98. Arti papa untuk Na Jaemin

669 112 6
                                    

Hari ini sebenernya tidak ada kegiatan, namun tadi pagi Mark tiba-tiba datang dan mengajak Jaemin pergi berdua. Bahkan tak memberitahu pada Xiyeon akan kemana mereka berdua.
Yang dilakukan Jaemin sekarang hanya duduk didalam mobil dalam diam, tidak ada niatan untuk mengajak Mark mengobrol. "Mau beli makanan dulu?"

"Hm?"

"Paman tidak yakin ditempat yang akan kita kunjungi akan ada banyak makanan yang akan kamu suka. Drive thru?"
Jaemin setuju, kembali menatap langit dengan hamparan awan berwarna putih bersih yang sejak tadi menarik perhatiannya. Sayangnya Jaemin lupa membawa kamera yang Jeno sering gunakan. Ayahnya kadang menyuruhnya untuk memotret sesuatu apapun yang menarik perhatiannya namun masalahnya itu, Jaemin selalu lupa.

"Kamu gak penasaran mau dibawa kemana?"

"Gak.."

***

"Oh?"
Jaemin menatap festival yang tidak terlalu besar itu namun cukup ramai. Penuh dengan hiasan-hiasan lainnya dan banyak permainan yang bisa dimainkan. "Papamu pernah kesini"

"Benarkah?"

"Ya..sama paman kamu. Lebih tepatnya kabur?"Jaemin tertawa mendengarnya, menatap lagi festival yang memang tidak asing baginya.
"Sebenarnya lebih ramai saat malam, tapi kita juga bisa kesini lagi nanti. Sekarang kesini habis itu jalan-jalan lagi terus kesini lagi. Ayo!"

Mark merangkul Jaemin dan mengajaknya untuk bersenang-senang disana. Senyuman Jaemin tak luput dari perhatian Mark, ia senang jika Jaemin menikmati kegiatannya hari ini. "Ah..maaf ya, paman belum bisa mengajakmu ke festival yang lebih besar lagi seperti yang dilakukan papa mu"

"Tidak.. ini juga sudah menyenangkan kok. Paman ayo beli itu!"
Mark menatap stan penjual minuman yang ditunjuk oleh Jaemin lalu mengangguk, kebetulan juga ia haus.
Setelah membeli camilan dan minuman tadi mereka mencari tempat duduk. Awalnya Jaemin mengajak Mark untuk makan di mobil saja mengingat makanan yang dibeli tadi belum dimakan namun pria itu menolak dan mengatakan mereka bisa memakannya saat jalan-jalan nanti.

"Jaemin"

"Hm?"

"Apa arti papa untukmu?"
Jaemin meneguk minumannya dulu lalu mencomot kentang goreng yang mereka beli. "Papa ya..."

"Gak tau, aku gak bisa ngejelasinnya.
Maksudnya, aku gak bisa jelasin dengan kata-kata, akan susah untuk memahaminya.
Papa itu seperti superhero? Tapi tanpa baju khusus yang sering dikenakan superhero yang aku tonton. Papa juga seperti tentara yang melindungi negaranya? Papa jarang main-main sama orang yang ganggu aku atau mama. Jika orang lain bilang kalau papa itu kalah hebat daripada mama, itu salah.
Papa sama hebatnya dengan mama, bisa jadi apa saja disetiap kondisi. Kalau barang mungkin sebutannya serbaguna? Tapi ini bukan barang. Superhero tanpa jubah, nah.. maksudnya kayak gitu. Mungkin buat beberapa orang papa itu sosok menyeramkan? Padahal tidak..dia hanya tegas saja bukan menyeramkan seperti monster."
Jaemin menjeda penjelasannya dan meminum minumannya karena tenggorokannya terasa kering.
"Papa bisa jadi seperti monster jika tau keluarganya disakiti. Makanya papa itu kadang sedikit... protektif? Beberapa kali larang aku buat ngelakuin sesuatu dan aku juga paham karena papa takut aku kenapa-kenapa."

"Kalau disuruh pilih, pilih papa atau mama?"

Jaemin menunjuk pada Mark dengan kentang goreng ditangannya, "aku tidak akan jawab yang satu itu, ganti pertanyaan"

"Ayolah, tinggal pilih apa susahnya?"

"Bagi paman mungkin mudah, tinggal pilih. Tapi bagiku tidak,
Papa sama mama sama hebatnya, papa yang selalu jaga aku dan mama yang ngerawat aku sejak masih kecil.. itu lebih sulit daripada perkiraan paman.
Uhm..paman, masih ada uang kan? Aku mau beli minum lagi ya?"

***

"Sedang apa?"Mark mengintip Jaemin yang sejak tadi hanya duduk dan seperti sedang menulis sesuatu. Jaemin buru-buru menutup bukunya dan mendorong wajah Mark menjauh, "mana ada buku pribadi dibaca orang"

"Buku pribadi? Ada tentang pacar kamu ya disitu? Aduh!"Jaemin tersenyum puas begitu Mark mengaduh karena ia memukul kepalanya dengan buku ditangannya.
"Ini namanya buku harian, h-a-r-i-a-n. Paham paman Mark Lee?"

"Paham, kapten!"

"Jadi gak boleh ada yang baca ini selain..aku!"

"Siap!"Jaemin menaruh bukunya kembali ke dalam tas. Sebenarnya ia sudah cukup lelah hari ini, namun tawaran Mark untuk pergi ke tempat lain terlalu menggiurkan baginya. "Bapak yang satu ini ya... tau saja anaknya sedang dengan siapa"

Jaemin menatap Mark yang ngomel sendiri sembari mengangkat telpon itu,
"Apa-apaan kau ini, anakku baru saja sembuh sudah diajak main seharian penuh. Kau ingin Jaemin demam lagi hah?! Kau tau sendiri Jaemin itu rawan sakit lagi kalau baru sembuh terus kegiatannya padat!"

"Jaemin..paman penasaran bagaimana kamu bisa tahan dengan seorang ayah yang cerewet seperti dia"

"Kurang ajar kau Mark Lee!"

"Hei! Aku ini lebih tua darimu..tidak ada sopan santunnya kamu ya!
Ini, daripada aku jadi darah tinggi menghadapi papamu yang sudah seperti ibu-ibu"Jaemin mengambil alih ponsel Mark, tertawa melihat Mark yang tak henti-hentinya mengomel.
"Ya?"

"Kamu ngapain aja sampai jam segini belum pulang? Tadi papa tanya sama mama kamu kemana, katanya sama paman Mark. Baru sembuh loh kamu tuh, kalau sakit lagi gimana? Tadi makan apa aja? Gak beli minuman yang dingin atau es krim kan? Udah makan siang belum?"

"Satu-satu dong tanyanya. Makan siang udah kok, kalau minuman..tadi cuma sekali di festival. Hehe"

"Udah sore, pulang sana. Papa gak mau badan kamu panas lagi"

"Iya papa sayang... nanti aku minta paman anterin pulang. Udah ah jangan berisik lagi"
Jaemin kembali memberikan ponselnya pada Mark, membiarkan Mark kembali mengomel tak jelas. Jaemin menatap keluar jendela, terlihat beberapa orang tengah bermain di pinggir pantai. "Tadinya mau ajak kamu main kembang api disana, tapi takut bapak negara makin marah, gak papa ya?"

"Gak apa-apa kok. Pulang aja, aku juga udah cape"
Mark mengangguk dan kembali menyalakan mobil nya. Mulai meninggalkan pantai yang padahal menjadi tujuan terakhir mereka.
"Padahal paman udah beli kembang apinya loh..astaga!"

Jaemin terkejut dengan Mark yang tiba-tiba mengerem dadakan, bahkan dadanya sedikit sesak karena sabuk pengaman yang dipakainya. "Maaf maaf, kamu gak apa-apa kan? Gak ada yang luka?"

Jaemin hanya menggeleng, ia masih kaget dengan yang tadi dan sekarang ditambah Mark yang terlihat panik. Baru kali ini ia melihat Mark seperti tadi.
"Mobil sialan...ada nyawa yang benar-benar harus dijaga disini!"

Nyawa? Benar-benar dijaga?
Jaemin menggelengkan kepalanya, bingung dengan ucapan Mark. Bahkan detak jantungnya belum normal lagi dan membuatnya hanya diam selama perjalanan. Bahkan Mark membawa mobilnya lebih pelan dibandingkan sebelumnya.

[]

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang