152. Kakek Jong-hoon

615 104 6
                                    

Xiyeon mengusap wajahnya, Jaemin belum juga bangun sampai detik ini. Rasa takutnya semakin menjadi-jadi begitu Mark bilang kondisi anaknya tidak menentu, bisa tiba-tiba menurun. Xiyeon penasaran apa yang dilakukan Jaemin sampai-sampai kondisinya bisa menurun seperti ini.
Wanita itu mengusap pipi Jaemin, wajah anaknya terhalang masker oksigen, wajah yang selalu ia puji setiap paginya.
"Pulang ya nak? Pulang ke rumah.."

"Mama rindu kamu.."
Xiyeon tak bisa menahan tangisnya lagi, ia terlalu takut jika nanti ketakutannya menjadi nyata. Untuk siapa Xiyeon bertahan jika ketakutannya benar-benar terjadi, untuk siapa Xiyeon menguatkan dirinya lagi?
Ia tak sadar jika air matanya menetes ke pipi Jaemin, posisi kepalanya yang sejajar dengan Jaemin membuat air matanya menetes pada pipi anak itu. "Mama mohon bangun.."

Xiyeon menggenggam tangan yang biasanya menjahilinya dengan menyembunyikan ponselnya agar ia tidak segera pergi bekerja. Dari balik kaca Mark memperhatikannya dan Haechan yang ada disebelahnya,
"Aku gak bisa bayangin segimana marahnya Lee Jeno kalau dia tau"

"Dia udah tau, chan.. Jaemin disana sama Jeno. Jeno pasti tau apa yang terjadi sama anaknya"

"Kita gagal ya?"

"Gak.. kita cuma teledor. Jaemin gak mungkin nyerah gitu aja, gak usah ngomong gitu. Ucapan bisa jadi doa, ngomong yang baik-baik aja"

Xiyeon menatap wajah Jaemin yang terlihat tenang, seakan bermimpi indah dalam tidurnya tanpa memperdulikan Xiyeon yang menunggu Jaemin bangun. "Pelatih udah nanya in kamu.. dia nanya kenapa kamu belum latihan lagi. Sungchan udah bawain seragam kamu, masa belum mau bangun terus.."

"Jangan lama-lama kayak gini, mama takut, Na"
Jaemin benar-benar tidak merespon nya, ia berharap lebih melihat Jaemin membuka matanya atau sekedar menggerakkan jari-jarinya. Hanya suara monitor yang menjawabnya sejak tadi, bukan anaknya sendiri.
"Jangan.. jangan kayak papa.. jangan pulang kesana mama mohon"

Haechan baru pertama kalinya melihat Xiyeon seperti itu, bahkan saat Jeno meninggal dia selalu menguatkan dirinya. Alasannya sederhana, untuk Na Jaemin.
"Kak Nana belum bangun ya?"lirih Areum menatap Jaemin yang terbaring didalam sana.

Jaemin yang selama ini menolongnya dari anak-anak yang sering mengganggu nya. Jaemin lah yang selalu datang ke sekolah saat Areum mengatakan ia kembali diganggu, dengan mudahnya anak-anak itu ketakutan melihat Jaemin.
Tapi melihat Jaemin seperti ini tentu membuat Areum khawatir, apalagi sejak kemarin anak-anak itu mulai kembali mengganggunya. Areum bukan tidak mau mengatakannya pada Haechan ayahnya sendiri, tapi dia takut jika Haechan kelewat batas. Bahkan saat ada orang yang hampir menabrak Areum Haechan bisa jadi orang yang sangat menyeramkan, ayahnya itu tidak bisa bersabar sedikit seperti Jaemin, tidak lucu kan jika Areum dipanggil guru hanya karena ayahnya menghajar anak-anak yang mengganggunya?

"Halo paman.."
Haechan menoleh lalu tersenyum, "mau masuk ya? Paman bilang sama bibi Xiyeon dulu ya"

Chenle mengangguk, menatap Haechan yang masuk untuk memberitahu Xiyeon. "Chenle.. bagaimana kabarmu?"

"Baik, kalau bibi bagaimana?"

"Baik kok, selalu baik"

Bohong, Chenle melihat dengan matanya sendiri jika Xiyeon menangis tadi.

"Aku masuk dulu ya, makasih waktunya"
Chenle masuk ke ruangan itu, nafasnya tercekat melihat banyaknya alat medis disekitar Jaemin.
Ia duduk di kursi dimana Xiyeon duduk sebelumnya,
"Na.. kamu harusnya udah sekolah hari ini malah masih disini. Gak bosen apa?"

"Felix udah nanyain kamu terus, dia gak berani buat kesini, gak berani liat kamu kayak gini"

"Banyak yang nungguin, Na.. jahat emang, bisa-bisanya mainin hati orang kek gitu. Bikin mereka nangis, dikata bagus apa?
Bangun, mau ujian. Entar yang aku contekin lagi siapa kalau kamu disini? Masa aku nyontek sama mahluk halus... Kan gak lucu, Na"
Chenle membuang wajahnya, terlalu gengsi untuk menangis sekarang.
"Dua hari lagi kamu gak bangun kita musuhan, gak ada tapi-tapian"

***

"Cucunya kakek.."
Jong-hoon tersenyum samar, mengusap surai Jaemin. "Kakek kangen.. kamu belum kerumah kakek lagi.."

"Gimana? Ketemu sama papa? Kabarnya baik gak? Bilang kalau kakek kangen sama papa kamu"
Jong-hoon percaya, benar-benar percaya jika Jaemin diajak mengobrol seperti ini akan cepat bangun. Dia bahkan tak berhenti berkata sembari terus mengusap kepalanya.
"Seru ya disana? Ketemu nenek juga kan.. nenek cantik, kayak mama kamu."

"Lagi ngapain aja disana sama papa? Seneng ya cucunya kakek disana? Kakek penasaran kamu ngapain aja disana. Kamu pasti ketawa terus disana"
Jong-hoon tersenyum kecil, ia menatap sebuah kotak musik yang tidak terlalu besar di atas meja, "mau kakek pasang?"

Jong-hoon mengambilnya dan memasangnya, membiarkan alunan lagu mengisi ruangan. "Lagunya bagus, pantes kamu suka banget"

"Mama udah nungguin tuh, mau ajak kamu jalan-jalan bareng. Masa tidur terus, udah cukup tidurnya. Kamu udah kebanyakan tidur.
Kemarin sakit banget ya kepalanya? Renjun bilang kamu nangis karena sekujur badan kamu sakit semua,
Sekarang udah gak sakit kan karena paman Mark udah obatin kamu. Terus kenapa masih tidur? Kangen banget sama papa ya sampe betah disana? Sampai-sampai belum mau bangun juga. Pasti indah banget disana makanya kamu betah kayak gitu"

"Cepetan bangun, kakek gak ada temen. Kan cuma kamu yang nemenin kakek"
Jong-hoon sebenarnya takut, ia tau umurnya juga tidak tau sampai berapa. Ia tidak mau membuat Jaemin kembali menangis karena harus kehilangan lagi, berharap besar ia bisa melihat Jaemin sampai besar nanti, melihat cucunya menjadi anak hebat.
"Udah pada nungguin, masa mau bikin mereka nunggu makin lama sih?

"Belum cukup ya main sama papa nya? Kamu main apa sih disana sampe kayaknya betah banget.
Na, tau gak, mama kamu cengeng sekarang. Kakek sering pergokin dia lagi nangis, biasanya kamu marah sama mama karena sering nangis terus.. marahin sana, tiap hari mama kamu pasti nangis, nangisin kamu malah yang terlalu betah tidur.
Mama kamu sampe gak tidur dua hari karena harus mantau kondisi kamu, lewatin jam makannya juga.
Eh, denger-denger mama kamu itu mau potong rambut, kamu gak marah gitu? Kamu kan paling gak suka kalau rambut mama kamu dipotong.

Daegang juga nungguin temennya dirumah kakek, kasihan dia murung terus tiap hari. Kerjaan nya cuma diem aja, gak mau kakek ajak jalan-jalan. Daegang aja sampai nungguin kamu apalagi kakek, kemarin kakek baru dapet boneka lagi.. buat kamu, hehe"

"Loh.. kok nangis.."Jong-hoon mengusap sudut mata Jaemin, ia tau cucunya pasti mendengarkannya sejak tadi.
"Kalau kamu denger kakek,
Kakek mohon sama kamu bangun ya? Kasihan yang lain.. semua sayang sama kamu"

"Kakek tungguin kamu, oke?"

[]

Lagi..
Kecanduan lagu itu:)
Mana besok MTK pula ujiannya, menyedihkan:"
MTK, IPA, PJOK..
The best lah bikin otak meleduk:)

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang