"Jaemin kritis, benturan di kepala terlalu keras.. hei, Renjun?"
Renjun yang mendengar ucapan Mark itu menggeleng kuat, kenapa harus terjadi lagi hal seperti ini yang bahkan sama seperti di masa lalu. "Bodoh.. kau benar-benar bodoh.."makinya, tangannya pun ikut memukul kepalanya pelan."Bibi Xiyeon bagaimana?"
"Dia diruangannya, sudah tau tentang ini. Aku sengaja tidak mengizinkannya kesini, saat mendengarnya pun dia sempat pingsan. Biar aku yang mengambil alih dari sini, terimakasih sudah menolong"
Renjun tidak menjawab, diam menatapi Jaemin dari balik kaca tebal. Tubuhnya dipasang beberapa alat medis yang membantunya, disaat semuanya panik dia malah terlihat tenang seperti itu. Tangannya menyentuh kaca didepannya, menangis kembali mengingat saat itu Renjun bahkan tidak sempat melihat Jaemin dulu selain saat di ambulan. Tiba-tiba dia mendapat kabar kalau Jaemin melakukan donor dan tidak bisa bertahan lebih lama bahkan setelah dibantu alat medis."Aku tau kamu takut.. aku tidak akan mengulangi hal yang sama. Jaemin harus tetap hidup"
***
Renjun enggan pulang, matanya terus menatap pada remaja yang terbaring di kasur berwarna putih itu. Apalagi mengingat saat Jaemin mengaku salah telah membentak Xiyeon, telah berkata sembarangan seperti itu juga.
"Renjun, pulang lah dulu.. aku akan tetap disini untuk menemaninya. Setidaknya jangan buat dirimu sakit juga, apalagi itu"Jisung menunjuk baju Renjun yang tersembunyi dibalik jaketnya, ada darah di bajunya. "Kau membuat orang lain takut disini"
"Bagaimana kalau Jaemin sama seperti dulu lagi?! Bagaimana Park Jisung!?"
"Tidak akan.. aku tau Na Jaemin yang sekarang pasti lebih kuat lagi. Ganti baju dan makan, tidur sebentar dirumah. Kalau kau menurut aku akan mengizinkanmu untuk kesini lagi"
"Jaemin sung.. dia.."
Jisung hanya tersenyum, mengusap punggung Renjun. "Kamu bilang dia kan kuat.. Jaemin hanya ingin beristirahat saja, biarkan dulu dia istirahat untuk beberapa saat. Pulang dulu sana, pakai mobil ku saja tidak apa-apa.. aku tetap disini kok. Kalau ada apa-apa nanti aku beritahu"Jisung menatap Renjun yang akhirnya mau untuk pulang sebentar. Tatapannya kini mengarah pada seseorang yang masih juga belum bangun, "dia hanya istirahat.. hanya sebentar.."
Jisung duduk di kursi dan memandangi lorong yang cukup sepi sekarang. Ditangannya ada paper bag yang masih rapi. Saat membawakan oleh-oleh untuk Jaemin ia lupa satu hal, sebenarnya itu sudah cukup lama ia beli namun Jisung masih belum menemukan waktu yang tepat untuk memberikannya. Tangannya mengambil barang didalam paper bag itu, tersenyum kecil melihatnya.
Hadiah kecil untuk Jaemin, lebih tepatnya itu pun kerja sama dengan Jeno. Dia yang waktu itu sedang study tour melihat barang itu dan menanyakannya pada Jeno apakah ia boleh membelikannya untuk Jaemin.Sebuah music box yang tidak terlalu besar, lagunya pun pas sekali dengan lagu kesukaan Jaemin dulu.
Remember me dari film coco.
Jisung coba menyalakannya, membiarkan alunan lagu itu mengisi hening nya lorong rumah sakit. "Siapa yang berani menyakiti mu, Na.."***
Xiyeon menatap wajahnya dari pantulan cermin. Kacau setelah menangis semalaman memikirkan Jaemin. Ia menghirup oksigen sebanyak-banyaknya, menutupi wajah pucatnya dengan bedak dan segera pergi menuju rumah sakit. Saat turun dari mobil Xiyeon sempat termenung sebentar sebelum kembali berjalan,
"Kau gila?! Dimana akal sehatmu?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Him Nana
Fanfiction[Sequel dari 'Sweet Night'] Tepat di tanggal 13 Agustus, Seseorang lahir dan menambah cerita dihidup nya. Membuatnya bisa kembali merasakan sosok seseorang yang berharga di hidup nya "Kalian percaya adanya reinkarnasi?" [Cerita yang paling panjang y...