Pagi-pagi Jeno dibuat pusing karena Jaemin yang terus meloncat diatas kasur untuk membangunkannya. Apalagi saat Jaemin menjatuhkan dirinya diatas tubuh Jeno, tertawa tanpa memikirkan Jeno yang kesakitan.
Sebenarnya salah dia juga mengajak Jaemin bermain hari ini kemarin, anak itu jadi seceria ini paginya. "Papa, aku pake baju apa? Papa nanti disana banyak orang gak? Papa nanti disana main sama aku ya?"Jeno meletakkan telunjuknya di bibir Jaemin, menyuruh anaknya itu diam saja. "Berisik kamu tuh"
"Kan aku cuma nanya.."
Jaemin kembali menatapi Jeno yang tengah memilih baju yang akan dikenakannya. Dengan tubuhnya yang dibuntal selimut dan hanya menyisakan kepalanya saja, sulit untukmu berlarian dengan tangannya yang terhalang handuk.
"Papa nanti makan apa? Aku mau makan...makan apa ya?""Tapi aku gak bisa mainnya, nanti yang ajarin aku siapa? Bola dari kak Sungchan boleh dibawa ya?"
Jeno hanya berdeham menjawab Jaemin, masih mengobrak-abrik lemari Jaemin mencari baju yang ia inginkan. "Xiyeon! Baju baru dia mana? Yang kayak seragam pemain gitu?"
"Lah.. kamu yang masukkin ke lemari kok"Jeno menatap lemari Jaemin dan kembali mencarinya. Padahal ia ingat sudah dimasukkan ke dalam lemari saat itu.
Jaemin yang mulai kesal juga akhirnya melepaskan handuk di tubuhnya dengan paksa dan kembali berlarian. Mengambil bola pemberian Sungchan tiga tahun lalu, ia melempar bolanya sambil loncat-loncat an di kasur. Mengabaikan dinginnya pendingin ruangan karena ia belum memakai baju. "Na Jaemin, sini!""Gak mau..."Jeno bangkit dari duduknya, terpaksa menggendong anaknya secara paksa. "Kamu ya, gak mau diem"
"Biarin.."
"Nakal"Jaemin menjulurkan lidahnya mengejek tapi tetap diam sementara Jeno memakaikan bajunya. Baju yang memang sebelas dua belas dengan pemain bisbol. Tak lupa topinya juga, lengkap sudah.
"Udah, makan sana""Gak mau. Gak mau makan"
Dan lagi-lagi Jeno menggendong Jaemin di bahunya, membiarkan anak itu terus memberontak sembari tertawa keras.***
"Mama gak main?"
Xiyeon menggeleng, "mama duduk aja""Kenapa? Mama harus main juga. Papa gak bisa main tau"
"Heh!"Jaemin cekikikan sembari berlari ke lapangan dengan bola ditangannya. "Main sendiri sana"
"Mana bisa?! Ih...papa gak pernah liat bisbol ya? Mainnya sama banyak orang tau"ujarnya sembari mendelik pada Jeno.
Julid kan ini anak,
"Terus papa harus ngapain?"Jaemin menarik tangan Jeno agar berdiri ditengah lapangan. Ia ingat betul dimana saja posisi para pemain bisbol yang ia tonton. "Papa lempar ini, nanti Nana pukul"
"Oke"
Jaemin kembali ke posisinya, memegangi tongkat kayu miliknya. Mark membelikan itu untuknya, katanya agar Jaemin belajar cara mainnya.
Satu kali lemparan Jaemin gagal. Bola itu melewatinya tanpa berhasil ia pukul. Lemparan kedua gagal lagi, padahal Jeno sudah memposisikan lemparannya pas dengan pukulan Jaemin.
Lemparan ketiga juga gagal, bolanya terus saja melewati pukulan tongkat ditangan Jaemin. "Susah ah!"Jeno terkejut begitu Jaemin melemparkan tongkat ditangannya, wajahnya sudah memerah mungkin karena sinar matahari. Pelipisnya berkeringat padahal sudah memakai topi. Jaemin berlalu begitu saja meninggalkan Jeno yang sudah siap melemparkan bola lagi dan memilih duduk disebelah Xiyeon dengan lelah. "Kenapa? Udah mainnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Him Nana
Fanfiction[Sequel dari 'Sweet Night'] Tepat di tanggal 13 Agustus, Seseorang lahir dan menambah cerita dihidup nya. Membuatnya bisa kembali merasakan sosok seseorang yang berharga di hidup nya "Kalian percaya adanya reinkarnasi?" [Cerita yang paling panjang y...