"Jaemin"
Yang dipanggil pun menoleh, hanya tersenyum ke arah Renjun. Pria itu menghampiri Jaemin dengan berlari kecil,
"Kamu kenapa?""Kenapa? Biasa aja kok"
"Gak. Kamu ngelamun dari tadi. Kamu kira aku gak merhatiin kamu?"
Jaemin hanya tertawa kecil lalu menggelengkan kepala,
"Tidak kok aku baik-baik saja. Aku lanjut latihan dulu ya?"Tidak,
Renjun tau itu. Sejak tadi Jaemin terlihat gelisah dan melamun sampai ditegur pelatih beberapa kali. Entah apa yang di pikirkan olehnya sampai tidak fokus seperti itu. Renjun sejak tadi hanya memperhatikan Jaemin, anak itu tidak sesemangat biasanya, terlihat lebih lesu dan beberapa meleset saat melemparkan bola.
Hanya Renjun disini, Jisung tidak jadi ikut karena mendadak ada urusan penting dari pekerjaannya.
"Kamu kenapa sih, Na.."***
"Na"
"Hm?"
"Kamu mikirin sesuatu?"
"Gak kok"
Jaemin mengalihkan pandangannya ke arah luar. Sebenarnya dia juga tidak tau, rasanya ada yang aneh tapi tidak tau apa itu. Sejak tadi dia berusaha mencari tau apa hal yang membuatnya merasa aneh seperti ini tapi tidak kunjung tau.
"Kalau mau cerita-cerita saja""Kak..."
"Iya?"
"Aku takut"
Renjun menoleh, untungnya lampu merah. Ditatapnya Jaemin yang tengah bergelut dengan pikirannya,
"Takut apa?""Gak tau.. rasanya takut aja. Tiba-tiba takut sama satu hal yang bahkan aku pun gak tau apa itu"
"Mungkin cuma perasaan kamu aja. Kamu tau? Aku khawatir saat tau kamu diskors dari sekolah"
Renjun kembali menjalankan mobilnya, "aku takut itu berpengaruh dengan karir mu saat menjadi pemain bisbol nanti. Jaman sekarang banyak yang menyimpulkan begitu saja, mereka tidak mau mendengarkan penjelasan orang itu dan langsung mencap buruk orang itu. Banyak artis yang sekarang dicap jelek hanya karena masa lalunya yang seharusnya bisa dimaklumi karena satu alasan yang belum pernah ia beritahukan.""Mereka tidak peduli bagaimana perasaan orang-orang yang seharusnya mereka dengarkan terlebih dahulu. Mereka mengklaim jika dia itu buruk, melemparkan banyak cacian, membandingkannya dengan artis yang lain dan akhirnya semakin banyak yang membencinya hanya karena mereka yang tidak mau mendengarkan."
"Aku tidak peduli.. mau bagaimana pandangan orang tentang ku aku tidak peduli. Setidaknya aku tidak bisa membiarkan papaku diinjak seperti itu. Papa tidak salah apa-apa tapi dia malah melibatkannya"
"Mampir sebentar ya? Aku lapar"
Jaemin mengangguk. Dia ikut turun karena tidak mau hanya menunggu di dalam mobil sementara Renjun masuk ke restoran untuk membeli makanan. Jaemin hanya menunggu diseberang jalan, ia duduk pinggir jalan didepan mobil Renjun sembari menatap Renjun yang tengah membeli makan diseberang jalan sana."Terimakasih"
Renjun sudah menenteng makanan untuknya dan Jaemin. Setelah memastikan jalan kosong ia mulai menyebrang. Dari arah sebelah kanan hampir saja ada mobil yang menyerempet Renjun karena tidak melihat ada yang menyeberang. Nasib baik mobilnya segera berhenti dan tidak menyerempet Renjun.Sayangnya Na Jaemin melihatnya,
Melihatnya jelas dengan sorot matanya yang berubah.***
"Jaemin baik-baik saja.. dia hanya sedang.. istirahat. Nanti aku akan mengantarnya pulang"
Renjun mematikan ponsel Jaemin setelah menerima telpon Xiyeon yang menanyakan kenapa mereka belum pulang juga. Ditatapnya Jaemin yang tertidur di kasurnya sekarang, ditangannya ada ponselnya yang baru saja membayar ganti rugi.Jaemin kembali marah tadi. Dia mengamuk sembari menginjak-injak mobil yang hampir menabrak Renjun tadi. Jaemin menjadi pusat perhatian, Renjun bahkan tidak bisa menghentikannya karena terus-menerus didorong. Kaca mobil nya itu bahkan sampai retak karena Jaemin injak keras. Setelah itu tubuhnya limbung dan terjatuh keras ke aspal, itu kenapa pipinya terlihat lecet sekarang.
Renjun menengahi dan mengatakan dia yang akan mengganti rugi, tapi tau apa yang dikatakan si pengemudi?"Awas kalau kau tidak mengganti rugi. Anak gila sepertinya harus masuk rumah sakit jiwa!"
Renjun tertawa kecil mendengarnya, padahal dia sendiri yang hampir menabraknya tapi sekarang dia yang marah besar. Jaemin terlihat benar-benar marah tadi, dia mengatakan jika pengemudi itulah yang membunuh ayahnya. Dia bahkan berkata kasar dan terus melampiaskan marahnya.
"Mana mungkin aku membawamu pulang dengan pipimu yang lecet seperti itu Na.. habis aku ditanyai mama mu"Tidak ada jalan lain selain Jaemin yang harus menginap disini untuk malam ini. Makanan yang ia beli tadi saja tidak termakan karena saat mencoba menghentikan Jaemin anak itu mendorongnya dan plastik berisi makanan untuk mereka terjatuh, terlindas motor. Renjun menggeser layar ponselnya mencari nomor seseorang,
"Jisung.. bisa kerumah ku? Sekalian belikan makanan untukku dan Jaemin. Aku belum belanja lagi, tidak mungkin dia dikasih mi sedangkan kemarin baru makan itu"***
"Na.."
Renjun memberikan sebungkus burger yang Jisung bawa. Jaemin hanya melihatnya sekilas, kepalanya sakit mengingat kejadian tadi.
"Tidak apa-apa. Aku tidak marah kok karena masalah tadi, itu sudah selesai. Ini makan, kamu belum makan dari tadi siang""Dia yang.. menabrak papa kan?"
Renjun menatap Jaemin lirih, dia sudah tau apa selanjutnya jika Jaemin sudah bertanya seperti itu. "KAK RENJUN JAWAB AKU!!"
Renjun menggeleng kuat, menatap Jaemin yang kembali menangis."Dia yang menabrak papa.. dia yang membunuh papa.. DIA YANG MEMBUNUHNYA!!"
"Tidak Jaemin tidak.."Renjun buru-buru menaruh makanan ditangannya dan menahan tangan Jaemin yang berusaha memukuli dirinya. Jisung yang berada di pintu hanya bisa menggigit bibir bawahnya, Dia jadi merasa bersalah karena tidak bisa menolong Jaemin saat jatuh ke jurang kala itu. Coba saja temannya masih ada sampai sekarang, Jisung sudah bisa pastikan semua itu mungkin tidak terjadi.
"Tidak... Dia sudah mendapatkan hukuman.. kamu yang melihatnya kan? Kamu yang mengatakan jika kamu tidak mau melihatnya lagi.. dia tidak akan menemui mu lagi""Dia yang membunuh papa.. dia juga mau membunuh kakak.."
"Tidak Na. Lihat? Aku baik-baik saja kan? Tidak ada yang terluka disini. Aku juga tidak apa-apa, aku dihadapan mu sekarang. Tenang oke? Semuanya baik-baik saja Na Jaemin"
Renjun menarik Jaemin, memeluknya erat. Ia ingat jelas bagaimana saat Jaemin menangis dulu mengatakan kakinya yang sakit.
"Tidak.. tidak akan ada yang membuatmu terluka lagi.. aku akan menjagamu oke? Tidak akan pernah ada yang membuatmu kesakitan lagi.""Makan ya? Aku sudah bilang pada Jisung agar membuat mi saja untukmu. Kamu menginap saja hari ini dirumah kakak, kak Jisung juga bakal disini ikut jagain kamu"
Renjun menatap Jisung yang ada di pintu, mengisyaratkannya agar membuat mi saja untuk Jaemin.
Renjun bisa merasakan degup jantung Jaemin yang tak beraturan, wajahnya pucat dengan keringat dingin yang terus bercucuran.
"Sudah.. jangan menangis lagi.. tidak akan ada yang meninggalkan mu lagi. Itu tidak akan terjadi, Jaemin""Maaf..
Karena tidak bersama mu saat mencari kayu bakar. Karena tidak mencarimu lebih cepat dan karena membiarkan mu harus menahan sakit dulu karena lama mencarimu. Maaf, Na"[]
Hehe..
Sepi..
Hehe..
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Him Nana
Fanfiction[Sequel dari 'Sweet Night'] Tepat di tanggal 13 Agustus, Seseorang lahir dan menambah cerita dihidup nya. Membuatnya bisa kembali merasakan sosok seseorang yang berharga di hidup nya "Kalian percaya adanya reinkarnasi?" [Cerita yang paling panjang y...