Jaemin berjalan tergesa-gesa, nafasnya sudah memburu bahkan pelipisnya berkeringat."Zhong Chenle!"
Beberapa pasang mata menatapnya termasuk Chenle. Sahabatnya sudah dalam keadaan penuh lebam, begitupun beberapa siswa lainnya.
"Kau.. apa yang terjadi?"
Chenle mengalihkan pandangannya, berusaha menahan tangisnya. Jaemin terkejut begitu salah satu orang tua murid menampar Chenle, "bisa-bisanya kau membuat anak saya seperti itu hah?!""Nyonya, dia sendiri yang memulai masalah. Dia, anak nyonya lah yang menyulut emosi saya dengan menghina sahabat saya"
"Zhong Chenle perhatikan dengan siapa kamu berbicara? Dimana sopan santun mu?!"
Jaemin menatap Chenle yang sudah kembali marah, perasaannya campur aduk sekarang. "Kenapa kau melakukannya?""Dasar tidak beretika! Orangtuamu mengajarkan apa padamu hah?!"
Chenle berdiri, jarinya menunjuk pada wanita dihadapannya. "Nyonya, ini masalah saya. Jangan pernah bawa-bawa orang tua saya dan mereka tidak pernah salah. Sebaliknya, seperti apa anda mendidik anak anda sampai berani menyebarkannya rumor tidak benar?""Zhong Chenle! Pengurangan poin! Hukuman untuk mu selama lima belas jam!"
Jaemin menatap gurunya tidak percaya, bagaimana bisa menghukum sahabatnya untuk membersihkan sekolah selama lima belas jam?
"Pak! Chenle tidak salah disini! Dia membela saya, kenapa Chenle yang dihukum""Diam! Kamu tidak ada urusannya sekarang"
"Sialan"
"Zhong Chenle! Kau harus benar-benar menjaga ucapan mu! Pengurangan poin lagi!"
***
Jaemin melemparkan beberapa kaleng kosong pada Chenle, dia sudah menangis sekarang.
"Kau bodoh! ZHONG CHENLE BODOH!!""Kenapa harus memukul hah?! Poinmu dikurangi dan.. lima belas jam? Dimana otakmu?! Kenapa hah?! Apa alasanmu seperti itu?!"
"Kau!! Kau Na Jaemin kau!!"
Chenle membanting alat yang tengah ia gunakan untuk memunguti sampah, matanya menatap tajam ke arah Jaemin. "Jujurlah Na..kau juga akan melakukan itu jika yang dijelek-jelekkan adalah aku. Lalu aku harus diam? Sementara mereka menyebarkan rumor jika kau gila?! Iya?!""Hey hey! Calm down.. kenapa kalian bertengkar seperti ini? Kita bisa membicarakannya baik-baik jika ada masalah."Felix menatap keduanya bingung. Jaemin tersenyum tipis menatap Chenle, "aku membencimu"
"Na!!"Felix menatap Chenle tidak paham. Demi apapun ia panik sekarang melihat orang yang selalu kemana-mana bersama tiba-tiba seperti ini, didepan matanya sendiri.
"Kalian kenapa sih?!"Chenle memilih diam dan kembali memunguti sampah, tangisnya tak henti sejak bertengkar dengan Jaemin tadi. Felix memilih untuk membantu Chenle, Jaemin butuh waktu pikirnya.
Buktinya anak itu membolos sekarang. Tanpa membawa tas, ponselnya bahkan earphone nya pun ditas.
Jaemin tidak suka jika misalnya ada seseorang yang bertengkar karenanya, Jaemin benci itu. Dan ia sendiri baru melihat Chenle yang bertengkar dan dia lah yang mendapat hukuman sekarang. "Jaemin?"Kepalanya menoleh, tatapannya berubah menjadi datar kala melihat siapa yang memanggilnya.
"Mau kemana? Kenapa jalan? Sepedamu mana?""Apa pedulimu?"
"Paman antar ya?"Jaehyun buru-buru membukakan pintu mobil yang hanya dibalas lirikan tanpa berniat masuk ke dalam mobil. "Ayo, mau kemanapun bilang saja"
"Terus terang saja, aku tidak suka basa-basi. Kau menyukai mama ku? Kau berusaha mendekatiku agar bisa mendekati mama? Kau berusaha mengambil hati mama?"
Jaemin tersenyum miring, menatap remeh Jaehyun. "Sayangnya, itu tidak akan terjadi tuan. Anda tidak akan pernah diizinkan untuk menginjakkan kaki dirumahku atau mendekati mama. Kalau kau masih berani kakimu itu..yang tidak berguna akan ku patahkan.
Selamat tinggal"
Jaehyun menatap Jaemin dalam diam, menutup kembali pintu mobilnya.Jaemin muak, rasanya ingin melenyapkan manusia itu sekarang juga. Dia bingung kala berhenti di sebuah sekolah, matanya menatap aneh pada murid-murid yang bubar.
Tiba-tiba saja ia datang ke sekolah Areum.
"Kak Nana!"Areum berlari kecil lalu menatap Jaemin bingung, "kakak kenapa kesini? Tas kakak mana? Gak pake sepeda?"
"Bilang sama mama kamu kalau kamu pulang sama kakak hari ini. Kakak anter kamu kerumah"
***
"Nih..minum dulu oke?"
Jaemin hanya tersenyum tipis, menatap gelas diatas meja didepannya. "Apa papa dulu...sering memakai kekerasan jika sudah sangat marah?"Haechan mengetuk dagunya beberapa kali lalu menggeleng, "dibandingkan dengan paman papa mu dulu masih terlalu baik. Tidak pernah bertengkar, sekalinya bertengkar itu...ah aku lupa tapi tidak sampai babak belur. Hanya luka kecil di ujung bibir"
"Karena emang ada yang gak suka"
"Siapa?"Jaemin mengangkat kepalanya menatap Haechan lekat.
"Na Jaemin, maksudnya Jaemin pamanmu. Dia tidak pernah suka melihat Jeno bertengkar, bahkan hanya berkata dengan nada tinggi kadang membuatnya marah.
Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?""Chenle bertengkar... karena aku. Dia hanya membela ku tapi jadi dia yang dapat hukuman. Aku tidak suka itu"
Haechan tersenyum lalu menatap Jaemin, "ya itu..salah satu sifat pamanmu. Besok kamu juga merasa lebih baik""Aku...aku marah padanya..aku bilang aku membencinya.."
"Namanya teman. Hal kayak gitu udah biasa, wajar aja kalau kalian berantem kayak gitu. Besok juga akur lagi kok dijamin. Pamanmu juga dulu kayak gitu, hari ini marah besoknya udah biasa lagi.
Gak kaya Jeno, papamu itu lebih pendendam"
Haechan menghela nafasnya pelan, "papa mu bahkan pernah membuat siswa lain babak belur karena sudah tidak bisa menahan amarahnya""Papa gak mungkin mukul orang tanpa alasan"
"Emang. Waktu itu, papa kamu pulang bareng paman. Udah agak malem karena ngerjain tugas dulu. Dia lihat Xiyeon, mama kamu itu digangguin orang. Bahkan mama kamu sampai nangis karena terus-terusan diganggu.
Karena itu papa kamu mukulin mereka yang padahal satu sekolah. Itu juga yang bikin dia dipanggil guru. Jeno gak sesabar paman kamu, dia gampang marah sebenarnya. Gak tau kenapa setiap ada kamu atau paman kamu dulu Jeno sama sekali gak pernah pake kekerasan dan milih buat pergi. Sejak paman kamu meninggal papa kamu mulai gitu, mulai pake kekerasan. Tapi sekarang enggak lagi karena kamu kan?""Anggap aja sikap Chenle itu sikap papa kamu yang waktu itu nolong Xiyeon. Dia cuma pengen bela sahabatnya, gak lebih."
Jaemin menatap ponselnya yang berbunyi tidak berniat membalas pesannya.종 첸레
|Tas kamu udah di rumah, udah aku anterin
|Maaf kalau tadi malah bikin kamu takut"Lihat? Na..kamu itu sama persis dengan paman kamu dulu. Banyak orang yang berusaha melindungi kamu waktu itu tapi gagal..
Mereka cuma takut hal gitu ke ulang lagi. Khususnya untuk Renjun sama Jisung"[]
Aneh gak sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Him Nana
Fanfiction[Sequel dari 'Sweet Night'] Tepat di tanggal 13 Agustus, Seseorang lahir dan menambah cerita dihidup nya. Membuatnya bisa kembali merasakan sosok seseorang yang berharga di hidup nya "Kalian percaya adanya reinkarnasi?" [Cerita yang paling panjang y...