher untuk pertandingan perdananya.
Sungchan menghampirinya dan duduk disebelahnya, Jaemin tidak menyadarinya karena terlalu fokus. "Gak usah terlalu tegang, mainnya santai tapi gak usah terlalu santai. Kalau terlalu tegang kamu juga gak akan bener lempar bola nya nanti"

"Kebetulan aku juga pernah jadi Pitcher, nanti aku bantu kamu biar bisa ngalahin lawan"
Jaemin tersenyum kecil lalu mengangguk. "Kamu pernah bilang ini cita-cita kamu waktu kelas tiga. Makanya jangan nyerah gitu aja, aku tau mungkin ada hal yang bikin kamu kepikiran dan apa itu. Buktiin, kamu udah berhasil bikin papa kamu bangga waktu itu dengan dapetin medali. Kali ini, target kamu itu"

Sungchan menunjuk sebuah poster dengan gambar piala. "Target kamu nanti dapet ini. Kasih tunjuk sama papa kamu kalau kamu itu pemain bisbol yang hebat. Kasih dia sesuatu yang berharga setelah bantu kamu sampai bisa kesini"

"Inget, papa kamu masih menunggu janji kamu. Kamu pernah bilang kalau kamu pernah janji sama papa kamu buat jadi pemain bisbol yang terkenal. Ini waktunya, sekarang waktunya buat buktiin ke dunia kalau kamu bisa. Jangan bikin dunia seolah-olah mandang kamu remeh, pengecut. Kamu bisa buktiin ke mereka semua kalau kamu lebih hebat dari mereka. Wah.. gak kebayang kalau kamu besar nanti.
Udah jadi pemain bisbol profesional, terkenal terus ngelola kantor papa kamu.
Bakal sebangga apa papa sama mama kamu nantinya?"

Jaemin terkekeh, ikut membayangkan ucapan Sungchan. Setelah diskusi dengan pelatih, beberapa pemain sudah ke lapangan untuk berlatih. Kini tinggal Sungchan dan Jaemin yang ada di ruangan.
"Seperti apa reaksi mereka lihat kamu berhasil genggam piala itu ditangan kamu, mereka bakal nangis. Bangga lihat anak mereka yang dulunya jalan pun masih harus dipegang dan sekarang udah bisa dapetin piala itu."

"Kalau ada pikiran yang negatif, lawan. Jangan biarin pikiran itu kuasain diri kamu. Kalau ada yang anggap remeh, abaikan. Kasih lihat ke mereka kalau kamu bahkan berada diatas mereka. Kalau ada yang ganggu pikiran kamu singkirkan dulu, untuk sekarang kamu harus bener-bener fokus Na. Pertandingan kayak gini dulu juga jadi seperti ancaman terbesar untukku, rasanya jika tidak fokus walau sedikit pun bisa saja menghilangkan kesempatan untuk menang. Tapi ternyata gak, pikiran negatif itu hilang begitu tim berhasil cetak poin dan akhirnya unggul dari lawan.

Kamu juga pasti bisa, gak aku doang. Kamu bisa lebih hebat dari aku"
Sungchan menepuk bahu Jaemin lalu berdiri, memakai topinya lalu menatap Jaemin.
"Ayo. Keberhasilan gak nyamperin kamu, tapi kamu yang harus kejar itu.
Intinya, kalau menang nanti mau gak mau harus traktir makan. Hitung-hitung bayaran sesudah bimbing kamu"

[]

Balalala~

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang