80. Acara masak-memasak

708 116 11
                                    

"papa yang ini aja belinya!"
Jeno hangat menganggukkan kepalanya. Bahkan Jaemin berkali-kali lipat lebih aktif setelah sembuh dari sakitnya dua hari yang lalu.
Jaemin tidak terlalu lama dirawat karena anak itu yang terus merengek meminta infusan ditangannya dilepas. "Coklat? Ah kamu mah coklat mulu"

"Plis papa plis..."

"Yaudah iya, masukkin ke trolley"Jaemin mengangguk, berjinjit untuk memasukkan bubuk agar-agar rasa coklat. Mereka juga membeli susu, tepung, margarin, gula, dan bahan-bahan lainnya untuk membuat kue dan agar-agar dalam rangka memperingati hari ibu.
Bahkan trolley belanjaan nya pun sudah cukup penuh dengan bahan-bahan. "Udah. Itu aja"

Jaemin menarik tangan Jeno agar bisa melihat ponsel papanya, membaca bahan-bahan yang mereka dapat dari internet. "Oke, ayo bayar!"

***

Jaemin buru-buru melepas sepatunya, melemparkannya asal begitupun dengan jaketnya. Ia naik ke atas kursi dan bersiap untuk membuat kue. "Na Jaemin...papa bilang apa tentang jaket sama sepatunya?"

"Nanti nanti. Bikin dulu kue.."

"Na Jaemin..."anak itu mendengus dan kembali turun dari kursi untuk menaruh sepatu dan jaket pada tempatnya. Jeno mulai mengeluarkan satu persatu bahan-bahan yang mereka butuhkan dan meletakkannya di atas meja. "Banyak juga ternyata"

Kembali membuka ponsel Jeno membaca langkah-langkahnya dengan seksama sembari mengikuti perintah dari artikel yang ia temukan itu. "Papa, aku yang aduk ya?"
Jeno menggeser mangkuk yang sudah berisikan bahan-bahan ke hadapan Jaemin. Matanya tak lepas dari kalimat demi kalimat yang ada di ponselnya, "aduk yang bener loh"

Jaemin melirik Jeno sebentar lalu mencelupkan jarinya ke dalam adonan. "Ih.. rasanya aneh"

"Itu kan belum ditambahin sisa bahannya Ya Tuhan"

"Hehe"Jaemin menatap hiasan untuk kue nya nanti. Mengambil meses coklat lalu menyodorkannya pada Jeno, "bukain"

"Itu buat hiasan nya. Nanti habis lagi kamu makan"

"Enggak. Coba sedikit aja"Jeno mengalah, ia buka bungkusan itu dan memberikannya pada Jaemin.
Anak itu juga benar kok, dia hanya mencicipinya lalu kembali menaruhnya dan tidak menyentuhnya lagi.

Adonan kue yang sudah jadi dimasukkan ke dalam oven. Sembari menunggu mereka sedikit bermain-main dengan tepung hingga wajah keduanya penuh dengan bubuk berwarna putih itu. Setelahnya mereka lanjut membuat agar-agar rasa coklat pilihan Jaemin. Beberapa kali anak itu bertanya apakah agar nya sudah jadi atau belum.
"Nanti aku yang hias kue nya boleh ya?"

"Iya boleh"

"Tapi...kalau jelek gimana?"

"Gak ada yang jelek. Itu hasil karya Nana sendiri, kalau kata mama bagus ya memang bagus. Namanya juga belajar"

***

Jaemin menepuk tangannya setelah menaruh banyak hiasan di atas kue yang sudah dilapisi dengan krim berwarna putih. Jeno berulang kali memuji buatan Jaemin yang terlihat lucu dimatanya untuk seumur Jaemin.
Agar-agar nya pun sudah jadi tinggal dipindahkan ke piring. Meja sudah bersih seperti semula, Jaemin dan Jeno juga sudah mandi. Tinggal menunggu sang nyonya rumah pulang saja. Sesekali Jaemin mencolek krim yang ada di kue dan memakannya, tersenyum begitu rasa manis menyapa indera pengecap nya.

"Mama lama"

"Sabar dong...paling bentar lagi"
Jeno menatapi Jaemin yang mulai kesal. Sudah tidak sabar untuk memakan kue dihadapannya itu, "papa...potong dikit buat aku"

"Jangan dulu, kan buat mama"
Jaemin menekuk bibirnya kemudian berlari ke kamar untuk mengambil bonekanya. Setidaknya bonekanya bisa mengalihkan perhatiannya dari kue itu. "Tunggu bentar lagi, beberapa menit lagi juga mama pu~"

"~Mama pulang."ketiganya terdiam, apalagi Jeno dan Jaemin yang terkejut dengan kedatangan Xiyeon. "Apa?"

"Nah kan gagal kejutannya"

"Ya kamu sih malah ngajak debat"

"Kok aku? Aku kan cuma pengen kuenya"Xiyeon menggelengkan kepalanya, baru juga pulang malah disambut dengan pemandangan seperti ini. "Wah..siapa yang buat ini?"

"Nana! Nana yang buat!"Jaemin berlari menghampiri Xiyeon, menatap wanita itu dengan berbinar. "Benarkah?"

"Iya..mama cobain. Pasti enak"
Xiyeon memasukkan sesuap kue ke mulutnya, tersenyum lebar sembari menatap Jaemin, "enak banget. Udah bisa dijual di toko kue nih"

"Gak boleh..itu gak boleh dijual"Jeno menyunggingkan senyumnya melihat Xiyeon yang menyukai kuenya. Beberapa kali ia menyuapkan kue itu sembari menyuapkannya pada Jaemin. "Mama, selamat hari ibu ya?"

"Woah..kalian ingat? Pantas tadi ramai yang membicarakan hari ini"

"Hehe. Papa ngajak aku bikin kue buat mama, hadiah buat mama"

"Manis sekali kalian ini.. terimakasih ya?"Xiyeon memeluk Jaemin erat dan mengecup Jeno. Terharu melihat tingkah keduanya yang kadang membuatnya pusing.
"Nana sudah sehat kan?"

"Sudah dong. Aku kan anak kuat"

"Yasudah. Makan aja kuenya, mama mau ganti baju dulu"
Jaemin menatap kepergian Xiyeon lalu memandang Jeno dan tersenyum,
"Serbu kue nya!!!"

***

"Jaemin, jangan lari-lari ah. Pusing papa liatnya"

"Ya, jangan diliat"
Jika saja Jaemin bukanlah anaknya sendiri, ia sudah melemparkan bantal ke arah wajahnya itu. "Bisa diem gak?"

"Gak bisa"Jaemin masih terus berlarian mengelilingi ruang tengah dengan pesawat mainan ditangannya. Beberapa kali lalu-lalang didepan Jeno yang tengah menonton televisi.
"Astaga..."

"Jaemin, papa bilang duduk"

"Gak mau"Jaemin yang tengah berlari tiba-tiba berhenti, menatap Jeno dengan nafasnya yang terengah-engah. "Papa gak akan ninggalin aku kan?"

"Kalau kamu gak mau diem papa tinggalin"Jaemin langsung duduk disebelah Jeno, masih memainkan pesawatnya. Sesekali Jeno ikut bermain dengan matanya yang terfokus pada televisi.
"Papa..."

"Hm?"

"Aku ngantuk"

"Tidur sana ke kamar. Nanti papa nyusul"Jaemin menggeleng, ia naik ke pangkuan Jeno. Kepalanya berada di lengan Jeno sementara tangannya memainkan jari tangan Jeno sebelah kiri. Matanya perlahan tertutup dan tertidur, membiarkan Jeno yang sesekali bersorak karena menonton pertandingan baseball. Berkat Jaemin Jeno jadi suka olahraga itu.
Jeno menatap Jaemin sebentar, membenarkan posisi kepala anaknya dan lanjut menonton, mengabaikan resiko tangannya yang akan pegal besok.

Jaemin juga terlihat nyaman, tidur dengan menggenggam tangan Jeno. Bisa-bisanya ia mengantuk setelah berlarian keliling ruangan.
Namun yang pasti, sampai pagi Jeno tidak berpindah sama sekali. Keduanya tertidur di sofa dengan bermodalkan selimut dan bantal yang Xiyeon berikan.

[]

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang