36. Waktu berlalu begitu cepat

1.1K 155 9
                                    

Setiap harinya mereka jalani bersama. Mengabadikan setiap pertumbuhan harta berharganya dengan kamera yang tersimpan banyak kenangan dibaliknya.
Sampai-sampai tidak sadar jika waktu berlalu begitu cepat dan anaknya sudah menjejakkan kaki di kelas satu.

Ingin rasanya ia membuat Jaemin kembali menjadi anak kecil saja. Jaemin terlalu cepat bertumbuh besar.
Sebelumnya Jeno berencana memiliki dua anak, namun berakhir dengan Jaemin yang menangis selama dua hari karena tidak ingin memiliki adik.
Beberapa hari lagi anak-anak sudah mulai masuk sekolah setelah puas berlibur.
Jeno jadi enggan melihat Jaemin terus bertambah tinggi setiap harinya nanti.

Liburan kemarin Xiyeon mengajak untuk mengelilingi kota saja dan rencana tahun depan adalah liburan keluar kota. Intinya setiap liburan harus menghabiskan waktu bertiga.
"Aku tidak ikhlas melihatmu naik kelas, Na"

"Kamu berharap Jaemin tidak lulus begitu?"

"Jujur saja kalau kamu juga tidak ikhlas"Xiyeon memutar bola matanya malas, Jeno selalu pandai membalikkan kata-kata.
"Seperti apa jodoh Jaemin nanti ya.."

"Pikiranmu itu astaga, dia saja baru kelas satu sudah memikirkan jodoh"Jeno hanya tertawa mendengar omelan Xiyeon. Ditatapnya Jaemin yang tengah bermain pasir, memang hari ini mereka pergi ke pantai atas keinginan Jaemin.
"Saking menikmatinya mungkin nanti kita tidak sadar jika semakin bertambah tua melihat Jaemin yang terus bertambah dewasa"

"Maka berjanjilah jika kita akan melihat Jaemin bersama sampai waktu kita habis"
Jeno mengangguk, menyandarkan kepalanya pada bahu Xiyeon.
"Sudah dapat seragamnya?"

"Sudah, kemarin sekolahnya menelpon ku jika seragamnya bisa diambil"
Jeno mengangguk, bangkit dari duduknya lalu berlari menghampiri Jaemin yang kini bermain air.
"Mama! Sini!"

Xiyeon menggeleng, ia hanya ingin menikmati angin saja. Ditambah disuguhkan dengan pemandangan yang begitu indahnya.
Ia mengambil handy cam dari dalam tas, mengarahkannya pada Jeno dan Jaemin yang bermain kejar-kejaran.
"Eomma..anakmu begitu bahagia sekarang. Maka tolong jaga Jaemin dari sana, jangan mengambilnya lagi seperti dulu"

***

"Papa mau lagi.."

"Udah, Na"

"Gak papa, biarin dia makan sepuasnya. Nana mau udang lagi? Papa pesan dulu ya"
Jika diingat-ingat Jeno tidak pernah mengatakan tidak untuk Jaemin. Semuanya selalu dituruti, hanya saja Xiyeon yang takut jika Jaemin jadi manja nantinya.
"Pelan-pelan juga belajar nanti.. hari ini biarin aja ya?"jelas Jeno paham dengan apa yang dipikirkan Xiyeon

Bukannya tidak mau, tapi setiap kali ia bilang 'tidak' jika Jaemin meminta sesuatu rasanya ia berbeda dengan dirinya yang dulu.
Setiap adiknya mau sesuatu selalu ia belikan bahkan sampai Jeno tak jajan di sekolah demi Jaemin,
Kebahagiaannya nomor satu.

"Nah..ini. Makannya pelan-pelan ya"Jeno tersenyum, nasib baik keluarganya kembali seperti dulu dalam waktu yang tidak lama.
Tentang sekretaris nya, Jeno sudah memecatnya begitu tau sekretaris kepercayaan yaitu Soo Kyung kembali lagi.
Dengan senang hati ia menerimanya dan tidak perlu khawatir lagi tentang wanita itu.

Tapi sungguh, akhir-akhir ini Jeno sering merasa takut.
Sering merasa jika dirinya akan meninggalkan Jaemin ataupun sebaliknya. Jeno tidak ingin itu terjadi, sama sekali tidak mau.
"Xiyeon..tidak apa jika kamu yang menyetir?"

***

Jeno tertidur dengan Jaemin yang juga tidur dengan paha Jeno sebagai bantal.
Memang Xiyeon menyuruhnya untuk duduk dibelakang saja daripada harus memangku Jaemin selama perjalanan yang tidak dekat jaraknya.
Niatnya pulang ia urungkan dan lebih memilih pergi ke rumah mertuanya yang kebetulan tidak terlalu jauh.
Tidak baik juga larut malam seperti ini wanita menyetir seorang diri, maksudnya suaminya tidak ikut menemaninya.

Tidak butuh waktu yang lama mobil mereka sampai dirumah Jong-hoon. Pintu rumahnya pun terbuka begitu ada yang memberitahu majikannya jika Jeno datang kerumahnya.
"Loh? Kamu yang nyetir?"

"Jeno ngantuk kayaknya, itu dibelakang tidur sama Jaemin"

"Bangunin aja dulu, suruh masuk ke kamar"Xiyeon mengangguk lalu membuka pintu mobil yang belakang.
"Jeno, bangun. Masuk ke rumah sama lanjutin tidurnya"

"Hm? Sudah sampai?"tanyanya masih dengan kesadaran yang belum sepenuhnya.
"Kita menginap dirumah appa, tidak apa-apa kan?"

"Iya.. terimakasih sudah menyetir"Jeno menggendong Jaemin perlahan dan turun dari mobil. Matanya masih sedikit tertutup karena masih mengantuk.
"Halo appa"

"Matamu merah seperti itu, sana ke kamar"Jeno menaiki anak tangga menuju kamarnya. Langkahnya terhenti begitu ia berada didepan kamar Jaemin.
Pintunya kebetulan terbuka dan membuatnya bisa menghirup aroma khas dari kamar adiknya.
"Malem ini kita tidur disini lagi saja ya, Na?"

***

Hari ini, Jeno terbangun dari tidurnya dengan Jaemin yang memeluknya dari samping.
Persis saat dulu, Jaemin terkadang tidak sadar dan memeluknya sampai pagi.
"Ya..kamu memang Jaemin ku yang dulu.."

Jeno memiringkan tubuhnya menghadap Jaemin yang masih tidur. Entah anak itu tengah memimpikan apa selama ia tidur sampai nyenyak sekali. Sepertinya kamar Jaemin baru dibersihkan, sprei kasurnya berbeda dengan terakhir kali ia datang.
Jeno baru ingat, masih banyak baju Jaemin di lemari.
"Aku baru ingat.. kita tidak bawa baju ganti lagi, Na. Kemarin sudah dipakai karena bermain air"

"Aku bisa pakai baju appa..lalu Nana bagaimana ya?"Jeno terdiam memikirkan caranya, kebetulan ia menatap lemari bergambar karakter dari Jepang favoritnya Na Jaemin.
"Ada bajumu yang dulu kan, aku lupa"

***

Jaemin baru selesai mandi. Anak itu mengenakan sweater rajut berwarna putih dengan gambar beberapa balon. Memang kebesaran ditubuh Jaemin sampai-sampai Jeno menggulung lengan sweater itu karena tangan Jaemin tidak terlihat.
"Mama! Tangan Nana hilang!"

Xiyeon menoleh lalu tersenyum menahan gemas melihat anaknya sendiri. Jaemin sengaja menarik gulungan lengan sweater yang ia pakai agar tangannya menghilang bahkan jika dihitung-hitung sudah tiga kali Jeno menggulung baju Jaemin.
"Ditarik mulu ah"omel Jeno melihat Jaemin digendongan nya.

"Appa mana?"

"Gak tau, tadi ada temennya kesini terus pamit gitu aja"
Jeno menurunkan Jaemin lalu mendudukkannya di atas sofa. Ditatapnya penampilan anak itu yang memang terlihat menggemaskan sembari mengibaskan tangannya yang hilang ditelan sweater.
"Benar-benar mirip ya.."

"Baju Jaemin?"

"Enggak, ini baju paman"Jeno hanya mengangguk. Susah kalau ia membicarakan adiknya didepan anaknya yang sama-sama Na Jaemin. Sebenarnya juga ia pusing sendiri karena nama mereka sama.
Biarlah, ini juga memang kemauannya sejak dulu.
"Papa es krim!"

"Heh! Masih pagi juga.."

"Kan Nana udah makan. Kata papa kalau udah makan boleh makan es krim. Iya kan, papa?"

"E-enggak..papa gak ngomong gitu. Kapan coba papa ngomongnya?"elak Jeno begitu Xiyeon menatapnya tajam.
"Tadi, dikamar, papa lupa ya?"

"Lee Jeno.."
Jeno meneguk ludahnya, sepertinya salah bicara seperti itu pada Jaemin. Lebih baik langsung membelikannya daripada harus bilang dulu.

[]

...

Bentar lagi tanggal 16🤗

Tadi ada kesalahan ya? Kepotong ceritanya? Soalnya di library kepotong sedangkan ngecek udah dipublikasikan lengkap

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang