86. Pertanyaan untuk Na Jaemin

670 119 9
                                    

Hari ini pas sekali Xiyeon libur. Rencananya wanita itu dan Jaemin akan pergi ke pantai, membiarkan Jeno fokus saja dulu paka pekerjaannya.
Jaemin tengah memasukkan beberapa camilan yang akan mereka bawa. Tidak ada berenang, hanya menikmati semilir angin laut di sore hari. "Sudah?"

Jaemin mengangguk, memasukkan tasnya ke dalam mobil. Ia juga segera duduk di dalam mobil begitu melihat Xiyeon sudah mengunci pintu rumah. Jaemin sendiri yang memiliki ide untuk hanya pergi berdua, maksudnya tidak diantar oleh supir, Xiyeon yang menyetir. Selama dimobil mereka bercanda dan menyanyi bersama sampai tiba di pantai.
Jaemin membentangkan karpet untuk mereka duduk, mengeluarkan makanan yang dibelinya kemarin. Xiyeon juga mendudukkan dirinya di karpet, tidak ada niatan membawa karpet padahal. Itu semua idenya Jaemin.

"Jaemin"

"Ya?"

"Mama mau bertanya boleh?"Jaemin mengangguk sembari memasukkan jelly kedalam mulutnya.
"Seberapa sayangnya kamu sama papa?"

"Hmmm.....entah"Jaemin menggelengkan, menatap Xiyeon lagi.
"Aku tidak bisa menjelaskannya. Intinya ya aku sayang"

Xiyeon memandangnya lautan dengan deburan ombak yang tidak terlalu besar, sinar oranye dari matahari terbenam menyorot wajah cantiknya. "Ada alasan dibalik nama Na Jaemin mu itu.."

"Papa yang mengusulkannya. Saat kamu lahir, papa langsung menggendong mu. Dan saat mama bertanya siapa nama bayi yang digendong papa, dia bilang namanya Na Jaemin. Nama pamanmu"

"Benarkah?"

Xiyeon menganggukkan kepalanya, "mama kira itu hanya sekedar nama. Ternyata tidak. Kamu tumbuh dengan sikap yang hampir sama persis. Pamanmu juga pintar, lulus dengan nilai terbaik. Suka doraemon, suka makanan yang manis.
Kamu mirip dengan pamanmu, matamu.. bibirmu.. hampir seratus persen mirip. Itu alasan kenapa papa selalu bersamamu, menjagamu"

"Karena aku mirip?"

"Bukan itu saja, ingat mimpi-mimpi yang kamu bilang selalu seperti cerita bersambung? Itu yang dialami oleh pamanmu saat masih ada.
Kamu tau tentang reinkarnasi kan? Kamu pernah membaca buku mama yang berjudul itu"
Jaemin terdiam, ia paham apa itu reinkarnasi. Terlahir kembali setelah meninggal,  dahinya mengernyit mencoba menghubungkan penjelasan mamanya dan buku yang ia baca.
"Tidak mungkin aku-"

"Kamu itu pamanmu. Masih satu jiwa tapi beda tubuh, pamanmu saat itu sudah mulai beranjak dewasa dan kamu masih segini. Kamu itu adik papa dimasa lalu. Percaya kan?"

"Jadi yang sering marah di mimpi aku itu memang benar-benar kakek? Jadi paman dulu sering dimarahi? Dan papa yang bela aku maksudnya paman?
Kakek jahat"

"Bukan jahat, saat itu kakekmu khawatir dengan pendidikan paman alias dirimu. Itu cerita papa tentang kenapa kakek marah padanya. Karena itu papa tidak pernah mau melihat kamu memaksakan diri untuk belajar.
Papa selalu membawa kamu periksa ke dokter gigi karena papa gak mau kamu sakit lagi kayak masa lalunya"

"Jadi...aku ini...anak sekaligus adik papa?'

"Ternyata anak mama pintar sekali ya"Xiyeon tidak mengira Jaemin akan bisa paham secepat ini, niatnya ingin membuatnya paham secara perlahan malah jadi sekaligus.
"Itu kenapa mama sering minta sama kamu buat jangan bikin papa khawatir, bikin papa panik. Kenapa mama sering minta kamu jaga kesehatan, gak boleh nakal dan jangan ngelakuin hal yang bikin papa takut karena itu...papa selalu ingat saat dia gagal jaga kamu dimasa lalu. Papa jadi selalu merasa bersalah makanya sering nyalahin diri sendiri. Papa masih pengen belajar jadi kakak yang sempurna walaupun ya...itu belum tentu karena manusia tidak bisa sesempurna Tuhan. Tapi papa ingin jadi kakak yang terbaik untuk adiknya dulu.

Karena kemah itu papa jadi begitu, mau mama ceritakan?"

Jaemin mengangguk, penasaran dengan dirinya dimasa lalu.
"Jadi..waktu itu papa sakit. Harus dirawat dirumah sakit, sering bolak-balik ke rumah sakit. Paman kamu harus ikut acara kemah dari sekolah, niatnya gak mau ikut tapi papa maksa. Katanya biar ada kenang-kenangan disekolah. Papa suruh paman Nana bawa handphone dia biar bisa komunikasi,
Malemnya paman gak nelpon papa sama sekali, kak Renjun nelpon kakek dan bilang paman hilang"

Xiyeon menjeda ceritanya, ia genggam tangan Jaemin karena dadanya terasa sesak menceritakan kisah itu.
"Paman jatuh, kakinya luka gak bisa jalan. Dia cuma bisa teriak minta tolong dan inget papa biar gak rasain sakitnya. Kak Renjun dateng kok sama kak Icung, tapi kaki paman udah parah. Paman cepet-cepet dibawa ke rumah sakit tapi dokter bilang harus dioperasi.
Disitu yang bikin papa bener-bener gak bisa maafin diri sendiri. Papa gak lihat paman untuk terakhir kali dan malah bikin hatinya makin sakit karena tau paman yang tolongin papa biar sembuh dari sakitnya. Kakek bilang kalau papa bener-bener beda, dia cuma makan sekali bahkan gak makan. Gak keluar kamar, gak masuk sekolah, gak mau ngomong sama siapapun. Tiap didatengin ke kamar papa selalu lagi nangis sambil meluk boneka Doraemon yang sering kamu peluk pas tidur, papa selalu marah sama diri sendiri karena gak bisa jadi kakak yang jagain adiknya dengan benar.

Iya, emang panjang ceritanya. Tapi mungkin hari ini kamu harus tau biar lebih paham"

"Kenapa papa jaga paman sampai begitu?"

"Karena dari kecil papa yang jagain paman. Neneknya Nana meninggal karena berusaha ngelahirin paman. Papa yang selalu nyanyiin lagu sebelum paman tidur. Yang sering nganterin ke sekolah, yang sering ngajarin paman belajar. Kebanyakan papa yang nemenin paman, bahkan saat ambil rapot papa yang ambil. Karena itu papa sampai begitu pas tau adiknya sendiri harus pergi karena ngasih sesuatu buat papa biar papa sembuh"

"Paman ngasih apa?"
Xiyeon tersenyum, mengusap kepala Jaemin dan merapikan rambutnya.
"Beneran mau tau?"

Jaemin mengangguk, penasaran apa yang diberikan pamannya sampai-sampai papanya belum bisa melepas pamannya sampai sekarang.
"Hati punya dia. Belajar IPA di sekolah kan? Pasti tau dong. Itu yang paman kasih ke papa karena waktu itu papa bener-bener butuh itu. Mungkin paman udah gak kuat liat papa yang terus-terusan sakit, padahal paman Nana udah janji sama papa gak akan ngasih itu. Kalau paman gak ngasih, mama gak tau masih bisa ketemu papa atau gak waktu pertama kali ketemu.
Kamu bener-bener baik banget dulu"

"Bagi kakek juga kamu jadi dianggap cucu sekaligus anaknya pas tau seperti apa sifat asli kamu. Kamu itu bener-bener spesial sepertinya sampai Tuhan bikin kamu lahir lagi ke dunia."
Jaemin masih diam, ia mulai paham semuanya. Walaupun masih ada beberapa yang membuatnya bingung tapi ia juga perlahan akan paham.

"Papa benar-benar sayang sama kamu..jadi, tau kan yang harus kamu lakuin? Gak perlu mama jelasin lagi kan?"Jaemin mengangguk, memeluk mamanya erat. Mendengar cerita itu membuatnya rindu sang papa.
"Asik aja berdua kayaknya"

Jaemin menoleh, Jeno berdiri menyandarkan punggungnya pada mobil Xiyeon. Pria itu datang kesini dengan taksi, masih dengan setelan bekerja nya.
"Papa"

"Uhm? Ada apa?"Jeno menatap Jaemin yang memeluknya. Anak itu menyandarkan kepalanya di dada sang papa. "Kenapa?"

"Gak...cuma pengen peluk aja"Jeno tersenyum kecil, membalas pelukan Jaemin. Ditatapnya Xiyeon yang bukannya menjelaskan malah memakan camilan sembari tersenyum padanya. "Papa duduk juga, ayo"

[]

Nye...
Gak tau aku gabut gaes

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang