109. kita usaha sama-sama ya?

662 102 16
                                    

"Jaemin..bangun dulu yuk? Kamu belum makan"

Jaemin bangun dengan nafas memburu. Suara Jeno terasa nyata ditelinga nya. "Papa?"
Anak itu turun dari kasur dengan sempoyongan, senyumnya mengembang sembari menuruni anak tangga berusaha mencari Jeno.
Jaemin kembali diam, itu hanya bunga mimpi nya. Jaemin meringis kala perutnya semakin sakit, tubuhnya sampai jatuh terduduk diatas lantai. "Tuan, tuan baik-baik saja? Tuan mau saya antar ke rumah sakit?"

Jaemin menggeleng, tangannya bertopang pada meja untuk membantunya berdiri. "Tolong..beli makanan saja"

"Baik"pria itu berlari untuk segera membelikan tuannya makanan. Jaemin hanya sendiri sekarang, sambil duduk dimeja makan menunggu sang supir datang. Jaemin sebenarnya ingin menangis, berteriak sekeras-kerasnya jika saja ia bisa. Suaranya seperti terkunci untuk berteriak, air matanya seakan habis dan tidak lagi mau menetes. "Papa, Nana lapar. Mau masakan papa"

***

"Jaemin, ya tuhan mama mencari mu kemana-mana sayang, mama takut kamu kenapa-kenapa"
Jaemin menatap Xiyeon, tubuhnya ia jatuhkan pada pelukan hangat sang mama. "Papa masih belum mau pulang ma..."

Jaemin meremat lengan Xiyeon, tangisnya kembali pecah. "Papa gak mau ketemu Nana, ma.."

Xiyeon berusaha tersenyum, mengusap kepala Jaemin terus-menerus. Ia biarkan anaknya menangis sepuasnya, munafik jika Xiyeon tidak mengatakan jika dirinya baik-baik saja. "Nana mau papa.."

"Na...mama juga. Mama sama kayak kamu, mama masih nungguin papa pulang.
Tapi, Tuhan udah berkali-kali bilang sama mama. Papa udah pulang, ke rumah yang sebenarnya. Walaupun mama minta papa balik lagi sama Tuhan gak akan bisa sayang...Tuhan terlalu sayang sama papa"

"Kita lewatin semuanya bareng-bareng ya? Kalau mama bisa, Nana pasti bisa. Kalau mama kuat, Nana pasti lebih kuat. Kita saling dukung, kalau bareng-bareng mama yakin kita bisa lewatin nya.
Udah ya jangan nangis lagi, matanya nanti sakit dipake nangis terus"
Jaemin sudah tidak menangis namun masih memeluk Xiyeon. Ia rindu pelukan hangat seperti ini.

"Kalau kamu mau sesuatu, mulai sekarang bilang sama mama ya? Mama pasti beliin buat kamu apapun yang kamu mau"
Hari ini, Xiyeon mulai mencoba untuk menjadi sosok Jeno. Mulai mencoba belajar menjadi seperti pria itu untuk Jaemin.
"Tangan kamu merah..gatel ya?"

Jaemin mengangguk, gara-gara saat berbaring di rumput taman rumah sakit dan tidur diguyur hujan, kulit Jaemin terasa gatal terus. Entah karena alergi atau apa.
Xiyeon mengusapi tangan Jaemin yang memerah, anaknya seakan kembali menjadi seorang anak kecil yang tidak tau apapun. Tidak, Lee Xiyeon tidak pernah boleh menangis, itu janjinya pada diri sendiri.
Demi Na Jaemin, ia tidak boleh jatuh. Mau bagaimanapun kedepannya, sesakit apapun nanti ia harus terus berdiri tegak untuk anaknya. Harus bisa menjaga anaknya dengan sikap yang perlahan mulai berubah.

"Mama cariin Nana kemarin, tapi kata supir kamu disini. Mama sengaja biarin kamu sendiri dulu, mama tau kamu butuh waktu sendiri"

"Kepala Nana sakit.."tangan yang semula mengusap tangan Jaemin kini berpindah ke kepala Jaemin, mengusapnya lembut sembari mengecupnya sesekali. "Nana terlalu kelelahan, harus istirahat. Besok mau sekolah?"

Jaemin menggeleng, ia tau jika dirinya akan naik kelas tapi Jaemin belum sanggup. Belum sanggup untuk melangkah kembali ke dunia luar tanpa sang penyemangat.
"Yaudah gak papa, dirumah aja dulu sama mama. Nenek bilang mau kesini, mau bawa Daegang. Katanya kangen sama kamu"

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang