34. Papa bangun

1.1K 170 13
                                    

Mark tengah sendirian di kafe yang tidak terlalu ramai, lebih tepatnya menunggu seseorang.
Jeno tidak bisa dihubungi sejak kemarin, bahkan saat ia meminta tolong supir pribadinya untuk datang ke rumah Jeno dia bilang rumahnya sepi, pintunya pun dikunci padahal keadaan lampu rumah menyala seperti ada seseorang didalam.

Mark tersenyum tipis begitu orang yang ditunggunya datang bersama seorang anak kecil yang langsung memeluknya.
"Nana apa kabar?"

"Baik! Nana kangen sama paman.."

"Nana main dulu disana ya? Gak papa kan?"Jaemin mengangguk dan berlari ke tempat bermain anak kecil yang ada di kafe.
"Xiyeon.."

"Aku tau kau akan membahas Jeno"

"Dan aku tau jika hati kecil mu itu khawatir padanya sekarang.
Jeno kemarin datang menemuiku, dia meminta ku untuk menjelaskannya. Kamu tau, Xiyeon..dia sampai berlutut dihadapan ku.
Jeno tidak ada hubungannya dengan wanita itu, wanita itulah yang terus mendekatinya bukan Jeno.. yang kamu bilang Jeno tersenyum sendiri sembari menelpon itu Haechan. Dia memberitahu jika Somi sudah melahirkan anak pertamanya, kamu tau sendiri Haechan itu pecicilan dan sering melemparkan candaan"
Mark menatap Xiyeon yang terdiam, bukannya ingin ikut dalam urusan orang lain. Tapi ia terlalu khawatir pada Jeno karena jika sudah berada di titik terendah Mark tidak tau dengan apa yang akan dilakukan oleh mantan pasien nya itu.

"Kamu juga tau jika Jeno mudah tertekan semenjak kematian adiknya. Aku sudah sulit mengendalikan nya sekarang.
Kalau kamu tidak percaya dengan ucapan ku ini coba tanya pada Haechan. Tentang wanita itu coba tanya pada karyawan-karyawan di kantor Jeno.
Aku tidak berbohong. Sejak kemarin Jeno sulit dihubungi. Saat kerumahnya pun pintunya dikunci dan begitu sepi, aku takut dia kenapa-kenapa.
Aku tau kamu butuh waktu, tapi mungkin Jeno akan semakin sulit dikendalikan nantinya"

Mark menoleh menatap Jaemin yang tengah bermain perosotan,
"Bertengkar didepan anak kecil tidak baik, Xiyeon"

Benar, kemarin ia bertengkar dengan Jeno didepan Jaemin. Kemana akal sehatnya saat itu sampai tak sadar dengan keberadaan Jaemin.
"Jeno bukan seperti pria-pria yang ada di luar sana, yang memiliki hubungan lain, memiliki rahasia besar. Dia bukan seperti itu karena apa? Jeno sudah berjanji pada adiknya jika ia akan menjadi ayah yang baik. Suami yang peduli pada keluarganya.
Dia sudah berjanji dan Jeno tidak pernah mengingkari janjinya"

"Kamu hanya salah paham, Xiyeon.."
Xiyeon menatap Mark yang sudah berhenti bicara. Hari ini dirinya dibuat kembali bingung, namun setelah mendengar penjelasan Mark ia merasa bersalah pada Jeno. Kemarin dia tidak memberikan waktu untuk Jeno menjelaskan semuanya, Xiyeon hanya terlalu cepat mengambil kesimpulan.
"Mama...papa mana? Tidak ikut kesini?"

Mark yang melihat Xiyeon bingung menjawab apa langsung memangku Jaemin, menatap wajah anak semata wayangnya Lee Jeno.
"Papanya Nana lagi kerja, lain kali kita makan malam bareng ya? Sama paman echan juga"

"Janji?"Mark mengaitkan jari kelingkingnya, Jaemin tampak senang begitu Mark sudah berjanji
"Hanya itu yang aku mau bicarakan, aku mau ke rumah Jeno. Aku takut dia tidak makan"

"Paman mau kemana?"

"Mau ke kantor dulu, Nana jagain mama ya?"Jaemin mengangguk lucu. Tidak dengan Xiyeon yang bimbang sekarang, tangannya dengan cepat menahan tangan Mark yang hendak pergi,
"Biarkan aku ikut"

***

"Lee Jeno buka pintunya!"Mark mencebik, sudah beberapa kali ia menelpon Jeno namun tidak aktif. Pintunya memang dikunci dan ia tidak melihat adanya Jeno didalam rumah.
"Kapan terakhir Jeno menelponmu?"

"Jam...delapan?"

"Sial.. artinya setelah menelpon mu ponselnya tidak aktif. Ada apa dengannya sih"
Dari dalam mobil Jaemin hanya memperhatikan keduanya, merasa aneh kenapa mamanya tidak langsung masuk ke dalam rumah, itu kan rumahnya.
"Paman Mark!"

Jaemin mengerucutkan bibirnya karena Mark tidak mendengar. Ponsel paman Mark tertinggal di mobil dan seseorang menelponnya.
"Pa-man..Jong-hoon..siapa itu?"

Jaemin menatap ponsel ditangannya yang masih berdering, jarinya menggeser tombol hijau di layar ponsel Mark.
"Mark, ada apa dengan Jeno? Kenapa aku tidak bisa menelpon nya?"

Aneh, semuanya banyak yang menyebut nama papanya hari ini. Memangnya ada apa dengan papanya?
"Kakek!"

"Loh? Nana? Kok kamu yang jawab telponnya? Paman Mark dimana?"

"Didepan pintu sama mama..Nana disuruh diam di mobil"

"Bisa tolong berikan ponselnya pada paman Mark, sayang?"
Jaemin mengangguk, membuka pintu mobil lalu menaruh lebih dulu ponsel Mark di kursi mobil.
Masih cukup tinggi untuknya turun dari mobil, bahkan ia turun sembari duduk dulu di karpet mobil lalu turun.
"Paman..kata kakek kasih ini ke paman"

Mark mengambil ponselnya dari tangan Jaemin. Anak itu hanya  menatapi Mark yang sepertinya panik, tapi tidak tau alasannya.
"Dirumah appa tidak ada?"

"Tidak..dia juga menelpon Jeno berkali-kali. Kemana orang itu ya Tuhan.."

"Mama..papa mana?"
Xiyeon hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Jaemin. Ia juga bingung harus mengatakan apa pada anaknya.
"Apa mungkin dia ke makam Jaemin?"

***

Mark turun dari mobil tergesa-gesa, dipandanginya setiap makam yang ada.
Xiyeon benar, Jeno ada disana.
Mark segera menghampiri Jeno yang terpejam sembari memeluk makam Jaemin, wajahnya pucat tidak seperti biasanya.
"Lee Jeno, apa-apaan kau ini hah?!"

"Jeno bangun!"

"Lee Jeno!!"Mark terkejut begitu ia menyentuh punggung Jeno. Bajunya basah, tidak mungkin jika Jeno semalaman disini.
"Lee Jeno bangun!"

"Jeno!!"Mark panik sekarang, dengan sekuat tenaga ia memapah Jeno agar bisa dibawa ke rumah sakit. Xiyeon juga membantu nya sembari terus membangunkan Jeno.
Jaemin mengerutkan keningnya aneh, kenapa baju papanya kotor, rambutnya berantakan, wajahnya pucat.
"Papa.."lirihnya begitu Jeno dimasukkan ke dalam mobil.

Ayahnya tertidur, tapi kenapa tidur disini bukannya dikasur sambil memeluknya.
"Papa kenapa tidur disini.."

"Papa..papa gak nakal kemarin, papa ayo bangun, makan udang"

"Mama..papa kenapa tidak mau bangun? Papa sakit?"
Jaemin menekuk bibirnya karena tidak ada yang menjawabnya, Xiyeon terus menepuk pipi Jeno agar bangun.
Jaemin merangkak naik ke atas pangkuan Jeno, tubuh ayahnya dingin, bajunya pun basah.
"Papa bangun..Nana mau makan udang sama papa.."

Jaemin takut, ayahnya tidak pernah sesulit ini untuk dibangunkan.
"Sial"Mark memukul setir mobilnya begitu jalanan terhambat. Ia bisa menatap Jaemin yang memeluk Jeno sekarang.

"Papa bangun...Nana mau es krim.."

"Papa bangun!!"

[]

Ueueueue..
Masih sempet-sempetnya bikin padahal lagi nugas

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang