64. Paksaan

855 118 7
                                    

Jeno sedikit aneh pagi ini. Jaemin berbeda dari biasanya. Tadi pagi anak itu yang membangunkannya, sudah mengenakan seragam dengan rapi. Biasanya Jaemin lah yang paling terakhir bangun namun pagi ini Xiyeon dan Jeno dikejutkan oleh anaknya yang sudah siap pagi-pagi sekali.

Entah karena sudah menginjak kelas empat atau bagaimana, tapi sikap Jaemin benar-benar membuat Jeno tidak bisa berkata-kata lagi. "Papa sudah minum obatnya?"

"S-sudah..kamu tidak sakit kan?"tanyanya menyentuh dahi Jaemin. Anak itu menggeleng, menghabiskan susu di gelasnya. "Ayo ke sekolah"

Jeno masih diam di tempat,  aneh saja baginya melihat Jaemin yang biasanya paling susah untuk sekolah jadi seperti ini. Bahkan Jaemin membantu Xiyeon membuat sarapan tadi. "Bukunya sudah semua?"

"Sudah, tadi malem aku sudah memasukkannya ke dalam tas"

Tidak ada badai yang terjadi semalam, tidak ada hujan deras yang turun juga tapi Jaemin berhasil membuat Jeno terkejut setengah mati. Tidak mungkin hanya karena dia sudah naik ke kelas empat, itu bukan hal yang masuk akal. Baru kemarin-kemarin merajuk karena Jeno tapi hari ini bersikap dewasa seperti itu. Siapa yang tidak terkejut apalagi yang bersikap seperti itu adalah Na Jaemin yang hakikatnya bisa dibilang yang paling manja pada Jeno.
"Papa ayo, nanti terlambat"

Jeno hanya menurut, mengambil kunci mobilnya dan mengecup Xiyeon untuk pamit mengantar Jaemin ke sekolah sekaligus berangkat kerja. Selama di mobil anak itu lebih pendiam, ia terlihat lebih menikmati mendengarkan radio dibanding bernyanyi. Padahal Jeno ingin dengar itu hari ini.
"Kamu kenapa jadi gini?"

"Gini gimana?"

"Jadi..jadi..ah sudahlah"Jeno kembali fokus pada jalanan dibandingkan harus melihat tingkah aneh Jaemin. Saat sampai disekolah Jaemin melakukan kebiasaannya yaitu mencium Jeno sebelum masuk ke sekolah, tidak peduli jika ada yang mengejeknya nanti. Toh ini memang sudah rutinitas nya kok.
Jeno menatap Jaemin dari dalam mobil, anak itu berjalan santai bersama Chenle. Biasanya mereka akan saling mengejar atau berlomba ke kelas tapi sepertinya tidak berlaku untuk hari ini.

"Ah sudahlah..pusing kepalaku memikirkan itu"omelnya lalu tancap gas menuju kantor nya.
Jalanan cukup ramai hari ini dan Jeno harus rela terjebak macet di jalan. Jeno menoleh menatap ponselnya yang bergetar, Haechan menelponnya. Tumben sekali.
"Tumben menelpon pagi ini, ada apa?"

"Sore ini ada acara?"

"Tidak.. kenapa?"

"Ayo ikut. Xiaojun mentraktir kita karena kafe nya baru saja buka hari ini. Ikut ya? Ya ya ya?"

"Memangnya wajib?"

"Tidak sih, tapi ayolah.. kamu tau sendiri Lucas seperti apa kalau kamu tidak ada. Bisa-bisa aku dibully olehnya habis-habisan. Aku mohon Lee Jeno.. sahabatku yang paling baik di alam semesta ini"

"Giliran ada maunya baru ngasih pujian. Iya iya aku ikut"terdengar teriakan heboh dari seberang sana, pantas ya guru selalu marah padanya saat sekolah dulu.
"Aku ke kantor mu nanti. Aku tidak bawa mobil karena Somi sedang mengunjungi ibunya. Oke?"

"Iya"Jeno mematikan telponnya. singkat,  padat dan jelas.

***

"Papa.. Lele mau main dirumah Nana. Boleh kan?"ucap Jaemin saat baru saja pulang sekolah. Ayahnya Chenle juga menghampirinya sembari tersenyum, "ah maaf..hari ini aku ada rapat dan ibunya Chenle sedang mengurus butik nya. Biasanya dititipkan pada Renjun tapi kasian sedang mengurus urusan bisnisnya"

"Aku lupa jika Renjun sudah lulus. Tidak apa-apa, hitung-hitung Chenle menemani Jaemin dirumah"

"Sekali lagi maaf merepotkan.."

"Ayo Chenle masuk ke mobil"ajak Jeno lalu segera ikut masuk ke mobil.
Selama perjalanan pulang keduanya tak henti-hentinya saling bercerita, mulut mereka terus saja mengoceh tanpa lelah. "Bagaimana sekolahnya, hm?"

"Seru! Tadi Lele hampir jatuh karena kepleset di kamar mandi"

"Kenapa diceritain?!"gerutu Chenle sembari memukul pelan lengan Jaemin. "Oh ya? Chenle baik-baik saja?"

"Hehe..tidak apa-apa kok. Kamu sih.."Jaemin masih tertawa sembari menatap Chenle yang terlihat kesal padanya. "Na, nanti bilang pada mama kalau papa pulang telat hari ini"

"Papa mau kemana?"

"Ada perlu sana paman Echan. Tenang saja, papa membawa obatnya kok"jelas Jeno sebelum Jaemin bertanya padanya.
"Sudah sampai, bersenang-senanglah"seru Jeno dari dalam mobil lalu kembali meninggalkan rumah setelah Jaemin dan Chenle turun.

"Lele nanti pake baju Nana aja, ya?"

"Siap bos!"

***

"Kamu tidak bilang jika ada Eun Woo!"

"Santai bapak terhormat Lee Jeno.. dia juga belum pasti datang. Aku lupa menyebutkan jika yang diundang teman-teman SMA kita juga."
Jeno melemparkan pulpennya pada kepala Haechan, teman yang satunya ini menyebalkan ya.

"Kau.."

"Sudah-sudah ayo, nanti terlambat"Jeno tak henti-hentinya mengomel pada Haechan karena tidak menjelaskannya secara rinci di telpon tadi. Jika tau begini Jeno tidak akan datang, itu alasan Haechan kenapa tidak menjelaskannya.
Kafe milik Xiaojun itu sudah cukup ramai, terlihat Lucas yang menunggu kedatangan mereka berdua di pintu masuk.

"Akhirnya..tuan Lee Jeno datang juga. Aku menunggumu, aku kira si pendek ini tidak akan mengajakmu"

"Lihat kan? Habis aku kalau kamu tidak datang. Ayo masuk!"ajak Haechan mendorong punggung Jeno masuk ke dalam kafe.
"Haechan!"seru Xiaojun dan menyuruh mereka duduk di satu meja.

"Eun Woo datang?"tanya Haechan sembari mendudukkan dirinya di sebelah Jeno.
"Tidak, dia sedang diluar kota. Pokoknya kalian pesan apa saja, semuanya gratis untuk kalian!"seru Xiaojun yang disambut sorakan dari teman-teman yang datang.

Jeno hanya memakan cheesecake selama acara berlangsung, berbeda dengan teman-teman yang lainnya yang sudah meminum bir sejak tadi. Demi Tuhan Jeno belum pernah minum itu setetes pun, bahkan tidak mau sejak dulu pun.
"Hey, minum ini. Kau ini pengecut ya?"

"T-tapi aku~"

"Sudah..minum ini atau aku culik anakmu itu"ancam Haechan menyodorkan segelas minuman yang Jeno tidak suka itu. Jeno saja sudah mual menghirup bau alkohol sejak tadi dan sekarang disuruh minum dalam kondisi kesehatannya seperti ini?

"A-aku tidak~"

"Aku culik anakmu untuk seminggu ya?"Haechan menatap tajam Jeno, ia sudah tau kelemahan Jeno semenjak adanya Jaemin.

Ya..maafkan papamu ini Na Jaemin, salahkan saja Haechan jika papa mu sakit lagi.

[]

Hayolo..yang belum tidur kenapa belum tidur?

Cerita ini termasuk cerita rekomendasi gak si? Bole la kasih dikit cerita kalian setelah baca Sweet Night ataupun cerita ini...
Kepo aku tu tau gak

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang