"paling pura-pura aja, tau kan kadang orang pura-pura ngelakuin sesuatu buat cari sensasi? Siapa tau dia juga ikutan.. biar dapat simpati dari orang lain"
"Lucu gak sih rasanya? Ibunya dokter tapi anaknya udah kayak gangguan jiwa gitu."
Jaemin masih mengingatnya dengan jelas, mereka membicarakannya seakan-akan Jaemin itu tidak ada disekitarnya saat ia hendak pulang kemarin.
Jangan kira media aman damai, bahkan berita tentangnya kecelakaan dan tentang Xiyeon masih terpampang jelas di internet.
"Jaemin""H-hm?"
"Kamu tidak fokus lagi"
Jaemin hanya memandang psikiater didepannya sekilas, dia tidak suka dengannya. Caranya menanyakan sesuatu seolah-olah terlalu menuntut dan memaksanya untuk menjelaskannya.
"Ini gak bakal berhasil"Xiyeon menatap Mina disebelahnya lalu kembali melihat ke dalam ruangan dimana anaknya masih enggan menceritakan sesuatu. "Jaemin tidak suka dengan orang yang menanyakan sesuatu dan menuntutnya untuk menjawab pertanyaannya itu, aku selalu menghindari hal itu karena biasanya Jaemin akan marah lalu pergi begitu saja.
Untuk mengganti psikiater nya begitu saja bukan ide bagus, Jaemin malah bisa lebih kepikiran nantinya""Dia masih sering menangis?"
"Tengah malam, selalu seperti itu. Sampai tubuhnya dingin sekali padahal sudah pakai selimut. Hampir dua puluh menit habis itu dia tenang lagi, aku gak tau apa yang dia pikirin karena tiap aku tanya apa yang bikin dia nangis Jaemin selalu bilang gak tau"
"Sudahi saja untuk hari ini, Jaemin masih butuh istirahat"
Mina masuk ke kamar dan mengatakan sesuatu pada psikiater yang sejak dua jam yang lalu terus mengajak Jaemin mengobrol.
"Besok, tidak perlu datang lagi. Aku yang akan mengambil alih, terimakasih""Jaemin.."
Xiyeon menyentuh dagu Jaemin membuat kepalanya menatap Xiyeon. "Ada yang gak bisa kamu ceritain sama siapapun ya?""Kalau boleh, mama mau ikut dengerin cerita kamu. Kalau kamu minta mama gak kasih tau siapa-siapa juga mama akan lakuin itu asal mama bisa tau apa yang kamu tidak bisa ceritakan selama ini.
Mama gak suka liat anak mama sendiri tiba-tiba ngelamun, mending cerita aja sama mama. Pasti mama dengerin kapanpun kamu mau cerita"
Jaemin menatap netra wanita dihadapannya, bisa ia lihat dengan jelas mata Xiyeon sudah berkaca-kaca dan seakan-akan berharap lebih dengan jawabannya.
"Gak harus hari ini, mau besok, lusa ataupun minggu depan mama pasti dengerin. Jangan bikin kepala kamu sakit karena harus mikirin semuanya, bagi sama mama biar mama juga bisa bantu""Kamu belum makan kan? Sebentar, mama bawain ke sini ya"
***
Jaemin menatap makanannya tidak berselera, perutnya tiba-tiba seolah memberontak ingin mengeluarkan semua yang ia makan tadi. Ia tarik nafas dalam-dalam, Xiyeon yang membuatnya dan tidak mungkin ia akan memuntahkannya.
Ia tau mamanya sibuk sekarang ditambah harus mengurus nya.
"Na..""H-hm? Lagi aku habisin kok makanannya"
"Kalau mau muntah gak papa muntah aja, gak usah dipaksa"
Jaemin menatap Xiyeon sebentar, ada keraguan di hatinya. Masalahnya dia sudah tidak kuat, bahkan tanpa basa-basi berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan makanan yang baru masuk beberapa suap saja.
Xiyeon bahkan menepuk-nepuk pelan punggung Jaemi, memijat leher Jaemin lembut.
"Udah?"Jaemin mengangguk dan kembali duduk di kasur, "maaf"
"Kenapa? Kamu gak salah apa-apa. Minum teh aja ya? Biar nanti kalau misalnya mau muntah lagi perutnya gak sakit"
Jaemin hanya mengangguk.
Xiyeon berubah? Disebut iya bukan, disebut tidak juga bukan. Rasanya aneh saja jika ingat dulu Xiyeon bahkan lebih sibuk dari Jeno sampai sering pulang larut namun sekarang Xiyeon bahkan tak pikir panjang jika harus izin kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Him Nana
Fanfic[Sequel dari 'Sweet Night'] Tepat di tanggal 13 Agustus, Seseorang lahir dan menambah cerita dihidup nya. Membuatnya bisa kembali merasakan sosok seseorang yang berharga di hidup nya "Kalian percaya adanya reinkarnasi?" [Cerita yang paling panjang y...