"terimakasih traktirannya!"
Jaemin menaiki sepedanya setelah membeli ice americano, rencananya ia akan ke rumah sakit.
Tadi pagi mamanya mengajaknya untuk makan siang bersama diluar, untungnya tidak ada pelajaran tambahan hari ini.
Setelah menaruh sepedanya ia berjalan masuk ke rumah sakit, sebuah perdebatan menarik perhatiannya begitu masuk. Matanya menatap seorang pria yang tengah memaki seseorang. Sial, itu Xiyeon."Kau ini tidak becus ya jadi dokter?!
Jaemin memiringkan kepalanya menatap pria yang tengah memaki Xiyeon, membiarkannya terlebih dahulu. Penasaran apa yang akan dilakukan Xiyeon.
"Pak.. pengobatan tidak bisa dilakukan secara instan. Jika langsung seperti itu saya tidak yakin jika pengobatannya akan berjalan lancar""Kenapa? Kau takut ya? Ah.. jangan-jangan kau sengaja? Sama seperti kejadian itu. Kau membunuh suami mu sendiri kan?"
Jaemin melemparkan kopinya tepat pada wajah pria itu, menarik tangan Xiyeon ke belakangnya. "Kurang ajar! Kau tidak tau sopan santun ya?!""Pintu keluar disebelah sana. Silahkan keluar dan jangan tunjukkan wajahmu disini lagi"
"Ah..kau anaknya ya? Pantas.. sama-sama tidak benar. Ibunya yang tidak becus jadi dokter dan anaknya yang tidak sopan santun. Benar kan? Ayahmu mati ditangan ibumu sendiri.. ditangan dokter tidak berguna sepertinya. Dia yang pantas mati, hidupnya tidak berguna disini"
"Anjing!"Xiyeon memekik begitu Jaemin memukul pria itu brutal. Tidak ada yang berani memisahkan sampai Jaehyun dan Mark datang untuk melerai. "Lepas sialan!"
"Jaemin! Ada apa ini?!"Jaemin berhasil lepas, ia tendang keras perut pria itu sampai menabrak kursi yang ada. Tangannya tak segan hampir mencekik pria itu, "dengar ini baik-baik. Kau yang bukan siapa-siapanya ibu saya berani membentaknya..bahkan saya lihat anda hampir menamparnya. Demi Tuhan saya bahkan tidak berani membentak ibu saya! Ada yang salah dengan jiwa mu pak..kau gila ya? Mau saya antar ke rumah sakit jiwa?!"
"Na Jaemin berhenti! Dia bisa mati kalau kau cekik seperti itu"
"Berlutut. Minta maaf pada semuanya atau saya bunuh kau disini! Sekarang!"
Jaemin melemparkan tubuh pria itu dengan mudahnya.
"Kenapa? Kau sudah tau ibumu tidak becus ya? Kau sama gilanya dengan ucapanmu. Kalian berdua, susul saja keluarga kalian yang sudah mati itu!""Bajingan!!"
Kali ini, Mark sengaja membiarkan Jaemin memukul pria itu. Lantai rumah sakit sudah ternodai dengan bercak-bercak darah. Tatapannya yang semula khawatir berubah menjadi dingin, seakan menusuk setiap orang yang ditatapnya. "Kau keterlaluan, pak""Bawa dia ke rumah sakit yang lain, saya enggan menerima pasien yang bahkan tidak beretika sepertinya"
Jaemin berhenti memukul kala melihat Xiyeon menahan tangisannya. Didorongnya tubuh pria yang sudah mulai lemas itu.
"Kau..akan ku ingat wajah mu baik-baik sebagai orang yang pernah menginjak-injak harga diri ibuku. Ingat itu baik-baik"Jaemin menyeka darah di ujung bibirnya, pria itu juga melawan walau lebih unggul Jaemin.
"Sial..aku ingin membunuh mu saja!""Kau...adalah salah satu alasan aku benci dunia. Kau salah satu monster disini"
***
Xiyeon menatap Jaemin yang melamun. Tangannya masih telaten mengobati luka Jaemin, masih mengingat seperti apa Jaemin tadi. Baru kali ini ia melihatnya seperti itu, hampir sama ketika Jeno menolongnya kala itu tapi Jaemin bisa dibilang lebih menyeramkan.
"Ada yang sakit?"Xiyeon diam sebentar saat Jaemin bertanya seperti itu, "kita makan dulu yuk? Kamu belum makan"
"Ada yang sakit?" Tanya Jaemin ulang, menahan tangan Xiyeon yang hendak berdiri. "Gak usah bohong, aku tau ada yang sakit"
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Him Nana
Fanfiction[Sequel dari 'Sweet Night'] Tepat di tanggal 13 Agustus, Seseorang lahir dan menambah cerita dihidup nya. Membuatnya bisa kembali merasakan sosok seseorang yang berharga di hidup nya "Kalian percaya adanya reinkarnasi?" [Cerita yang paling panjang y...