35. Dicubit

1.2K 155 6
                                    

Matanya perlahan terbuka, yang pertama dihirupnya adalah bau obat-obatan yang memang kurang ia suka.
Kenapa sepi dan kenapa semuanya berwarna putih?
Jeno menoleh dan mendapati Jaemin yang tertidur sembari memeluknya.
Mark juga tertidur dengan bersandar pada kursi.
Bukankah semalam ia berada di makam adiknya?

Jeno mencebik tidak suka saat melihat tangannya diinfus. Padahal terakhir kali ia bertemu dengan benda itu saat dirumah sakit dulu, saat ia membutuhkan donor hati.
"Kamu sudah bangun?"

Jeno terkejut mendengar suara yang tak asing, ditatapnya lekat sang istri yang baru datang setelah membeli makanan, dilengkapi dengan jas berwarna putih khas seorang dokter.
"Kenapa...aku disini?"

"Kamu pingsan, aktivitas mu banyak dan kamu sering melewatkan jam makan mu. Kamu kehujanan, siapa yang menyuruhmu seperti itu, hah?!"

"Anakmu menangis karena kamu tidak kunjung bangun.."Xiyeon menghela nafasnya. Mark benar, Jeno bisa bertindak seenaknya jika sedang tertekan.
"Aku hanya..ingin mengunjungi nya"

"Tapi perhatikan kondisimu juga! Kau membuat banyak orang khawatir.."Jeno mengalihkan pandangannya dari tatapan Xiyeon.
"Maaf.."

"Berhenti minta maaf, aku tidak suka"
Jeno menepuk-nepuk punggung Jaemin, pantas mata anaknya terlihat sembab.
"Aku sudah mendengarnya, dari Mark oppa.. aku terlalu cepat mengambil kesimpulan"

"Maaf karena tidak mendengarkan mu dulu..aku hanya.."

"Aku tau kenapa kamu seperti kemarin. Aku juga seharusnya menjelaskan semuanya dari awal. Kamu sudah makan?"
Jeno meringis karena Xiyeon menyentil dahinya,
"Sadarlah..disini kamu yang kekurangan makan"

Jeno tersenyum kecil. Memang benar kok kalau Jeno belum makan dari kemarin karena ia terus di makam adiknya.
"Jaemin sudah makan?"

"Dia keburu tidur..dia membangunkan mu dengan cara mengatakan kalau dia mau makan udang"

"Nanti kita makan, Ya?"
Jaemin ingin menggosok matanya namun tangannya keburu ditahan Jeno.
"Diusap, bukan digosok Na..matamu nanti sakit"

Jaemin mengangguk pelan dan mengusap matanya. Kepalanya menengadah menatap Jeno,
"Papa jangan tidur lama lagi.. Nana takut.."

"Papa cuma mengantuk tadi"

"Tapi tapi, kalau papa tidur suka cepet bangunnya"

"Namanya juga ngantuk. Makan dulu sana, nanti sakit"

"Gak mau.."Jaemin kembali menyandarkan kepalanya di dada Jeno, merasakan degup jantung sang papa.
"Makan dulu hey"

"Mau makan es krim!"

***

"Akh! Appa!"Jeno menatap Jong-hoon, tangannya mengusap lengannya yang dicubit oleh Jong-hoon.
"Sakit tau gak!?"

"Siapa yang ngajarin kamu gitu hah?! Siapa!?"

"Aduh! Appa aduh!"Jeno menatap lengannya yang memerah, cubitan Jong-hoon memang tidak pernah main-main.
"Anaknya lagi sakit masa dicubit..eh iya iya!!"

Jeno menjauhkan lengannya sebelum Jong-hoon mencubitnya lagi nanti, menatap ayahnya itu dengan cemberut.
"Papa!"

"Eh? Sudah makannya?"Jaemin mengangguk, meminta Jong-hoon agar menaikkannya ke atas kasur Jeno.
"Kenapa tangan papa merah?"

"Cuma..digigit nyamuk kok"
Jaemin menyipitkan matanya menatap Jong-hoon, padahal tadi ia menangkap basah Jong-hoon yang mencubit papanya.
"Syuh syuh!"Jaemin memukul lengan Jong-hoon agar menjauh dari papanya, memeluk Jeno erat dengan tetap menatap kakeknya.

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang