66. Satu dari ribuan bintang

803 123 17
                                    

"Na.."Jeno menatap Jaemin yang masih murung. Haechan datang tadi, niatnya untuk minta maaf tapi Jaemin malah langsung mengusirnya. Sebegitu kesalnya seorang Na Jaemin pada Haechan.
"Maafin paman Echan ya? Papa juga kan udah mulai sehat.."

"Gak mau! Paman Haechan udah bikin papa muntah terus"
Jeno mengendikan bahunya, tidak bisa memaksa Jaemin terus. Haechan masih menatapi Jaemin yang marah padanya, gara-gara kemarin Haechan juga tidak bisa tidur saking takutnya pada keluarga ini.
"Papa gak pernah ajarin Nana punya dendam sama orang lain loh"

Semenit kemudian Jaemin menangis, anak itu menangis dengan suara pelan. Tangannya meremat celananya erat, "Nana gak mau papa sakit.."

"Papa udah sehat kok, kemarin juga salahnya papa karena gak cerita dulu sama paman Echan. Lihat tuh, paman Haechan masih nungguin Nana maafin dia"

"Jaemin..maafin paman Haechan ya? Janji deh gak bakal maksa-maksa papanya Jaemin lagi"Jaemin mengusap matanya kasar lalu mengangguk, membuat Haechan bisa bernafas lega.
"Udah dong jangan nangis lagi"

Jeno tersenyum kecil melihat Jaemin yang kini memeluknya, walaupun kadang menyebalkan tapi hatinya bahkan lebih lembut dari kapas. "Itu, paman Haechan bawain boneka buat Nana.
Yang sakit siapa yang dibawain sesuatu siapa"cibir Jeno menatap Haechan tidak suka.

"Ya.. habisnya aku bingung. Kalau beli bir lagi nanti digantung Mark hyung di pohon, aduh!"Haechan yang awalnya hendak mengomel langsung ciut begitu Mark berada di belakangnya. "Bilang apa tadi?"

"Enggak bilang apa-apa kok..damai.."

"Gimana? Udah mendingan?"tanya Mark memberikan kantung plastik pada Jeno. "Udah kok..emang Mark hyung doang yang paling peka"sindir Jeno sembari melihat isi kantung plastiknya.

"Papa mau itu"Jeno memberikan beberapa butir anggur pada Jaemin, sepertinya anggur yang diberikan oleh Mark akan habis oleh Jaemin nantinya.
"Xiyeon mana?"

"Masih tidur, pulangnya pagi tadi. Gak tega banguninnya"

"Terus, yang masak siapa?"

"Delivery, hehe"Mark mencebik, padahal dirumah masak banyak. Kan lumayan buat Jeno makan.
Ketiganya mengobrol santai diselingi candaan Jaemin. Oh ya, anak itu hari ini tidak masuk sekolah karena tidak mau meninggalkan Jeno.
Biarkanlah Chenle tidak ada teman sebangku hari ini, jahat memang Na Jaemin.

"Papa..."

"Hm?"

"Mau beli es krim boleh?"

***

"Papa sedang apa?"tanya si kecil mengintip papanya yang tengah duduk di taman rumah, duduk diatas rerumputan menatapi langit.
"Papa lagi liatin langit"

"Kenapa? Papa menghitung bintang?"

Skakmat, Jeno tidak bisa menjawab apapun. Bahkan untuk menatap Jaemin pun enggan.
"Tidak..papa mencari seseorang"

"Siapa?"

"Pamannya Nana, tapi itu tadi"Jeno kembali mendongakkan kepalanya, menatap ribuan bintang di langit sana. "Terus sekarang cari siapa?"

"Lagi cari anaknya papa"

"Anaknya papa? Kan Nana anaknya papa..aku disini"

"Benarkah? Papa tidak melihatnya"Jaemin merengut, mendekatkan wajahnya pada wajah Jeno. "Lihat kan? Na Jaemin disini"

"Kita bikin janji mau gak?"

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang