114. Mulai terkendali

539 102 12
                                    

Jaemin melirik Xiyeon yang masih sibuk di dapur. Sebenarnya memang sudah jam makan siang tapi Jaemin juga belum lapar. Tangannya yang semula tengah menggambar terhenti dan lebih tertarik memperhatikan Xiyeon. Rambut wanita itu diikat asal, sesekali mengusap pipinya.
Xiyeon niatnya membuat kue hari ini, tapi tidak jadi berhubung bahan-bahannya ternyata kurang. Ia bahkan terus memutar otaknya untuk membuat sesuatu. "Ma.."

"Ya? Sebentar ya.."
Jaemin kembali melanjutkan gambarnya. Sesekali juga menidurkan kepalanya dimeja lalu kembali menggambar.
Xiyeon tersenyum puas setelah selesai masak. Ia lepas apron yang dikenakannya. Baru saja mau menghampiri Jaemin, anak itu sudah tidak ada ditempatnya dengan pintu rumah yang terbuka.
"Kebiasaan kabur mulu"

***

Jaemin menatap taman yang tidak terlalu ramai, mungkin karena ini siang hari dan cukup panas. Duduk di ayunan seorang diri, menatap beberapa anak kecil yang tengah bermain bola. Kakinya mendorong pelan tanah agar ayunannya bergerak, matanya tak lepas dari anak-anak itu. Jaemin terdiam begitu bolanya mendekati dan menyentuh kakinya. Anak-anak itu juga tampak diam menatap Jaemin.
"Ini"

Jaemin memberikan bolanya kembali, anak laki-laki yang mengenakan baju berwarna hijau tersenyum padanya. "Kakak mau main bareng?"

"Boleh?"semuanya kompak mengangguk dan memulai lagi permainan. Kali ini bersama Jaemin. Remaja itu tersenyum sembari bermain bersama anak-anak kecil itu, mengabaikan Xiyeon yang tengah memperhatikannya. "Ya..kamu sama seperti papa mu. Suka anak kecil"

Xiyeon memutuskan untuk kembali pulang, membiarkan Jaemin bermain. "Oh?"
Seojun yang menyadari si pemilik rumah baru datang menoleh lalu tersenyum, "halo bibi"

"Kalian sengaja kesini?"

"Iya, bukannya aku sudah bilang Seojun mau kesini? Katanya kangen sama Jaemin"Xiyeon tersenyum, mengajak Mark dan Seojun untuk masuk. "Bagaimana kabar mama mu?"

"Baik, mama juga titip salam untuk bibi. Jaemin mana?"

"Lagi main di taman, susul aja kalau mau. Paling bentar lagi pulang"Seojun mengangguk, menatap gambaran Jaemin yang masih berada dimeja. "Wah.. gambarnya bagus sekali"

Mark juga ikut mengintip, takjub melihat gambar Jaemin. Xiyeon yang ada di gambar itu, ternyata diam-diam Jaemin menggambar mama nya yang sedang memasak tadi. "Jaemin bakal jalan kaki terus ke sekolah?"

"Gak tau..kasihan kalau dia harus jalan kaki terus. Bentar lagi SMA dan sekolahnya lebih jauh dibanding SMP nya"
Seojun masih memperhatikan gambar Jaemin sebelum dikejutkan oleh Jaemin yang baru datang.
"Aku gak izinin kakak liat"ujarnya membawa gambarannya ke kamar dan menyembunyikannya.

Ia simpan kertas itu didalam kotak bekas hadiahnya, sudah ada beberapa lembar kertas hasil gambarnya yang tersimpan rapi. Namun kehadiran benda asing didalam kotak miliknya itu membuatnya bingung, sebuah kamera yang ia ingat itu milik Jeno. Jaemin ingat kamera ayahnya berada di ruang kerja Jeno tapi hari ini berada di kotak rahasia nya. Bingung siapa yang memasukkannya karena hanya ia yang tau keberadaan kotak itu.
"Jaemin, anter ke supermarket yuk?"

***

Matanya melirik was-was, takut jika ada wartawan yang berusaha menanyakan tentang papanya atau mamanya lagi. Seojun menatap Jaemin, iseng menempelkan ice cream yang dingin ke pipi Jaemin, "jangan ngelamun"

Jaemin menatap Seojun sebentar, ia tidak bersemangat seperti biasa nya menatap ice cream ditangannya. "Buat kakak aja"

"Loh? Kenapa? Biasanya kamu kan suka banget"
Jaemin menggeleng, memberikannya pada Seojun. "Aku cuma mau yang dibeliin papa"

Seojun tertegun mendengarnya, menatap Jaemin yang kini lebih memilih menghampiri mesin permainan. Hanya menatapnya, tak berniat memainkannya ataupun menyentuhnya. Sudut matanya menangkap seseorang yang tengah mengobrol dengan seseorang lainnya. Mereka terlihat tertawa bersama sembari sesekali menjahili satu sama lain.
"Ayah, nanti beli minuman nya yang banyak ya?"

Jaemin mengalihkan pandangannya mendengar ucapan anak itu. tangannya mengepal, kepalanya menunduk. "Jaemin, kamu baik-baik saja?"
Tangan Seojun ditepis, anak itu berlari begitu saja meninggalkan Seojun yang berusaha mengejarnya.
"Papa.. lihatlah, orang-orang main bersama papanya. Nana juga mau main sama papa, Nana gak mau sendirian"

***

Jaemin kembali mengurung dirinya di kamar. Dia kembali menangis, kembali menyalahkan dunia.
"Maaf, seharusnya aku tidak mengajaknya pergi"

"Tidak..ide mu bagus untuk menghibur Jaemin. Maafkan Jaemin ya karena meninggalkan mu tiba-tiba"
Xiyeon menatap pintu kamar Jaemin yang tertutup rapat. Pasti ada sesuatu yang membuatnya kembali terpuruk.
Seojun beranjak untuk mencoba ke kamar Jaemin. "Aku masuk ya?",

Seojun menatap Jaemin yang tengah duduk diatas kasur, memeluk kedua lututnya. "Tentang papa kamu lagi ya?"

Jaemin tak menjawab dan lebih memilih memperhatikan bonekanya. Seojun menggeser tubuhnya mendekat pada Jaemin, "mungkin memang belum ada yang membuatmu senang. Tapi jangan berpikir kamu sendiri, masih ada mama kamu, masih ada aku juga. Jangan sedih terus, kalau mau cerita cerita saja padaku oke?"

***

"Dihabiskan dulu baru nonton"
Jaemin mengendikan bahunya, ia tengah sibuk menonton pertandingan bisbol. Dihadapannya masih ada mangkuk nasi yang tersisa setengah dan juga lauknya. Didalam mulutnya pun masih penuh karena terlalu fokus pada pertandingan.

Xiyeon juga membiarkannya. Setidaknya masih ada yang membuatnya terhibur sekarang. "Mama besok kerja?"

"Belum tau..kenapa?"

"Kalau aku minta mama gak kerja besok. Mama mau kabulin?"
Xiyeon tersenyum, menganggukkan kepalanya. "Iya, besok mama gak akan kerja"

Jaemin terlihat senang, menghabiskan makanannya terburu-buru. Ia menatap mamanya yang tengah menjahit baju Jaemin yang robek, kemarin bajunya terkait pagar makanya robek. Awalnya Xiyeon menawarkan membeli baju baru saja karena robekan nya cukup besar, tapi anak itu menolah. Dia bilang itu kaus kesukaannya dan meminta mamanya untuk dijahit saja.
"Besok kita jalan-jalan boleh?"

"Oke. Kita naik bis, kata bibi Somi kamu gak takut lagi kan?"

"Kalau sama mama gak akan takut"Xiyeon memandang Jaemin yang pergi untuk mencuci piring bekas makannya. Ia kini paham bagaimana cara membuat Jaemin dalam mood seperti ini.
Cukup dengan jangan pernah mengucapkan apapun yang berhubungan dengan Jeno dihadapannya. Xiyeon selama ini mengamati Jaemin, setiap anak itu mendengar hal yang berkaitan dengan ayah terlebih papanya sendiri, Jaemin akan mulai tidak terkendali seperti saat itu.

"Ma.. ini es krim punya siapa?"

"Tadi Seojun bilang punya kamu. Katanya kamu gak makan itu makanya dia simpen aja di kulkas"

"Aku makan ya?"

[]

Part berikutnya aku skip ya? Sekitar 3 tahun lah..
Soalnya untuk Jaemin yang diumur ini aku gak ada ide lanjutan lagi, ya yang pastinya itu aja yang kata Xiyeon.
Jangan bahas apapun yang berkaitan dengan Jeno dihadapannya.

-makasih,ehe

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang