28. Es krim

1.2K 177 21
                                    

"Lee Jeno bangun!"Jeno terbangun dengan nafas yang memburu, keringat yang membasahi pelipisnya terlihat sangat jelas.
"Mimpi buruk?"

Jeno mengalihkan pandangannya, Jaemin masih ada di sebelah dan masih memeluk lengannya.
"Mimpi apa?"
Xiyeon menggenggam tangan Jeno lalu menempelkannya pada pipinya.

"Tolong katakan padaku jika Jaemin tidak akan meninggalkan ku"

"Tidak akan, dia tidak akan pernah meninggalkanmu. Selamanya"Jeno menyandarkan punggungnya pada headboard, nafasnya belum sepenuhnya teratur.
"Ada apa? Cerita padaku.."

"Eomma.."

"Menemui mu?"Jeno mengangguk singkat, mimpinya benar-benar terasa begitu nyata untuknya tadi.
"Dia...membawa Jaemin lagi.."

"Itu hanya mimpi, buktinya Jaemin disini. Dia akan menemanimu sampai kapanpun"

"Mimpi itu..begitu nyata.. itu sama seperti sebelum Jaemin meninggal waktu itu"

"Dengarkan aku, kamu hanya sedang stress.. tenangkan dirimu dan beristirahat lah. Itu hanya karena kamu sedang banyak pikiran saja, aku akan membuatkan teh hangat untukmu"Jeno menatap Xiyeon yang keluar dari kamar, meninggalkannya berdua dengan Jaemin yang masih terlelap.
Mimpinya sama persis dengan mimpi sebelum Jaemin benar-benar meninggalkannya waktu itu. Disana Yoonji menggenggam tangan Jaemin erat dan membawanya menjauh dari dirinya.
Jeno juga tidak bisa bergerak untuk mengejar Jaemin tadi, untungnya Xiyeon berhasil membangunkannya.

Jaemin bangun dari tidurnya lalu terduduk, masih dengan matanya yang setengah tertutup.
"Kenapa?"

Jaemin merangkak naik ke atas tubuh Jeno lalu memeluknya dan kembali tertidur.
Jeno juga memutuskan untuk beranjak dari kasur sembari menggendong Jaemin.
"Udah bangun?"

"Tidur lagi..gak kerja?"

"Nanti agak siangan. Sengaja juga gak terlalu pagi, kadang malah diem gak tau ngapain"

"Kamu ini udah makin besar.. kok beratnya sama aja ya"Xiyeon tertawa kecil mendengar ucapan Jeno tadi, ia menaruh segelas teh di hadapan Jeno yang kini tengah memainkan ponselnya sembari memangku Jaemin.
"Mau aku anterin ke rumah sakit?"

"Sama supir aja gak papa, kasihan Jaemin kalau dibangunin"
Jeno mengangguk kecil, tangan kirinya menepuk-nepuk bokong Jaemin pelan.
"Singkatnya, kamu terlalu cepat besar Na"

***

"Papa lihat! Nana menggambar papa"Jeno mengalihkan pandangannya ke arah Jaemin yang menunjukkan buku gambar ditangannya.
"Wah..Nana pintar sekali menggambar nya. Eh? Kok bunganya cuma satu?"

"Kalau Nana tidur, suka ada bunga kayak gini.. Nana juga pernah liat bunganya berubah"

"Berubah jadi apa?"

"Jadi orang.. cantik kayak mama"

"Hyung, aku melihat eomma di mimpi, di kepalanya ada bunga berwarna merah"

"Papa?"Jeno tersadar dari lamunannya. Jaemin memperhatikannya dengan bingung, matanya mengedip lucu melihat ayahnya yang tiba-tiba diam.
"Kenapa?"

"Nana lihat orangnya cantik kayak mama?"
Jeno meraih foto yang masih ia simpan selama ini lalu menunjukkannya pada Jaemin.
"Seperti ini?"

"Iya!"
Nafas Jeno tercekat saat mendengar jawaban Jaemin. Biasanya ia akan senang jika dirinya ataupun Jaemin dulu jika memimpikan sosok itu, namun sekarang ia benar-benar ketakutan.
"Papa.. kenapa?"

"A-ah..papa tidak apa-apa.."
Jaemin menyentuh telapak tangan yang lebih besar dari tangannya itu terasa dingin, ditambah wajah Jeno mendadak pucat.
"Papa sakit?"

"Tidak..papa baik-baik saja"Jaemin menoleh saat bel rumahnya berbunyi.
"Biar Nana yang buka pintunya!"

Jaemin berlari menuju pintu, meskipun sudah berjinjit tangannya tak mampu menggapai gagang pintunya.
Kasihan Na Jaemin, nanti juga bisa menyentuhnya saat sudah bertambah tinggi.
"Paman Mark!"

"Hey anak kelinci.. sedang apa, hm?"

"Bermain bersama papa"Jeno tersenyum melihat Jaemin berlari masuk untuk melanjutkan kegiatan bermainnya.
"Kau baik-baik saja? Wajahmu pucat seperti itu"

"Aku baik-baik saja hyung"

"Kau yakin? Aku tidak yakin dengan jawabanmu tadi"

"Hanya.. terkejut saja"
Mark memandang Jeno aneh, mendudukkan dirinya di kursi makan.
Sengaja agar Jaemin tidak mendengarkan obrolan pribadi mereka.
"Terkejut karena apa?"

"Jaemin.. memimpikan neneknya"Mark sama terkejutnya mendengar ucapan Jeno. Ia juga sudah mendengar cerita langsung dari mulut Jeno tentang mimpi yang seakan memberitahu apa yang akan terjadi.
"Dia tidak berbohong kan?"

"Dan hyung tau Jaemin tidak pernah berbohong padaku"Jeno mengigit bibirnya kuat, demi apapun kini dirinya dihantui rasa takut.
"Aku takut, hyung.."

"Hey, itu cuma mimpinya. Mungkin nenek mu ingin menemui cucunya yang sekaligus anaknya lewat mimpi, mungkin dia merindukannya"

"Bagaimana jika itu terjadi lagi?"

"Lee Jeno, itu hanya alam bawah sadarnya saja dan kamu hanya takut jika Jaemin kembali meninggalkan mu.
Dengarkan aku, jangan sepenuhnya percaya pada mimpi karena itu belum tentu masa depan kita. Itu hanya seperti gambaran untuk Jaemin selama tidur saja, tidak akan menjadi kenyataan"
Jeno menarik nafasnya dalam-dalam dan mengangguk, berusaha percaya pada ucapan Mark.

"Kalian..habis bertengkar ya?"

"Eh? Darimana kau tau?!"

"Ayahmu datang menemui ku. Dia juga meminta resep obat untuk Jaemin yang katanya demam. Kau kejam, Jeno"

"I know..aku ayah yang bodoh.."

"Mana ada ayah yang bodoh bisa selalu ada di peringkat satu. Itu hanya masalah yang sering terjadi, aku juga seorang ayah dan paham apa yang kau rasakan saat itu.
Jaemin juga sudah memaafkannya mu"Jeno menundukkan kepalanya saat Jaemin menundukkan tubuhnya pada kaki Jeno.
Kepalanya menengadah menatap Jeno lalu tersenyum,
"Mau es krim"

***

"Ayah macam apa yang malah mengajak anaknya membeli es krim lagi.."omel Mark yang melihat Jeno kembali pergi membeli es krim.
Meninggalkannya sendiri di bangku yang memang disediakan.
"Masih saja menyebalkan"

"Lee Jeno, aku tak segan melaporkan tindakan mu itu pada Xiyeon"

"Kau jahat..ini juga Jaemin yang mau"
Mark mencebik, bukannya marah karena Jeno terus mengajak Jaemin membeli es krim. Tapi kepintaran ayah itu mendadak hilang, melupakan Jaemin yang belum sepenuhnya sembuh dari demamnya.
"Aku telpon Xiyeon baru tau rasa kau"

Jeno kembali duduk di kursi dengan ice cream yang baru ia beli lagi. Jaemin malah kegirangan ayahnya membeli makanan dingin itu.
"Yakk! Lee Xiyeon, suami mu itu membuat Jaemin kembali demam dengan mengajak Jaemin makan es krim dua mangkuk"

"LEE JENO!"
Mark menjauhkan ponselnya dari telinga, teriakan Xiyeon tidak main-main.
"Habislah kau, Lee Jeno.."

[]

Hayolo, ada yang marah.
Xiyeon lagi mode galak kali ya sampai Mark diteriakin gitu 😂

(づ。◕‿‿◕。)づ sayang kalian..
(。♡‿♡。)

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang