73. Selamat bersenang-senang!

664 106 3
                                    

Jaemin menatapi deretan bunga yang berwarna-warni. Memilih bunga yang ingin ia beli. "Papa.. aku mau ini"

Jeno menoleh lalu menganggukkan kepalanya. Mereka memang sedang berada di toko bunga, satu buket bunga pilihan Jeno dan satu lagi pilihan Jaemin. "Ini"
Jaemin mengambil buket bunga putih pilihannya dari tangan Jeno, memeluknya selama di mobil. "Bunganya buat siapa? Kamu punya pacar?"

"Aish.."Jeno tertawa kecil melihat anaknya yang sekarang merajuk. Bahkan ia tidak mau berjalan bersama dan memilih berjalan lebih dulu. "Halo paman Jaemin!"serunya sembari duduk disebelah makam sang paman.

Jika seperti ini Jeno akan sulit memanggil anaknya karena memiliki nama juga panggilan yang sama. Pantas Haechan pernah memarahinya karena menamakan anaknya dengan nama yang sama.
"Papa akan sulit memanggil kalian berdua"

"Papa panggil aku Nana, kalau papa mau manggil paman panggil aja paman Na atau paman Jaemin"

"Siap bos"

"Paman..kemarin hasil ulangan harian ku seratus loh! Paling besar dikelas"

"Ey..kamu tidak memberitahu papa"Jeno mendelik pada Jaemin, bahkan anak itu tidak bilang ada ulangan. "Biarin, kan aku lagi cerita sama paman"

"Paman..Nana pengen lihat wajah paman. Kata papa muka Nana sama paman Na mirip, nanti datang ke mimpi Nana mau kan?"
Jeno diam, seperti tersambar petir yang tak terlihat. Membuatnya hanya menatap kosong makam ibunya.
Xiyeon cerita padanya tentang mimpi anaknya yang kemungkinan akan membuat nya ingat bagaimana kehidupan di masa lalunya secara perlahan.

Jeno takut, bagaimana jika Jaemin mengingat kehidupannya yang bahkan menurutnya tidak sebaik kehidupan yang sekarang. Bagaimana jika ia kembali merasakannya lewat mimpi-mimpinya. Bagaimana jika Jaemin merasakan rasa sakit pada hari itu?
Jeno menarik rambutnya pelan, pusing memikirkan itu semua. Kepalanya jadi berdenyut karena apa yang ada di kepalanya tadi. "Astaga.."

"Papa kenapa? Papa sakit?"

"T-tidak...tidak apa-apa"Jeno memasang senyumnya lalu kembali memijat pangkal hidungnya untuk mengusir rasa pusing yang ia rasakan. Tidak tau mengapa ia bisa sampai pusing seperti ini hanya karena memikirkan hal itu,
Tau rasanya kepala belakangmu dipukul dengan keras?

Jika pertahanan nya tidak kuat, bisa ia pastikan dirinya sudah pingsan tadi. "Papa..ayo pulang"

"Kenapa? Sudah selesai ceritanya?"

"Sebenarnya belum..tapi aku kasihan melihat papa. Seperti mayat hidup saking pucat nya wajah papa, nanti paman Na marah karena aku gak jaga papa. Ayo pulang aja"

"Papa baik-baik saja"

"Aku tidak suka papa berbohong, ayo"Jaemin menarik lengan Jeno agar segera pulang. Sejak bercerita tadi ia memperhatikan Jeno yang terlihat sedang sakit itu makanya memutuskan untuk pulang.
"Biar aku yang nyetir ya?"

"Enak aja kamu ya"

***

Xiyeon baru pulang dari rumah sakit. Sengaja tidak menelpon Jeno agar menjemputnya karena sedang ingin naik taksi saja. Ia menaruh tasnya di sofa dan pergi ke dapur untuk membuat teh hangat, tubuhnya terasa benar-benar lelah sekarang. Sepertinya akan nyaman sekali saat berbaring di kasur nanti. Xiyeon tertegun melihat buket bunga berwarna merah diatas meja, diambilnya catatan kecil yang sengaja ditempelkan disana,

'maaf membuatmu harus kelelahan. Aku tidak tega melihatmu sering pulang malam hanya karena mengurus pasien di rumah sakit.'

'aku bilang pada Mark hyung agar membuatmu bisa cuti dua hari besok. Lakukan semua yang kamu mau.
Have Fun cantik!'

Xiyeon tersenyum membacanya, menyempatkan diri untuk mencium aroma buket bunga yang tampak cantik itu. "Seharusnya kamu menelponku agar aku menjemputmu"

Xiyeon menatap sinis Jeno begitu pria itu melingkarkan lengannya di pinggang Xiyeon dan menaruh dagunya di bahu wanita dipelukannya. Jika Jaemin masih bangun mungkin anak itu akan merengek untuk dipeluk juga.
"Kamu ada maunya ya sampai beli bunga seperti ini?"

"Enak saja.."Jeno masih tetap memeluk Xiyeon, istrinya juga tidak menolak dan mengusap lengan Jeno dipinggangnya. "Jaemin sudah tidur?"

"Baru saja. Tadinya mau menunggumu sampai pulang tapi ia malah tertidur dikarpet tadi"
Jeno memutar tubuh Xiyeon agar menghadapnya, masih setia memeluk nya sembari menatap wajah cantik Xiyeon.
"Jadi..besok mau kemana?"

"Gak tau..masih bingung. Kamu kerja tadi?"

"Iya. Jaemin aku titipin ke rumah Haechan. Taunya pas dijemput udah kayak donat aja karena kena banyak terigu"Xiyeon tertawa mendengar ucapan Jeno. Somi memang hobi bikin kue, tapi sepertinya ia salah mengajak Jaemin yang penuh dengan pertanyaan dikepala nya untuk membuat kue bersama.
Xiyeon menyandarkan kepalanya di dada pria yang mengecup dahinya lembut. Dipikir-pikir mereka jarang menghabiskan waktu bersama, bertiga dengan Jaemin ataupun hanya berdua. Jeno sibuk kerja dan kadang harus repot mengurus Jaemin sementara dirinya harus kerumah sakit dan pulang hanya untuk memasak makanan.

"Besok adalah harimu. Aku tidak mau melihatmu berkutat dengan pekerjaan mu atau datang ke rumah sakit.
Mau pergi kemana pun silahkan, asal izin dulu. Pokoknya buat dirimu merasa santai selama dua hari, oke?"

"Oke"Jeno tersenyum puas, hasil membujuk Mark agar mengizinkan Xiyeon cuti berhasil. Sebenarnya bukan ia yang membujuknya tadi Jaemin, makanya dokter itu bisa luluh.
"Tidur sana, udah malem. Mata kamu udah merah"

"Kamu gak tidur?"Jeno menggeleng, merapikan rambut Xiyeon agar tak menghalangi wajah istrinya. "Mau nonton bola dulu sebentar"

"Masih aja kamu ya.. jangan malem-malem tidurnya"

"Siap!"Xiyeon mengambil tasnya yang berada diatas sofa, mencium Jeno terlebih dahulu lalu pergi ke kamar untuk beristirahat. Jeno juga segera duduk manis didepan televisi,
"Okay..malam ini aku akan berkencan denganmu tv!"

***

Xiyeon menatap rumah yang sepi sekarang, memutar otak mencari kegiatan yang ingin ia lakukan. Membersihkan rumah sudah, mencuci baju sudah, menjemur dan menyetrika nya juga sudah.
"Astaga..bosan"

Xiyeon mengetuk-ngetukkan jarinya di meja, ia tersenyum dan segera mengambil tas dan mantelnya.
Dengan heels yang tak terlalu tinggi ia berjalan sembari menikmati angin. Beberapa orang bahkan diam sejenak untuk melihat paras cantik wanita yang baru saja lewat. Xiyeon masuk ke salah satu kafe dan memesan ice americano. Sudah lama ia tidak memesan kopi yang satu itu. Jadwal yang terlalu padat serta Jeno yang kadang melarangnya membuatnya menunda acara minum kopi dengan roti hangat nya.

Bukan tipikal yang suka tempat ramai, ia memilih untuk pergi ke taman yang cukup sepi. Duduk didekat air mancur yang lebih kecil dibandingkan air mancur ditaman saat pergi bersama Jeno berdua.
Ia tersenyum begitu kopi itu melewati tenggorokannya, rasanya benar-benar membuatnya semakin santai. Tak lupa memakan roti yang baru saja keluar dari oven, benar-benar menakjubkan.
Sembari memainkan ponselnya Xiyeon terus menyedot kopi yang dibelinya, tak memperdulikan orang-orang yang sesekali memujinya cantik.

Hari ini, nyonya Lee Xiyeon akan benar-benar bersantai menikmati waktu kosongnya.

[]

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang