"Kamu yakin mau sekolah?"
Jaemin mengangguk, cukup pagi dia bangun hari ini. Bukannya tidak sengaja terbangun, Jaemin ingin jalan kaki ke sekolah bukannya naik sepeda atau diantar. Lagipula sepedanya juga rusak dan belum diperbaiki.
Bahkan tadi tangannya sempat bergetar hebat, masih takut untuk pergi-pergi sendiri. "Gak usah dipaksain, gak papa gak usah sekolah dulu""Udah terlalu sering absen, walaupun sebenarnya gak terlalu penting karena udah beres ujian. Tapi udah terlalu sering, banyak bolongnya absen disekolah"
"Gak apa-apa jalan sendirian memangnya?"
Jaemin menarik nafasnya dalam lalu mengangguk sembari mengecek buku yang sudah berada didalam tasnya. "Kamu serius?""Iya.. lagian disekolah ada Chenle. Kalau ada apa-apa nanti dia pasti ngasih tau mama"
Xiyeon juga sama takutnya, kejadian waktu ia tau Jaemin pergi sendiri dan tiba-tiba diberitahu jika anaknya berada dirumah sakit membuatnya menjadi takut sendiri. Dia takut terulang lagi dan ya.. harus melihat anaknya semakin takut. "Pergi dulu ya"
"Beneran? Tetep mau pergi?"
"Ma.. cuma ke sekolah. Gak akan ada apa-apa, ya?"
Jaemin melangkah keluar rumah yang artinya ini pertama kalinya lagi pergi ke sekolah sendirian sejak dirinya yang harus berada di rumah sakit.
Kakinya melangkah dengan pelan, masih ada keraguan sebenarnya.
"Na Jaemin!"***
"Gila memang ya.. nekat banget jalan dari rumah ke sekolah"Jaemin hanya diam, mendengarkan ucapan Felix. Tadi temannya itu bilang dia mau mampir sebentar ke rumah sebelum ke sekolah, tapi melihat Jaemin keluar dari rumah membuatnya jadi menitipkan sepedanya di rumah Jaemin lalu berjalan bersama.
"Gimana? Udah baikan?""Ya.. kayak keliatannya"
"Kamu gak akan pernah nyangka gimana reaksi Chenle pas tau kamu.. ya, jadi korban kecelakaan itu. Chenle sampai ngamuk mau ke rumah sakit dan itu udah jam sebelas malam. Dia gak tidur sama sekali, nungguin kamu soalnya gak balik-balik terus. Pas denger kabarnya dia nangis, dan.. tentunya nyalahin diri sendiri juga.
Habis itu tidur karena udah cape nangis mungkin"
Jaemin menghentikan langkahnya sebentar, kepalanya terasa berdenyut. "Kenapa?""G-gak.. cuma.. pusing aja"
"Kalau sakit harusnya jangan maksain"
Felix kembali berjalan saat Jaemin mulai melangkah lagi. "Aku sama dendam nya kayak Chenle ke pelaku yang nabrak kamu..""Setidaknya kalau tidak bisa menyetir harusnya tidak usah punya mobil. Aku masih belum bisa bayangkan bagaimana kamu harus menahan sakit dan pelakunya kabur begitu saja."
"Sama.."
"Hm?"
"Sama.. kayak papa"
***
"Aku temenin pulang ya? Tar dijalan kenapa-kenapa lagi"
"Ada Felix, gak apa-apa. Pulang aja duluan"
Jaemin tersenyum simpul. Tubuhnya reflek menjauh dengan raut wajah takut saat mobil yang menjemput Chenle mendekat ke arah mereka sembari membunyikan klakson. Chenle ingin menangis melihatnya, bagaimana temannya setakut itu pada sebuah kendaraan yang bahkan untuk jalan saja harus ada orang yang mengendarainya. Ia bisa melihat bagaimana gugupnya Jaemin, tangan kanannya bahkan meremat lengan kirinya kuat.
"A-aku pulang dulu.. hati-hati dijalan""Na.."
"H-hm? G-gak.. gak apa-apa"
Jaemin lebih dulu berjalan, bahkan melupakan Felix yang ia tinggal. Kakinya melangkah semakin cepat, bayangan-bayangan menakutkannya kembali lagi. Bahkan dia sampai berbalik dan hampir mendorong Felix yang tadi menahan bahunya. "Kau baik? Aku mencarimu. Chenle bilang kamu lebih dulu, kenapa meninggalkan ku?""A-aku.."
Ucapannya terhenti saat tangannya merasakan rasa dingin. Kepalanya menengadah untuk melihat ke langit lalu hujan mulai turun, perlahan dan semakin deras. "Jaemin! Hujan! Ayo mampir dulu!"
Tubuhnya tidak bergerak sama sekali, dia diam merasakan hujan yang membasahi kota. Rasanya tiba-tiba menenangkan membuatnya lupa jika tasnya ikut basah. Felix yang melihat temannya tak kunjung bergerak langsung paham, Chenle pernah cerita jika Jaemin suka hujan dan itu alasan terkadang dia sering bersin-bersin. "Ayo pulang, nanti aku diinterogasi mama kamu karena telat pulang"
***
"Ya Tuhan Na Jaemin.. kenapa malah basah kuyup kayak begini. Felix, masuk dulu saja ayo"
"Tidak apa-apa, aku akan langsung pulang saja"
"Tidak ada penolakan, ayo masuk dulu"
Jaemin sudah masuk lebih dulu. Bukannya buru-buru mandi dia menaruh tasnya di lantai lalu berlari ke arah taman, kembali berada di bawah hujan tanpa memperdulikan Xiyeon yang memanggilnya sejak tadi.
"Ini.. keringkan dulu rambut kamu. Biar nanti Jaemin pinjamkan baju saja, nanti kamu bisa sakit kalau pulang basah kuyup kayak gitu"Jaemin terlihat tersenyum lebar layaknya anak kecil yang tengah bermain hujan. Kakinya sesekali melompat hingga rumput memercikkan air hujan. Sudah sangat lama ia melihat Jaemin yang seperti ini, yang bisa tertawa lepas tanpa memikirkan bebannya sedikit pun. Untuk pertama kalinya lagi Felix melihat senyum selebar itu, menutupi dirinya yang pernah menangis hebat karena dunia. Tapi dunia juga yang membuatnya bisa tersenyum selebar sekarang.
"Papa nya pasti merindukan senyum itu""Papa nya dulu yang selalu ajak dia main hujan, bahkan waktu dia demam. Ajaibnya besoknya langsung turun demam nya"
"Bibi.. aku pamit dulu. Hujannya juga sudah tidak terlalu besar"
"Bibi pinjamkan jas hujan ya? Biar tidak terlalu kehujanan"Felix mengangguk. Matanya kembali memandang Jaemin yang kini berbaring diatas rumput sembari memejamkan matanya.
"Nana sayang.. senyumnya Nana ini gak boleh hilang ya ganteng? Kalau hilang papa nanti sedih.. senyum kamu itu berharga banget. Janji ya jangan sampe hilang?"
Xiyeon ingat itu, bagaimana Jeno berucap saat Jaemin menangis. Senyum kebanggaannya itu baru ia lihat lagi hari ini. Memang terkesan seperti anak kecil, bermain hujan seperti itu padahal sudah menginjak SMA.
Xiyeon bahkan lebih senang Jaemin bisa seperti itu, bisa melepaskan bebannya begitu saja walau orang lain mungkin mengatakan jika sikap anaknya kekanak-kanakan. Felix sudah pulang setelah Xiyeon memberikan jas hujan tadi. Kini dia hanya duduk sembari memperhatikan Jaemin. Dipangkunya sudah ada handuk dan segelas coklat panas diatas meja.Tidak lama Jaemin masuk sembari menggigil, senyumnya masih terlihat jelas di bibirnya sambil berdiri memeluk tubuh nya sendiri. "Seneng ya? Udah lama mama gak liat kamu kayak gini"
Jaemin sedikit menurunkan tubuhnya agar Xiyeon bisa mengeringkan rambutnya dengan handuk. "Langsung mandi ya? Itu udah mama bikinin coklat panas"
"Sambil makan kue yang kemarin ya? Yang dari bibi Somi"
"Iya.. udah sana mandi dulu"
Jaemin mengangguk lalu berlari menuju kamarnya. Xiyeon juga mengambil pel lantai karena Jaemin meninggalkan jejak dari baju nya yang meneteskan air sepanjang jalan."Na Jaemin.. bener kata papa, senyum terus ya? Awalnya mama banyak banget pikiran yang ganggu mama, tapi liat senyum kamu tadi rasanya lega banget. Mama gak tau harus bayar sama apa buat senyuman semanis itu"
[]
Mau ujian lagi hiks..
Baru juga kemarin hiks..
Argh
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Him Nana
Fanfiction[Sequel dari 'Sweet Night'] Tepat di tanggal 13 Agustus, Seseorang lahir dan menambah cerita dihidup nya. Membuatnya bisa kembali merasakan sosok seseorang yang berharga di hidup nya "Kalian percaya adanya reinkarnasi?" [Cerita yang paling panjang y...