92. Spesial tahun baru

614 99 27
                                    

"papa...nyalain ini lagi"

Keadaan rumah Jeno ramai sekali malam ini. Kenapa dirumah Jeno? Itu saran Haechan, katanya rumah Jeno lebih nyaman buat acara kayak begini. Yang cewek-cewek ada didapur buat nyiapin makanan dan minuman. Yang cowok-cowok nyiapin tempat kayak dekorasi, membentangkan karpet untuk duduk dan lainnya.
Dan bagian anak-anak, mereka cukup main kembang api aja. Tapi Jeno jadi harus membagi dua fokusnya karena Jaemin yang sejak tadi rewel karena tidak bisa menyalakan kembang apinya.

"Gini caranya, gak boleh gampang marah, harus sabar oke?"

Sementara Areum dan Seojun-anak Mark-sudah berlarian sembari memegangi kembang api ditangannya. Jaemin hanya menatap lirih keduanya, kembang api miliknya tak kunjung menyala sejak tadi.
"Ah sudahlah.. ganti yang baru aja"

Jaemin mengedip polos begitu Jeno yang jadi marah-marah. Bahkan papanya itu melemparkan kembang api miliknya tadi ke tempat sampah.
"Tadi bilang sama anaknya suruh sabar.."sindir Haechan yang mendapat tatapan tajam

"Ganti baru aja. Papa bantuin yang lain dulu. Kalau gak bisa minta tolong kak Renjun aja ya?"

"Gak mau. Mau sama kak Icung aja, kak Renjun main handphone mulu"
Yang disebut buru-buru menyembunyikan ponselnya dan menghampiri Jaemin, "sini-sini kakak bantuin"

"Dih, daritadi kemana bos?"
Jisung melemparkan kotak kembang api yang sudah kosong. Daritadi dia kalut karena banyak yang meminta tolong padanya untuk menyalakan kembang api sementara Renjun hanya duduk manis bermain ponsel.
"Gak aku traktir lagi ya?"

"Mainnya sogok..gak rame"
Jaemin tersenyum begitu kembang api ditangannya akhirnya menyala setelah yang tadi. Dia berlari, berputar sembari tertawa kecil. Tiba-tiba Jaemin berhenti lalu mengarahkan kembang apinya ke langit, "paman main kembang api juga kan?"
Jeno yang kebetulan mendengarnya hanya tersenyum lalu menghampiri Jaemin.
"Iya paman main juga sama nenek disana. Katanya pengen ikutan main sama Jaemin, biar lebih rame"

"Oh ya? Wah..."Jaemin berlari kembali pada Renjun begitu kembang apinya akhirnya padam. Meninggal Jeno yang masih menatapi langit. Tepukan di bahunya menyadarkannya, Mark tersenyum tipis kearahnya. "Jaemin tidak akan berhenti bahagia jika kamu tetap disisinya."

"Aku ingat saat tahun baru pertama tanpa Jaemin, rumah lebih sepi dibanding saat dia berteriak-teriak karena tidak sabar ingin makan jagung bakar"

"Dia ada lagi kan sekarang, disini. Tuh lagi main kembang api, udah ayo bantuin lagi. Enak banget cuma diem anda ya"

***

Semuanya terlihat menikmati waktu bersama seperti ini. Sembari memakan makanan yang berjajar dihadapan mereka. Jeno hanya tersenyum memperhatikan semuanya, tadi ia sempat merekam kegiatan ini. "Jaemin suka kalau ramai seperti ini.."

Renjun mengangguk setuju, sejak tadi ia memperhatikan Jaemin yang tidak berhenti tertawa. Persis seperti dulu yang tidak berhenti tertawa jika terlalu senang. "Kalau semisalnya Jaemin, maksudku Jaemin adik hyung masih ada...anak hyung akan tetap dikasih nama Jaemin? Bagaimana memanggilnya nanti?"

"Benar juga.. bisa-bisa aku jadi bingung memanggil mereka berdua."

Jaemin tiba-tiba duduk ditengah-tengah mereka, menatap Jeno sambil memakan sosis bakar buatan Xiyeon. "Yang makan sosis harus bayar loh.."

Jaemin reflek merogoh saku celananya, "tapi aku gak punya uang.
Papa aja yang bayarin aku ya?"

Jeno tertawa mendengar ucapan polos anaknya itu. Mengusap noda saus di pipi Jaemin dengan tisu, "Nana seneng gak?"

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang