45. Nana marah

1.1K 136 10
                                    

Semalam Xiyeon bilang jika hari ini ia harus berada di rumah sakit seharian dan tidak bisa pulang, mungkin juga pulang larut malam.
Jaemin dan Jeno juga libur, niat Jeno mengajak Jaemin jalan-jalan pupus begitu Xiyeon menyuruhnya untuk tetap diam dirumah.

Yang Jeno lakukan pagi ini hanya duduk sembari menonton televisi. Jaemin masih tidur dan tidak mungkin Jeno membangunkannya hanya untuk mengajaknya bermain.
"Na Jaemin..Na Jaemin..kapan kamu bangun.."
Jeno menghela nafasnya, menonton televisi sendirian sama sekali tidak menyenangkan.

Sebelum Jeno beranjak dari duduknya, Jaemin sudah berjalan turun dengan satu tangannya memegangi boneka dan satunya lagi pada pegangan. Matanya belum sepenuhnya terbuka dan bahkan hampir jatuh.
"Kalau masih tidur kenapa bangun?"

"Tidak ada papa"jawabnya membaringkan kepalanya di paha Jeno. Kembali menutup matanya sembari memeluk bonekanya.
Jeno jadi kembali menonton televisi, tangannya mengusap kepala Jaemin lembut. Ia jadi berpikir bagaimana kalau Jaemin dibawa ke salon dan rambutnya di keriting, pasti lucu.
"Papa.."

"Hm?"

"Mau coklat"

"Tidak boleh, ini masih pagi dan kata mama juga tidak boleh makan camilan manis hari ini"
Jaemin merengut tidak setuju, bagaimanapun caranya ia harus bisa makan coklat.
"Nana mohon..Nana mau coklat"

"Maaf Na, hari ini papa tidak bisa memberikannya. Papa sudah berjanji pada mama. Besok saja ya?"

"Tidak mau"Jaemin mendudukkan dirinya lalu menatap Jeno tidak suka. Jeno menyebalkan hari ini.
"Mumpung sudah bangun, ayo kita sarapan"

"Nana mau coklat, papa!"
Jeno pura-pura menulikan telinganya, bukannya tidak mau memberi camilan manis seperti coklat pada Jaemin namun Xiyeon benar-benar melarangnya tadi. Ia juga ingin melatih kedisiplinan Jaemin, apakah ia akan menurut padanya jika Jeno menolak permintaannya.

Karena hanya pada Jeno lah Jaemin bisa mendapatkan camilan manis. Hanya pada papanya. Jong-hoon kadang memberinya namun tidak pernah sebanyak Jeno.

"Papa.."Jaemin memeluk kaki Jeno sambil menatap Jeno memelas, berharap papa nya akan luluh.
"Maaf Na, tapi hari ini tidak"

Jaemin melepaskan pelukannya lalu menghentakkan kakinya. Ia mulai berkeliling agar dapat menemukan camilan.
Oh ya, dia punya minuman di kulkas.
Jeno yang tengah menyiapkan sarapan pun mengetahui jika anaknya hendak mengambil teh susu dari kulkas, lantas mengambilnya dan kembali menutup kulkasnya.
"Na Jaemin mau dengarkan papa tidak? Na Jaemin harus menurut pada papa"

Jaemin mendengus lalu berlari menuju sofa. Jeno jadi kasihan melihat Jaemin namun apa boleh buat, anaknya juga harus belajar.
"Sarapan selesai, Na Jaemin duduk sini"

Dengan bibirnya yang tertekuk Jaemin duduk, menatap sarapannya dengan tidak semangat.
"Kalau Nana sudah makan boleh makan coklat ya?"

Jeno menggeleng dan memilih memakan sarapannya.
"Dimakan Na"

"Tidak mau!"

"Na..nanti mama marah loh terus ngehukum Nana lagi, mau?"
Dengan sangat sangat sangat terpaksa Jaemin memakan sarapannya, padahal hatinya masih ingin memakan coklat.
"Setelah itu mandi ya, baru boleh main"

"Papa es krim?"

"Tidak Na, tidak ada makanan yang manis hari ini"

"Papa.."
Jeno menatap Jaemin yang mengeluarkan jurus andalannya begitu situasi mendesak. Bahkan pria itu hanya tersenyum menahan rasa gemasnya melihat Jaemin yang melakukan aegyo untuk membujuknya.
"Maaf Na, itu tidak mempan hari ini"

Jaemin mengerucutkan bibirnya lalu turun dari kursi dan pergi ke kamarnya. Dan tepat saat itu Xiyeon menelponnya, sepertinya wanita itu curiga padanya.
"Kenapa? Kamu tidak percaya padaku?"

"Dimana-mana kalau telpon diawali dengan 'halo'. Bagaimana? Kamu tidak memberikan nya camilan yang manis?"

"Aku mohon satu coklat saja ya? Kasihan Jaemin"

"Tidak Jeno. Jangan berikan itu padanya"

"Tapi dia begitu menginginkannya, aku mohon, ya?"
Terlihat Jeno menggeleng dari seberang sana, menolak permintaan Jeno mentah-mentah.
"Aku hanya mau menanyakan itu, ya sudah. Aku ada pasien, ingat pesanku tadi"

Panggilannya mati begitu saja. Jeno hanya bisa menghela nafas, membujuk Jaemin bukanlah hal yang mudah apalagi jika berhubungan dengan apa yang diinginkannya.
Bisa-bisa ia bertengkar dengan Jaemin hanya perihal coklat.
"Papa! Nana mau coklat!!"

Jeno kembali berpura-pura tidak mendengarkan Jaemin yang mulai bernyanyi tentang coklat. Ia terus-menerus mengikuti Jeno kemanapun sembari terus meminta Jeno agar memberikannya coklat.
"Papa mau coklat.."

Jeno meraih ponselnya, mengabaikan Jaemin yang terus mengganggu nya dengan kata-kata coklat.
Bahkan saking fokusnya pada ponsel Jeno tidak sadar Jaemin keluar dari rumah.
Anak itu berjalan sembari menyanyi sebelum seseorang menggendongnya secara paksa.
"Mau kemana kamu itu heh?"

"Turun!! Nana mau coklat!"

"Gak, kamu gak boleh jalan sendiri apalagi jalan raya. Gimana kalau ketabrak mobil atau dibawa orang? Nana mau?"

"Nana mau coklat.."lirihnya mulai menangis sembari terus mengamuk agar Jeno menurunkannya.
"Papa jahat! Aku mau coklat! Aku benci papa!!"

"Tidak Na, tidak boleh"Jaemin semakin keras menangis sembari memukul-mukul punggung Jeno. Tangisannya memelan begitu Jeno memasukkannya ke dalam mobil. Matanya yang basah menatap Jeno yang duduk disebelahnya dan mulai menyalakan mobil.
"Ini rahasia kita berdua, oke?"

***

Xiyeon berdecak sebal, Jeno tidak mengangkat panggilan nya juga. Sudah tiga kali tapi Jeno tidak mengangkatnya. Kegiatannya itu ia tunda begitu ada pasien yang datang, ponsel Xiyeon bergetar seiring dengan masuknya pesan baru yang muncul dilayar ponselnya,

~'maaf, aku tidak bisa menepati janji ku'

Setelah pasien itu selesai dengan urusannya Xiyeon mengecek ponselnya, betapa terkejutnya ia melihat pesan itu. Lalu satu pesan lagi masuk,

-'Jangan marahi dia, ini ideku. Dia menangis bahkan sampai nekat keluar dari rumah sendirian'

Xiyeon menghela nafasnya pasrah, sudah bisa ia pastikan jika menyuruh Jeno agar tidak memberikan Jaemin makanan yang manis. Lihatlah, pria itu malah memberikannya pada Jaemin, memang susah jika anaknya ditangan Jeno.
"Lalu..apa yang mereka makan sekarang sampai melanggar janji mu hm?"

Di tempat lain Jaemin tengah bermain ayunan setelah makan es krim. Anak itu sampai nekat kabur demi camilan. Xiyeon memang menyembunyikan camilan Jaemin dan hanya istrinya yang tau, tidak dengannya.
Biarlah, sudah biasa dimarahi Xiyeon karena Jaemin.
"Papa"

"Iya?"

"Papa marah?"

"Tidak, kenapa?"

"Nana tidak menurut sama papa. Nana anak yang nakal"

"Kalau nakal harus bagaimana?"

"Minta maaf"Jaemin memeluk Jeno lalu berkata,
"Papa.. Nana minta maaf, Nana sayang sama papa"

[]

Aku ngantuk,
Bhay..

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang