33. Salah paham

1K 168 17
                                    

Xiyeon sengaja pergi ke kantor Jeno untuk mengantarkan bekal bersama Jaemin. Anaknya terlihat begitu semangat bahkan tidak berhenti menyanyi selama di mobil.
Ia menelpon supir agar mengantarkannya karena mobil yang kadang ia pakai juga dibawa oleh Jeno.
"Nanti Nana yang kasih ya?"

"Iya boleh sayang"Jaemin tersenyum begitu manis. Semangatnya bertambah begitu mereka sampai di kantor Jeno. Jaemin juga terus meminta Xiyeon untuk segera turun, dengan tas kecil berisi bekal untuk Jeno yang dipegang oleh tangan kecilnya.
"Jangan lari-larian dong Na"

Xiyeon tersenyum menahan gemas begitu Jaemin meninggalkannya secepat kilat. "Na Jaemin, ingat kata mama apa?"

Jaemin menghentikan larinya lalu menatap Xiyeon yang masih agak jauh. Kata mamanya sebelum Jaemin berumur sembilan tahun ia tidak boleh naik ke lift atau eskalator tanpa berpegangan dengan Jeno ataupun Xiyeon.
"Bibi Yuna!"

"Hey manis, sedang apa disini?"

"Ini untuk papa..Jaemin mau kasih ke papa"

"Jaemin anak yang baik ya?"Yuna memberi salam pada Xiyeon yang dibalas senyuman manis. Persis seperti senyuman Jaemin.
"Kamu mau ke lantai atas juga?"

"Iya, ada berkas yang baru datang untuk pak Jeno"Xiyeon meraih tangan Jaemin lalu melangkah masuk ke dalam lift bersama Yuna.
Jaemin benar-benar semangat, bahkan saat lift terbuka Jaemin lari begitu saja sambil memanggil papanya.
Baru beberapa langkah, Xiyeon diperlihatkan seorang wanita yang benar-benar menempel pada Jeno, tangannya membenarkan kemeja Jeno dengan santainya.
"Papa!"

Jeno menoleh cepat, menatap Xiyeon yang tersenyum padanya. Bukan senyuman seperti biasanya.
"A-ah..maaf..saya hanya~"
Xiyeon mengangkat tangannya, menyuruh Yeon Joo untuk diam, sepasang matanya menatap Jeno meminta penjelasan"
"Xiyeon, aku.."

"Yuna, bisa tolong bawa Jaemin dulu? Ada hal pribadi yang harus aku bicarakan"Yuna mengangguk, membujuk Jaemin untuk ikut dengannya dulu.
Xiyeon juga menarik lengan Jeno masuk ke dalam ruangan suaminya, menatap Jeno meminta penjelasan lagi.
"Kamu salah paham, Xiyeon"

"Salah? Jika aku salah paham tidak mungkin aku menyeret mu masuk kesini paham!"

"Xiyeon dengarkan aku dulu"

"Apa?! Kau mau menjelaskan apa hah?! Mau menjelaskan jika kau memang punya hubungan dengan dia?!"

"Lee Xiyeon aku tidak seperti itu. Aku bisa bersumpah jika aku tidak seperti yang kau pikirkan"

"Pesan..telepon..dan kalian baru saja berpelukan? Itu tidak seperti yang aku pikirkan? Lalu apa? Apa harus aku mengetahui jika wanita itu hamil dulu?"

"Jung Xiyeon!"

"Apa?!"

Jaemin kecil hanya memperhatikan bayangan kedua orangtuanya, ia tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Yang ia yakin adalah mamanya menangis sekarang.
"Papa sama mama..kenapa?"

"Mereka hanya mengobrol saja, Jaemin tunggu disini saja sama bibi Yuna"
Jika kalian ingin tahu, wanita yang tadi Xiyeon lihat kini benar-benar dibenci oleh semua karyawan. Semuanya tau jika Jeno tidak pernah menyakiti istrinya selama ini, tapi karena Yeon Joo atasannya kini bertengkar hebat.
"Dasar wanita iblis"

Jaemin meremat lengan Yuna saat Yeon Joo tak sengaja menatapnya, tatapan wanita itu benar-benar menusuk setiap bertemu.
"Lee Xiyeon dengarkan aku!!"

Jaemin menatap Xiyeon yang keluar dari ruangan sembari menutupi sebagian wajahnya. Ia segera menggendong Jaemin, tas yang dipegang oleh Jaemin pun terjatuh ke lantai dan bisa dipastikan makanan didalamnya tumpah.
Semuanya senyap begitupun Jeno yang kalut sekarang. Xiyeon salah, dia yang salah sebenarnya. Dia yang menyebabkan semuanya.
"Kau..."

"Apa niatmu melamar kesini hah?!"

"S-saya~"

"JAWAB JIKA ATASANMU BERTANYA!"semua karyawan disana terkejut, Jeno sudah murka sekarang.
"S-saya hanya.. bertanggung jawab saja tadi"

"Aku tidak mau melihat wajahmu lagi"
Jeno meninggalkan kantornya begitu saja, dengan kecepatan tinggi ia menjalankan mobilnya demi menyusul Xiyeon.
Demi tuhan ia tidak ingin seperti ini, sungguh.
Tidak perlu waktu lama ia sampai dirumah, pintu rumahnya terbuka artinya Xiyeon baru saja datang.

"Xiyeon.. kumohon dengarkan aku dulu"

"Kau tau? Aku sudah curiga padamu sejak awal!! Kau sering pulang larut! Lembur di kantor! Kau bersama dengannya kan selama ini?"

"Tidak, aku mohon~"

"Katakan yang sejujurnya, Lee Jeno!!!"kedua orang itu langsung diam seketika mendengar isakan tangis seseorang.
"Na.."

Jeno berkeliling hanya untuk mencari anaknya. Jeno menangis sejadi-jadinya begitu melihat anaknya bersembunyi dibawah meja sembari menutupi telinganya. Jaemin menangis sekarang.
"Na.."

"Maafkan papa ya?"

"Papa sudah jujur pada mama. Papa nakal Na, maafkan papa ya?"

"Aku tidak mau melihat wajahmu"

"Xiyeon aku mohon"

"Pergi Lee Jeno!!!"Jaemin bisa melihat kaki ayahnya yang berjalan menjauh. Keluar dari rumah meninggalkan keduanya.
"Na..hari ini kita jalan-jalan ya?"

***

"Aku mohon hyung..tolong jelaskan pada Xiyeon.."

"Kau tidak ada hubungan dengannya kan?"Jeno menggeleng, pria itu sudah berlutut dihadapan Mark.
Ia bingung harus bagaimana caranya lagi ditambah Xiyeon yang juga kalut sekarang.
"Dia tiba-tiba membenarkan kemejaku, aku sudah memaksanya pergi tapi dia menolak. Dia juga mengirim banyak pesan padaku hyung..aku tidak tau darimana asalnya, aku mohon jelaskan pada Xiyeon"

"Kau tau? Xiyeon kemarin cerita padaku. Dia bilang dia melihatmu tersenyum sendiri sembari menelpon dan tidak sadar Jaemin datang"

"Itu Haechan..dia menelponku karena Somi sudah melahirkan. Hyung tau itu kan? Dia menelponku..aku tidak menelpon wanita itu, tidak pernah hyung"
Mark menatap Jeno yang berantakan, tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini mengingat keluarga Jeno adalah keluarga yang paling harmonis yang ia lihat.
"Aku mohon hyung.."

"Akan ku usahakan"
Jeno tidak mau jawaban itu. Ia berdiri dengan kakinya yang sudah lemas, menatap Mark dengan tatapan menusuk.
"Bukan jawaban itu yang kuinginkan, hyung"

"Lee Jeno!"Mark menghela nafasnya, pria yang satu itu memang sulit dikendalikan olehnya.
Bahkan ia ragu jika mendengar kabar Jeno selingkuh, tidak mungkin dan tidak akan pernah.
Mark terkejut begitu melihat siapa yang menelponnya,
"Xiyeon.."

"A-aku mau bilang jika aku tidak bisa ikut rapat hari minggu nanti"

"Xiyeon, bisa kita bertemu sebentar saja?"

***

Jeno sudah kembali kerumahnya. Kosong, tidak ada orang satupun.
"Na Jaemin..ini papa, kamu dimana? Main petak umpet?"

Jeno membuka pintu semua ruangan, tidak ada Jaemin ataupun Xiyeon.
Dadanya terasa begitu sesak, Xiyeon sudah benar-benar marah dan tidak mau mendengarkan penjelasannya.
Jeno terlalu lelah untuk menghubungi Jong-hoon, ia hampir menelpon Xiyeon sebanyak tiga puluh kali namun tidak tersambung.
Baru kemarin ia ingin keluarganya tetap seperti kemarin, hari ini seharusnya tidak pernah terjadi.

Bahkan bisa dibilang keluarga Jeno hampir diambang kehancuran jika ia tidak berhasil menjelaskannya pada Xiyeon.
"Maafkan aku Na...aku yang salah disini"

[]

Sorry, gak jago bikin konflik tentang gitu, hanya bermodalkan drama 'The World Of The Married' sama sinetron Azab tuh yang ada di Indosiar:)

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang