"a-ah maaf.."Jeno buru-buru keluar dari ruangan setelah ponselnya berbunyi. Ditatapnya nomor yang masih asing untuknya sebelum ia jawab,
"Halo""Halo, selamat siang. Apakah ini dengan orangtua dari Na Jaemin?"
***
Jeno kalut sekarang, sudah tidak bisa berpikir dengan jernih lagi.
Itu pihak sekolah, menelpon karena Jaemin absen hari ini. Jelas-jelas dirinya sendiri yang mengantarkan Jaemin ke sekolah, melihat anaknya itu melangkah menuju gedung sekolahnya.
Bagaimana bisa Jaemin absen. "Na Jaemin!"Nafasnya memburu sembari memeriksa seluruh penjuru rumahnya, tidak ada Jaemin disana. Jeno juga sudah menelpon Xiyeon dan wanita itu sama terkejutnya. Jeno mengacak rambutnya, ia sudah panik sekarang. Jeno menatap ponselnya yang kembali berbunyi, lagi-lagi nomor yang tidak ia ketahui.
"Halo""Selamat siang, apakah ini dengan orangtua Na Jaemin? Ini dari kepolisian. Kami menemukan anak anda didekat sini dan masih dengan seragam sekolah nya-"
"B-baik, saya akan kesana"
Jeno meremat ponselnya, bingung harus marah atau bagaimana. Mobil miliknya melesat dijalanan menuju kantor kepolisian dan benar saja, ada Na Jaemin disana. Dengan kepala tertunduk dan kedua tangannya yang mengepal diatas pangkuannya.
"Orangtua Na Jaemin?""Iya, saya sendiri"
"Kami menemukannya sedang berjalan-jalan. Bukankah jam segini seharusnya dia berada di sekolah? Dia tidak bicara sama sekali selain menuliskan nomor telepon anda."
"Maaf..saya kurang memperhatikan anak saya."
"Nak, jangan membolos seperti itu lagi. Kamu membuat ayahmu khawatir"Jaemin tidak menjawab, bahkan ia tetap diam sambil mengikuti Jeno dan akhirnya berhenti di parkiran. Pria dihadapannya berbalik dan sepertinya menatapnya tajam,
"Na Jaemin""Apa yang kau lakukan hah?!"
Jeno meremat bahu anaknya yang masih menunduk, "kau gila?!""Apa-apaan kamu sampai bolos dan bisa kesini?"
Jeno melepaskan genggamannya, mengangkat dulu telpon yang ia terima."Maaf, kontrak kerjasama nya dibatalkan pak"
Jaemin bisa mendengarnya, ia melihat Jeno yang tengah berbicara di telpon. Sudah bisa ia simpulkan jika papanya baru saja membatalkan rapat hari ini sampai kontrak kerjasama nya pun ikut batal. Terdengar helaan nafas berat dari pria didepannya sebelum kembali menatapnya, "tatap siapa yang bicara denganmu Na Jaemin"
Jeno terdiam begitu Jaemin menatapnya, mata anaknya sudah berkaca-kaca, berlinang air mata. "Kau mau membuat papa kecewa?"
"T-tidak..aku minta maaf.."Jeno tidak menjawab, ia masuk ke mobil begitu saja. Berbeda dengan Jaemin yang panik sekarang, "papa aku minta maaf.."
"Papa aku tidak akan seperti ini lagi. Papa aku minta maaf"Jaemin menangis, Jeno sama sekali tidak menggubrisnya. Bahkan saat ia memegang tangannya. "Papa..aku minta maaf"
"Hiks..papa marah? Maaf..."Jeno menatap Jaemin yang menangis dari sudut pandangnya. Anak itu terus memohon meminta maaf padanya tak henti-henti.
"Jelaskan kenapa kamu melakukannya Na Jaemin"Jaemin diam, masih terisak sembari menatap Jeno. Bingung harus menjawab apa, "jelaskan sekarang juga"
Waktu terus berjalan dan Jaemin sama sekali belum cerita apapun, membiarkan Jeno terus menunggu penjelasannya.
Jeno mati-matian menahan kesabarannya, ia tidak ingin menjadi seperti saat itu lagi, saat ia membentak anaknya yang padahal tidak salah apapun sampai membuat Jaemin terus menangis kala itu. "Kamu tidak mau menjelaskannya, ya sudah"Jaemin masih diam, tangannya meremat seragamnya kuat-kuat. "Aku cape.."
Dua kata itu mampu membuat Jeno tidak jadi menyalakan mesin mobilnya. Jantungnya seakan berhenti begitu saja mendengarnya, rasanya sulit untuk dijelaskan.
"Aku cape..tiap hari dapet mimpi aneh terus. Aku gak mau mimpi kayak gitu lagi..tadi juga aku gak kuat sekolah karena mimpi itu""Mimpinya selalu bikin aku merasa bersalah. Aku gak tau salah aku apa karena hampir tiap mimpi aku itu dimarahin. Dan yang marah itu selalu saja orang yang mirip sama kakek."Jaemin kembali menangis, kepalanya terasa pusing mengingat mimpi-mimpinya yang seolah terus saja bersambung.
Jeno masih diam, menatap Jaemin yang mengusap pipinya."Maaf..karena aku, kerjasama papa sama orang lain harus batal...papa boleh hukum aku"
"Maaf"
Jaemin mendongakkan kepalanya menatap Jeno, "apa?"
"Maaf masih belum bisa menjadi papa yang mengerti semua tentang mu"
***
Keduanya tengah makan siang di luar, tidak ada yang berbuat sedikitpun. Jaemin yang fokus makan sedangkan Jeno yang memperhatikan Jaemin makan.
Ponsel yang seharusnya berdering karena banyaknya panggilan masuk Jeno nonaktifkan, sebanyak apapun ia menyisihkan waktu untuk Jaemin tidak menjamin ia mengetahui semua hal tentang anaknya. Tidak menjamin ia tau semuanya termasuk rahasia kecil yang disembunyikan oleh Jaemin. Jaemin tidak berani menatap Jeno, pria itu terus memperhatikannya membuatnya sesekali salah tingkah. Diperhatikan seperti ini oleh Jeno bukanlah hal yang menyenangkan, apalagi jika pria dihadapanmu itu tidak ikut makan dan tidak bicara sama sekali, rasanya seperti sedang diinterogasi.Jeno mendorong piring yang berisi beberapa potong udang, masih utuh karena Jaemin sama sekali belum menyentuhnya. Dagunya ia topang dengan tangannya sembari memperhatikan Jaemin, "jadi...berapa banyak lagi yang papa tidak ketahui tentang kamu?"
Jaemin mengendikan bahunya. Ia merasa papanya sudah mengetahui semuanya selama ini.
"Papa sudah tau semuanya""Benarkah?"
"Bahkan papa tau kapan aku tersandung meja kan?"
Jeno mengangguk, mengabaikan perutnya yang terasa sakit. "Papa gak makan?""Papa makan dirumah aja-"Jeno melirik jam yang melingkar di tangannya, "-sampai waktunya kamu pulang baru kita kerumah"
"Papa masih marah?"
Jeno menegakkan tubuhnya, menatap Jaemin didepannya. "Harusnya masih""Tapi ini salah papa juga, harusnya papa mengerti yang anak papa rasakan"Jaemin berhenti mengunyah, mencerna ucapan Jeno tadi.
"Sudah, gak usah dipikirin. Habisin, bentar lagi kita pulang"***
"Jaemin..kamu darimana? Papa menelpon mama tadi dan bilang kamu gak disekolah"
Jeno mengendikan bahunya sambil melenggang masuk ke rumah, "hanya jalan-jalan""Jalan-jalan?"Jeno mengangguk, meneguk sebotol air dingin yang ia ambil dari dalam kulkas. "Belum masak?"
"Belum...baru sampe banget ke rumah. Kenapa?"
Melihat Jeno yang menunjukkan cengiran nya membuat Xiyeon yang awalnya bingung langsung memandangnya kesal. Diambilnya botol minum Jaemin yang kosong dan dilemparkannya ke arah Jeno.
"Bagus ya?! Udah pinter ngelewatin jam makan..pinter banget kamu ya!"[]
Apani...apani?
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Him Nana
Fanfiction[Sequel dari 'Sweet Night'] Tepat di tanggal 13 Agustus, Seseorang lahir dan menambah cerita dihidup nya. Membuatnya bisa kembali merasakan sosok seseorang yang berharga di hidup nya "Kalian percaya adanya reinkarnasi?" [Cerita yang paling panjang y...