"Jaemin.."
Yang dipanggil tidak menggubris. Anak itu hanya duduk dengan wajah pucat nya, harus menelan pahitnya kenyataan. Chenle masih setia duduk dihadapannya, menenangkannya berkali-kali.
Jas berwarna hitamnya sudah kusut karena ia tidak mau merapihkan, rambutnya berantakan, perutnya sakit karena belum makan. "Makan ya? Aku bawa makanan buatan mama aku"Jaemin tidak menjawab, pandangannya benar-benar kosong. Jejak air mata masih membekas di pipinya. "Jaemin"
Mark melemparkan ponsel yang ia pegang sembarang, memeluk tubuh Jaemin erat. Jaemin kembali menangis dalam diam, masih dengan pandangan kosongnya. Mark mengeratkan pelukannya, menatap foto Jeno yang sudah berhiaskan rangkaian bunga. Sial, ia gagal untuk kedua kalinya. "Jaemin...maafkan paman...maafkan paman Na Jaemin maaf"
Mark sampai bersujud di hadapan Jaemin, anak itu masih tak menjawabnya. Mark menatap Jaemin yang kacau sekarang, bahkan lebih dari yang pernah ia lihat. "Maaf.."
"Percuma..papa tidak akan kembali"jawab Jaemin menusuk, anak itu masih duduk namun kini menatap Mark. Mark bergetar melihat tatapan Jaemin, bukan tatapan Na Jaemin yang ia kenal. Itu tatapan orang asing, tatapan yang seakan menyiratkan kebencian terdalam. "Papa tidak akan kembali lagi dengan kata itu...lalu untuk apa minta maaf? Bukannya percuma?"
Jaemin menatap Xiyeon. Wanita itu juga sama kacaunya dengannya. Namun seakan berusaha untuk tegar, masih tersenyum pada tamu-tamu yang datang. Walau Jaemin tau dengan jelas mamanya sama rapuhnya dengan ia. "Kenapa? Papa kenapa tersenyum seperti itu? Papa senang membuat mama menangis?"
Jaemin menatap foto sang papa yang seakan tersenyum senang, ia benci itu demi apapun. "Papa yang bilang papa gak mau lihat mama nangis, tapi papa malah senyum. Hebat ya?"
Mark sudah pergi, ia menangis tak kalah hebat dengan Jaemin. Menyalahkan dirinya sembari terus memukuli dirinya sendiri jika saja anaknya tidak datang menghentikannya. "Sayang.. cucunya nenek.."
So Hee mengusap pipi Jaemin lembut, memeluknya menenangkan sang cucu. "Papa pergi nek...papa gak ajak Nana.."
"Papa gak pernah mau ajak Nana lagi sekarang...papa harusnya ajak Nana.."
So Hee menggeleng pelan, memeluk Jaemin sambil merapikan rambut Jaemin. Merapikan jas yang dipakai cucunya. "Kamu tau? Nenek suka lihat kamu pakai jas. Ganteng. Tapi bukan jas kayak gini. Nenek suka lihat papa kamu senyum, tapi bukan disitu"So Hee menunjuk foto Jeno, "Nana, nenek sama tidak sukanya dengan Nana sekarang. Tapi kamu gak boleh ngomong gitu, jangan nangis lagi ya?"
Xiyeon melirik sebentar Jaemin, duduk disebelah anaknya dan menarik tubuh lemah itu. "Maafkan mama sayang...maafkan mama..."
"Mama juga benci diri mama sendiri sayang...mama benar-benar benci sekarang."Jaemin kembali menangis mendengarnya, ia ingat jelas bagaimana tubuh Jeno terkulai lemas dengan banyaknya luka di tubuhnya, banyaknya darah yang mengalir. "Mama.."
"Hmm? Kenapa sayang?"
"Nana benci..Nana benci tuhan ma..Nana gak suka. Tuhan ambil papa, Nana benci. Nana gak suka.
Nana mau hadiah dari papa aja, Nana maunya papa main sama Nana, Nana maunya makan sama papa doang..."
Haechan mendengarnya, ia dengar dengan jelas ucapan Jaemin. Somi berkali-kali mengusap bahunya menenangkannya.
"Aku sudah berjanji.. Mark hyung juga. Aku berjanji menjaga kalian berdua..kau jahat Jeno. kau membuat ku mengingkari janji ku sendiri""Mama...papa udah janji bakal pulang...Tapi kenapa jadi gini ma..Nana gak suka."
Xiyeon hanya mengangguk, ini yang benar-benar ia takutkan. Dimana Jaemin jatuh ke titik terendah dan tidak bisa bangkit lagi, jatuh hingga lupa bagaimana caranya untuk tersenyum kembali. "Mama minta maaf..mama gak bisa jaga papa.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Him Nana
Fanfiction[Sequel dari 'Sweet Night'] Tepat di tanggal 13 Agustus, Seseorang lahir dan menambah cerita dihidup nya. Membuatnya bisa kembali merasakan sosok seseorang yang berharga di hidup nya "Kalian percaya adanya reinkarnasi?" [Cerita yang paling panjang y...