"kau yakin?"
Terlihat tidak yakin namun kepala nya tetap mengangguk. "Tidak apa-apa mama tidak pergi, kamu lebih penting"Jaemin menggeleng, rapat ini cukup penting untuk Xiyeon setelah mendengar pembicaraan dengan Soo Yeon tadi. Matanya masih mengarah pada Xiyeon yang malah terlihat khawatir,
"Papa pernah bilang.. semuanya akan baik-baik saja bila ada aku. Kalau aku ikut mama pasti baik-baik saja""Tapi Na-"
"Aku tau.. mama bilang aku harus bisa lawan ketakutan aku sekarang kan?"
Tadi, saat Xiyeon baru menyelesaikan urusannya dan kembali ke ruangan Jaemin dia tiba-tiba mengatakan ingin ikut. Walau terdengar ragu Jaemin terus memaksa Xiyeon agar membiarkannya ikut, bayangan menakutkannya masih terus menghantuinya.
"Pulang dari sini mama beresin baju kamu""Udah makan belum? Tadi paman Mark nitipin ini buat kamu katanya, harus dimakan"
***
Jaemin masih ragu dan terlihat khawatir, entah apa yang dipikirkannya.
Jaemin pernah bermimpi, ada Jeno disana. Ia kira akan jadi mimpi indah yang membayar kerinduannya, nyatanya itu lebih menyeramkan lagi. Dimimpinya ia melihat Xiyeon ikut bersama Jeno, meninggalkannya sendiri dan itu berhasil membuat Jaemin tidak tidur selama dua hari.
"Kamu tetap mau ikut?""Y-ya.."
"Mama bisa menolak jika kamu takut. Biar mama minta paman Mark saja yang gantikan mama"
"Lalu mama?"
"Entahlah.. pemimpin itu lebih menyebalkan dari perkiraan mama"
Jaemin menggeleng, tandanya rapat itu memang penting bagi Xiyeon.
Sampai lulus SMA saja, sampai itu saja Xiyeon ia izinkan bekerja.
Niatnya Jaemin memang ingin bekerja setelah lulus, sambil kuliah, setidaknya itu untuk keperluan sehari-hari sampai nanti menjadi pegawai tetap.
Tapi ia tidak yakin Xiyeon akan mudah dibujuk nantinya."Tidurlah, besok pagi-pagi kita pergi"
Xiyeon menatap Jaemin yang pergi ke kamarnya. Masih tidak percaya dengan ucapan Jaemin tadi, tiba-tiba memutuskan untuk ikut dengan kondisinya yang belum bisa dikatakan baik.
Dia percaya Jeno, percaya perkataan pria itu jika Na Jaemin adalah pembawa keberuntungan. "Apa besok aku harus menyuruh supirnya untuk melewati jalan lain ya?"***
Xiyeon menatap Jaemin yang lesu, tangannya memeluk tubuh Jaemin dari belakang. "Ada mama, kamu akan baik-baik saja"
Jaemin tersenyum tipis, melanjutkan sarapannya lagi.
Dua hari ia akan absen, dua hari juga ia harus bisa melawan rasa takutnya. Begitu selesai sarapan Jaemin segera keluar dari rumah, menunggu Xiyeon yang tengah mengecek keadaan sebelum mengunci pintu rumah.
Tangannya menggenggam tangan Jaemin yang terlihat mulai panik, tersenyum lebar untuk menenangkan pangeran kecilnya ini.
Xiyeon bahkan terkekeh kecil begitu melihat Jaemin yang begitu tegang saat duduk di dalam mobil, perdana setelah cukup lama anak itu tidak ingin naik mobil seperti ini.Xiyeon masih tetap menggenggam tangan Jaemin, sesekali mencium punggung tangannya dengan lembut.
"Sial.. kenapa aku pengecut sekali"Rasanya ia ingin memaki dirinya, bisa-bisanya takut naik mobil. Perlahan ia sandarkan punggungnya, mencoba untuk rileks selama perjalanan.
"Kamu tau? Pimpinan menyebalkan itu kemarin menyebut mama dengan sebutan Jung Xiyeon.. dikira mama tidak punya suami atau bagaimana""Pimpinan seperti dia memang tidak pantas mama hormati"
Supir didepan terlihat tertawa kecil mendengar ucapan Jaemin, anak itu benar. Pimpinan rumah sakit itu memang sedikit menyebalkan.
Xiyeon melirik Jaemin yang sudah tertidur walau terlihat tidak nyaman. Setidaknya Jaemin akan melewati perjalanan yang membosankan?
"Maaf sebelumnya jika ikut campur..saya mendengar anda bertengkar dengan pimpinan tentang rapat ini. Memangnya kenapa bisa begitu?""Anakku, dia memiliki.. ketakutan? Aku tidak bisa menyebutkannya dengan pasti. Namun kejadian ini yang membuatnya sampai ketakutan seperti sekarang"
"Kejadian?"
"Ingat kabar tentang kecelakaan beberapa tahun lalu? Sekitar.. 3-4 tahun lalu?"
Supir itu mengangguk, mendengarkan penjelasan Xiyeon dengan seksama. "Itu ayahnya. Itu yang membuatnya ketakutan seperti ini, dia takut jika hal itu terjadi kembali pada saya. Karena itu saya kemarin sempat beradu mulut dengannya""Saya kira itu bukan ayahnya.. sepertinya saya tidak terlalu mementingkan berita di televisi.
Memangnya anak anda.. maaf sebelumnya, anak anda berada di kejadian itu?""Tidak.. sebenarnya dia dirumah tapi.. mungkin kamu paham kenapa dia begitu spesial untuknya. Anak saya menunggunya terus, mungkin bisa dibilang itu hal yang terberat untuknya"
"Saya turut berdukacita mendengarnya. Semoga dia cepat membaik dan kembali bangkit"
***
"Na, sudah sampai.."
Jaemin bangun dan menatap sekitarnya, matanya yang baru terbuka setengah memperhatikan sekelilingnya sekarang. "Kamu mau dimobil terus?"Anak itu buru-buru turun, jalannya masih sempoyongan karena belum mengumpulkan nyawa. Ia menatap hotel yang cukup besar dihadapannya lalu mengikuti Xiyeon yang sudah jalan lebih dulu.
Supir tadi pun mengantarkan barang-barang Xiyeon ke kamarnya,
"Jika butuh sesuatu anda bisa menelpon saya""Terimakasih ya?"
Jaemin menatap kamar yang akan menjadi tempat nya tidur sekarang. Terdapat dua single bed dan beberapa fasilitas lainnya. Ia jatuhkan tubuhnya diatas kasur dan kembali tertidur, mengabaikan Xiyeon yang terlihat tengah membereskan dulu barang-barangnya. "Kamu kelelahan, hm? Sampai sepatunya tidak dibuka"Xiyeon membukakan sepatu Jaemin setelah menaruh mantelnya tadi. Menyelimuti anaknya yang sudah kembali terlelap, "seperti Jeno saja"
Baru saja datang wanita itu sudah disibukkan dengan laptopnya, ada beberapa panggilan juga yang terus masuk ke ponselnya.
Jaemin yang terbangun menatap sebentar mamanya yang terlihat fokus sebelum kembali tertidur.
"Na, mama mau keluar sebentar ya? Diem dikamar aja"Jaemin mengangguk dalam tidurnya. Xiyeon juga segera keluar untuk mengurus sesuatu, untungnya tempatnya bertemu dengan dokter lain masih di tempat yang sama jadi Jaemin tidak ia tinggal jauh-jauh.
Rasanya tengah mengurus anak kecil saja, bukan remaja SMA.
Na Jaemin juga mengabaikan ponselnya yang terus berdering, Chenle menelponnya terus menerus begitupun Felix.
Tangannya mengambil ponsel miliknya dengan malas, muak mendengar dering telepon sejak tadi.
"Kenapa? Kangen ya?""Na Jaemin sialan, dimana kau?! Kabur dari rumah sakit lagi!?"
"Seoul"
"Hah? Maksudnya kamu kabur ke Seoul? Ya Tuhan Na Jaemin..."
"Banyak omong ah! Aku ikut mama ke Seoul. Udah ya tuan muda, tuan Na Jaemin nya mau tidur lagi, harap jangan ganggu,
Terimakasih."[]
Ngefeel gak part ini? Idenya aku sambung-sambung soalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Him Nana
Fanfiction[Sequel dari 'Sweet Night'] Tepat di tanggal 13 Agustus, Seseorang lahir dan menambah cerita dihidup nya. Membuatnya bisa kembali merasakan sosok seseorang yang berharga di hidup nya "Kalian percaya adanya reinkarnasi?" [Cerita yang paling panjang y...