72. Aku akan bersamamu

743 110 4
                                    

"kalian.. darimana?"Jeno tidak menjawab, memilih langsung pergi ke kamar Jaemin. Menidurkan anaknya perlahan di kasur dan mengganti bajunya dengan piyama berwarna biru langit.
Ia juga menyelimutinya dan pergi sebentar ke kamarnya untuk mengganti baju. "Sudah makan?"

"Sudah, aku tidur duluan ya?"

"Kamu kenapa? Sakit?"Jeno hanya tersenyum lalu masuk ke dalam kamar Jaemin dan menutup pintu. Membaringkan tubuhnya di sebelah Jaemin. Sudah tiga kali kasur itu diganti seiring dengan pertumbuhan Jaemin, Jeno hanya ingin anaknya tidur dengan nyenyak setiap malam.
Tangannya terulur mengusap rambut Jaemin, merapikan anak rambut anak yang akan tumbuh menjadi remaja dalam waktu yang tidak lama. Jeno tidak menyangka jika Jaemin sebentar lagi akan lulus dari sekolah dasar dan masuk SMP, ah sial..dia ingat adiknya lagi.
"Tidur yang nyenyak sayang.."ucapnya mengecup kepala Jaemin lalu ikut memejamkan matanya.
"Tidak..tidur yang nyenyak my sweet night"

***

Jaemin tampak tidak bersemangat hari ini, ia hanya menatap sarapannya yang berbeda dari biasanya. Jaemin benci pada tubuhnya yang mudah sakit.
"Dimakan, nanti telat ke sekolah"

Xiyeon paham kenapa Jaemin tidak memakan sarapannya. Ia berjongkok dan menggenggam tangan Jaemin, "cuma sebentar. Nanti boleh makan makanan kesukaan kamu lagi ya? Mama bantu Nana biar cepat sembuh"

Jeno mengambil nasi dengan sumpitnya, mengarahkannya ke dalam mulut Jaemin. Tidak apa ia tidak keburu sarapan, yang penting Jaemin makan pagi ini.
Jeno tersenyum kecil lalu mendekatkan diri pada telinga Jaemin,
"Papa mau stay disekolah sampe pulang. Jadi Nana harus semangat sekolahnya"

***

Benar, perkataan Jeno benar-benar dilakukannya. Papanya itu memilih parkiran yang berada dibawah pohon agar mobilnya tidak panas, mengantar Jaemin sampai gerbang sekolah. "Kalau sudah pulang, langsung ke mobil aja ya?"

"Papa pergi saja, bekerja"
Jeno menggeleng, merapihkan rambut Jaemin yang mulai panjang. "Semangat belajarnya!"

Satu alasan Jeno memutuskan untuk tidak ke kantor dan tetap di sekolah Jaemin adalah karena anak itu mengigau semalam. Bahkan sempat menangis sambil memanggil nya dalam tidurnya. Hanya untuk memastikan agar Jaemin percaya padanya jika ia tidak akan pergi dan tidak akan pernah pergi kemanapun.
Jeno kembali duduk di dalam mobil, perutnya terasa lapar namun ia terlalu malas untuk membeli kue beras yang padahal letaknya cukup dekat.
Memandangi ponselnya yang terus berdering, Jeno baru ingat ada rapat hari ini. Ia menonaktifkan ponselnya dan melemparkannya ke jok belakang mobil, memejamkan matanya sejenak. Setidaknya tidur dapat mempersingkat waktu.

Sayangnya Na Jaemin tidak bisa fokus pada pelajaran, ia masih gelisah tentang kemarin. Jaemin menatap ke arah jendela, kebetulan ia bisa melihat mobil papanya yang terparkir. "Na.. kenapa?"

"Tidak"jawab Jaemin singkat lanjut menuliskan tugasnya. Chenle sampai terkagum-kagum melihat tulisan Jaemin yang begitu bagus, "tulisanmu..bagus sekali..."

Jaemin hanya tersenyum, tangannya terus menulis kalimat demi kalimat di buku tulisnya.
Mimpinya semalam masih menghantui pikirannya, ia berhenti menulis sejenak. Pandangannya kosong menatap buku dihadapannya,
Ia ingat jelas mimpinya seperti apa.
Orang yang ia ceritakan pada Xiyeon, orang yang sering memarahinya kembali marah di mimpinya, mengatakan agar ia tidak bermanja-manja pada kakaknya.
Jaemin tidak paham, Jeno sering bilang jika Jaemin sama sekali tidak punya saudara, hanya Jaemin saja tapi kenapa ia merasa sering menyebutkan kata hyung di mimpinya itu.

Setelah itu terdengar sesuatu yang dibanting lalu seseorang yang seperti memenangkannya. Itu yang membuatnya sampai memanggil-manggil Jeno dalam tidurnya.
Jaemin benar-benar tidak tau darimana mimpi-mimpi itu, masalahnya itu bukan sekedar bayangan saat ia tidur. Tapi kenapa mimpinya seperti saling menyambung setiap hari nya. "Na!"

"A-ah iya?"

"Aish..aku sejak tadi bercerita kau tidak mendengarkannya?"

"Maaf"

"Ayo, aku tidak mau tau hari ini kamu harus jajan"Chenle menarik tangan Jaemin keluar dari kelas lalu pergi untuk membeli makanan. Jaemin menatap air mineral dingin di tangannya, ia tersenyum kecil lalu membelinya lagi satu. Chenle yang melihat Jaemin mendadak penasaran lalu mendekatkan tubuhnya pada Jaemin,
"Buat siapa? Buat pacarmu ya?"

"Kau ini!"Jaemin membayar minumannya lalu berlari meninggalkan Chenle yang berteriak sembari marah. "Hey..kamu mau kemana? Ini masih jam sekolah"

"Maaf pak, boleh tidak saya keluar sebentar saja. Tidak lama kok, nanti kembali lagi. Lima menit saja, boleh ya?"penjaga sekolah itu mengangguk, membukakan gerbang sekolah dan membiarkan Jaemin keluar dari sekolah. Kakinya terus melangkah menghampiri parkiran, mengetuk-ngetuk mobil seseorang sembari sedikit kesusahan memegang dua botol minuman ditangannya.
"Loh? Kamu ngapain? Kenapa keluar sekolah?"

"Hehe..ini"Jaemin memberikan salah satu botol pada Jeno, membuat pria itu memiringkan kepalanya sejenak menunggu penjelasan. "Papa juga pasti haus, Nana ke kelas lagi ya?"

Jaemin menarik tangan Jeno agar pria itu menurunkan tubuhnya, mengecupnya cepat lalu kembali berlari karena takut telat masuk ke kelas. Jeno menatap botol air ditangannya, tersenyum sembari terus menatapinya. "Dia memang penuh kejutan ya"

***

Jeno mengerjapkan matanya, ia terbangun dalam keadaan panik tapi untungnya tidak lagi karena baru melihat Jaemin sudah ada di mobil. Ia juga tertidur sembari memeluk tasnya. "Astaga! Jam dua! Jaemin belum makan!"

Pria bermarga Lee itu buru-buru menyalakan mobilnya dan tancap gas. Mencari restoran terdekat. "Papa mau kemana?"

"Kamu belum makan, papa gak mau kamu sakit lagi"

"Aku udah makan..tadi istirahat aku jajan jadi gak makan bekal. Tadi pulang sekolah langsung makan bekalnya jadi gak sakit perut lagi"

"Serius? Kamu gak bohong?"

"Serius papa..kalau bohong papa boleh hukum aku berdiri yang lama"Jeno menatap Jaemin curiga, setengah tidak percaya dengan ucapannya.
"Tidak, kamu harus makan"

"Ayolah..aku mau makan masakan mama"

"Oh? Jadi tidak mau makan sama papa ya? Begitu sekarang? Gak mau sama papa?"

"Ih..gak gitu"ucap Jaemin sembari sedikit tertawa melihat ekspresi wajah Jeno. "Aku lagi gak mau makan diluar"

"Terus kamu mau makan di mana? Restoran banyak. Papa bisa beliin semua makanannya"

"Ih papa.. gitu ah. Gak seru"

"Seru apanya hah? Kesehatan mu penting. Mau sakit perut lagi? Gak mau kan? Jangan ngeyel"

"Gak rame ah..gak bisa diajak kerjasama"Jaemin memalingkan muka dan melipat tangannya, enggan menatap Jeno sedikitpun. "Yaudah iya-iya makan dirumah"

"Nah gitu dong..kan bisa sambil nonton Doraemon"

"JADI DORAEMON LEBIH PENTING DARI PAPA? IYA??"

[]

Tadinya mau update nya jam malam, sekitar jam 10 keatas..
Tanganku gatel:)

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang