100. Gak usah dikasih permen

664 112 19
                                    

Jeno mengalihkan pandangannya dari kertas didepannya, dahinya mengernyit heran melihat Xiyeon menelponnya sepagi ini. Jarang wanita itu menelponnya sepagi ini jika bukan dirinya yang menelpon atau memang penting,
Penting.
"Halo?"

"Jaemin gak mau makan"

"Hah? Kenapa? Dia pengen makan es krim seember lagi?"

"Giginya sakit"
Jeno membulatkan matanya, bahkan mulutnya ikut terbuka saking terkejutnya dengan ucapan Xiyeon. "Terus, kenapa gak dibawa ke dokter?"

"Anakmu penakut ternyata"

"Gak ya! Jangan fitnah!"

Jeno terkekeh mendengar teriakan Jaemin, ia menahan ponselnya dengan bahunya lalu lanjut mengamati banyaknya kertas, dia tidak tahu bekerjasama dengan perusahaan ini cukup menyusahkan.
"Ke dokter dong..kalau giginya sakit gak bisa makan es krim loh.."

"Nanti kalau dicabut gimana? Kalau giginya gak tumbuh lagi gimana? Terus aku ompong? Gak mau! Aku gak mau ya?!"

"Gak akan dicabut, cuma dibersihin. Kamu sih bulan kemarin papa ajak ke dokter bilangnya nanti nanti terus. Sakit kan giginya"

"Bukannya kasih solusi malah ngomel-ngomel..aduh.."

Jeno memegang ponselnya dengan tangan kiri, jika ia berada dirumah mungkin sudah membawa Jaemin dengan paksa ke dokter. "Ke dokter sana, gak akan dicabut kok percaya deh"

"Kalau bohong awas ya? Gak boleh telpon mama sampai papa pulang nanti"

"Iya, udah sana. Makin lama makin gak bisa makan nantinya. Gak sikat gigi ya? Uhm.. pantesan sakit, giginya gak dijaga"

"Ma..papa jadi penyebar hoax ni..tanya mama sana seberapa sering aku sikat gigi. Papa aja pasti kalah."

"Enak aja, papa lebih rajin loh ya dari kamu. Na Jaemin itu anaknya males-malesan sih"

Ah.. entahlah, mereka jadi ribut ditelpon perkara sikat gigi.

***

"Ma..beli permen ya?"
Xiyeon hampir saja ingin melemparkan ponselnya pada Jaemin jika tidak sadar itu anaknya, dengan mudahnya anak itu minta permen sementara giginya baru saja dibersihkan oleh dokter tadi. Bahkan Jaemin malah mendramatisir keadaan dengan menangis dan mengeluh jika giginya semakin sakit saat dokter gigi nya membersihkan gigi anak Lee Jeno itu.

"Mama gantung kamu ya di pohon?"

"Emangnya aku apaan main di gantung aja, aku bukan jemuran loh ya yang bisa langsung digantung"
Jaemin menatap Xiyeon dari sudut matanya, tangannya meraba saku celananya. Permen yang sengaja ia simpan masih ada. Anak itu tersenyum dan buru-buru membuka bungkus plastik permen berwarna merah, jika saja Xiyeon tidak keburu merebut permen itu.
"Bagus, udah mulai diem-diem kayak tadi ya?"

"Ma..gigi aku udah gak sakit tau"

Ingin rasanya Xiyeon meminta dokter tadi mencabut saja gigi Jaemin agar anak itu menangis keras. Bisa darah tinggi menghadapi Jaemin yang sudah dalam mode menyebalkan seperti ini.
"Ma..mau es krim? Mau jelly? Mau lollipop? Mau-"

"Ngomong lagi mama tinggalin kamu disini, pulang sendiri jalan kaki sana"

***

"Jangan sampe dia makan yang manis kayak permen atau es krim loh ya? Inget"
Renjun mengangguk, hari ini rencananya mau menemani Jaemin dirumah selama Xiyeon kerja. Wanita itu cerewet sekali sambil menyembunyikan makanan-makanan manis yang pasti Jaemin tidak tau tempatnya.
"Jangan lemah sama godaan dia, pokoknya jangan sampe giginya sakit lagi"

"Oke siap!"

"Baik-baik dirumah ya, makasih udah mau jagain Jaemin"Renjun mengangguk. Setelah Xiyeon pergi Renjun segera menyusul Jaemin yang tadi mengajaknya bermain game.
Tapi Jaemin tidak ada, hanya televisi yang sudah menampilkan game yang akan mereka mainkan tanpa adanya sang pemain utama.
"Na?"

Renjun melirik kamar Jaemin yang sedikit terbuka. Matanya membulat melihat Jaemin yang kini memegangi pipinya sembari terus meringis, bahkan matanya berkaca-kaca.
"Kamu kenapa?! Ya Tuhan Na Jaemin!"

Jaemin meneguk ludahnya. Sial, dia tertangkap basah.
Renjun mengangkat bungkusan permen kehadapan Jaemin, meminta penjelasan anak itu. "Hehehe....he.."

"Bilang mama kamu loh ya?"

"Ish! Jangan..aw..jangan dong, gak setia kawan"Jaemin mengusap-usap pipinya, masih ada rasa sakitnya.
Renjun memijat pangkal hidungnya, ternyata Jeno benar. Jaemin lebih menyebalkan lagi sekarang.
"Udah kayak paman kamu aja..ayo periksa lagi. Nanti aku minta dokternya cabut gigi kamu"

***

"Udah dibilangin kalau lagi sakit gigi gak usah macem-macem. Gak mau dengerin mama kamu ya?!"

"Papa marah-marah ah..gak suka.. anaknya lagi sakit masa dimarahin terus.."

"Bukan marah, cuma ngasih tau. Kalau kata mama gak ya nurut, itu juga buat kamu. Papa gak suka ah kalau kamu gak nurut sama papa atau mama terus malah ngomel kayak gitu."

"Ya gak usah marah juga kan? Ngomong baik-baik aja kenapa harus marah?"

"Terserah kamu lah"

Jaemin terkejut begitu Jeno memutuskan telponnya begitu saja. Ada rasa takut yang mulai mengganggunya sekarang. Ia memberanikan diri untuk menelpon Jeno lagi namun pria itu tidak menjawabnya, bahkan sempat menolak panggilan.
Renjun mengintip dari ambang pintu,  Jaemin sama persis seperti saat dulu membujuk Jeno karena dirinya yang tidak mau mendengarkan sang kakak.

"Jaemin?"

"P-pinjem bentar lagi..kak"Renjun menatap punggung Jaemin, suara anak itu mulai bergetar seakan ingin menangis sambil terus berusaha menghubungi Jeno.

"Apa?"

"Maaf.."
Dari seberang sana Jeno tertegun. Tadi sengaja ia menolak panggilan itu untuk sedikit memberi hukuman padanya. Tadi beberapa kali ia tidak mengangkat telpon karena Jeno harus mengurus sesuatu sebentar tapi Jaemin bahkan sudah meneleponnya hampir delapan kali.
"Hm?"

"Nana jadi anak nakal..Nana minta maaf..Nana gak mau dengerin papa atau mama..Nana nakal gak nurut sama mama.."

"Tadi bilangnya kayak gitu ke papa, bilangnya mau makan es krim. Gak mau dengerin mama atau papa, ya udah sana makan es krim. Gak usah nangis-nangis nanti kalau mama atau papa gak mau dengerin kamu"

"Gak mau..Nana mau dengerin mama sama papa aja..Nana gak akan beli es krim..Nana gak akan makan permen banyak-banyak lagi. Nana takut kalau papa marah, Nana gak mau papa diem seharian lagi karena Nana. Nana gak mau nanti papa pulangnya lama karena papa marah sama Nana."

"Terus?"

"Nana janji dengerin papa sama mama. Nurut sama papa sama mama. Nana minta maaf.. papa jangan kayak tadi lagi..Nana takut"

[]

Waw,
100 part gak tuh..
Masih panjang loh ya alur ceritanya:)

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang