"selamat datang, mau pesan apa?"
Senyum Jaemin luntur begitu saja begitu tau siapa pelanggan yang datang.
Wanita itu sama terkejutnya dengan Jaemin namun tidak lama ia memasang senyumnya dan mulai memesan. Mengabaikan keterkejutan Na Jaemin dihadapannya.
"Itu saja..jadi berapa?"Jaemin masih diam, untuk Hyunjin buru-buru mengambil alih karena Jaemin yang tak bergerak sama sekali.
Wanita yang menenteng tas di tangannya menatap Jaemin lalu tersenyum,
"Semangat ya, anak mama?"***
Jaemin menyandarkan kepalanya pada tembok. Rahasianya terbongkar hari ini. Tapi anehnya Xiyeon malah terlihat tenang, tersenyum manis ke arahnya dan menyemangatinya.
Apa mungkin Mark sengaja memberitahukannya dan menyuruh Xiyeon kesini?"A-akh.."Jaemin memegangi kepalanya yang berdenyut. Tangannya sampai meremat rambutnya saking sakitnya kepalanya sekarang. Peluh membasahi pelipisnya, jantungnya tiba-tiba saja berdetak kencang.
"Nanti kalau Nana sudah kerja, Nana harus beliin papa udang kayak gini juga oke?"Jaemin kalut, kepalanya sakit dan halusinasi nya kembali berulah. Memperlihatkan Jeno yang tengah tersenyum padanya dan mengusap kepalanya berulangkali. Jaemin perlahan menjatuhkan tubuhnya ke atas lantai berusaha mengurangi rasa sakitnya. Sulit untuk tidak percaya jika Jeno dihadapannya hanyalah sebuah ilusi yang ia lihat. Tangan yang mengusap kepalanya terlalu nyata, ia bisa merasakan hangatnya tangan Jeno sekarang.
Walau berkali-kali berusaha agar dirinya yakin jika itu hanya tipuan belaka, sayangnya ini benar-benar membuatnya tidak bisa membuat dirinya yakin."Na Jaemin!!"
Hyunjin buru-buru mendudukkan Jaemin, mengguncangkan tubuh temannya pelan agar Jaemin menatapnya. "Na! Bangun!!"
Jaemin tersenyum kecil sebelum kehilangan kesadaran, mengundang perhatian beberapa rekan kerjanya.
"Tolong ambil ponselnya Jaemin cepat!"Jaemin memang kadang seperti ini, collapse. Tapi untuk beberapa hari terakhir Jaemin tidak pernah seperti yang ini, dia ceria seperti biasa dan selalu menyambut pelanggan dengan ramah.
Ini kali pertama Jaemin seperti ini setelah natal, sudah cukup lama untuk Jaemin seperti ini. Hyunjin ribut menelpon seseorang sembari menahan kepala Jaemin agar tidak terantuk pada lantai. "Halo, ini temannya Jaemin. Bisa tolong kesini? Jaemin butuh bantuan"***
Chenle memandang Jaemin yang masih belum bangun. Tangannya sesekali mengusap keringat dingin yang masih mengucur di wajah Jaemin. Tidak tau apa yang tengah di mimpikan anak itu.
"Aku terlalu takut untuk mengatakan ini pada mama mu, dia sering tidak fokus kalau sudah panik"Chenle memandangi kamar Jaemin, nasib baik Xiyeon tidak pulang sekarang. "Kamu belum mengambil sepeda mu disekolah, Na. Aku tidak sempat mengantarkannya padamu, kamu tau sendiri hukuman ku sebanyak apa.."
Chenle berdiri untuk membenarkan selimut Jaemin. Memilih untuk pergi ke dapur dan mengambil sebotol minuman. Wajahnya masih penuh dengan luka, bahkan luka dipunggung nya kadang masih perih jika bergesekan dengan baju. Di dorong hingga menabrak pot bunga bukan hal sepele.
"Chenle?"Yang dipanggil hampir saja tersedak. Dengan takut ia berbalik, menatap Xiyeon yang baru datang. "E-eh.. bibi sudah.. pulang.. maaf ya ini.. asal minum"
"Gak papa. Jaemin mana? Kok gak keliatan"
"Itu.. anu... Jaemin tidur, iya tidur katanya pusing kepalanya. Hehe"Xiyeon menganggukkan kepalanya paham, ia pergi untuk mengecek Jaemin takutnya jika anak itu demam. "Ah syukurlah tidak panas badannya.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Him Nana
Fanfic[Sequel dari 'Sweet Night'] Tepat di tanggal 13 Agustus, Seseorang lahir dan menambah cerita dihidup nya. Membuatnya bisa kembali merasakan sosok seseorang yang berharga di hidup nya "Kalian percaya adanya reinkarnasi?" [Cerita yang paling panjang y...