50. Jeno jadi khawatir

1.2K 152 10
                                    

"ini bukan salahmu Jeno.. berhenti menyalahkan dirimu"
Jeno menggeleng, ia masih menangis sembari menggenggam tangan Jaemin. Kejadian tadi benar-benar membuatnya shock, apalagi saat melihat darah yang berasal dari lukanya. "Ini salahku..aku minta maaf..aku tidak menjaganya dengan baik"

"Lee Jeno! Na Jaemin tidak akan senang melihat ayahnya menyalahkan dirinya sendiri. Berhenti berkata seperti itu dan berhenti menangis..kamu mau lihat anakmu menangis lagi?"
Jeno perlahan mulai tenang, ia menyeka air matanya dan kembali memperhatikan Jaemin yang masih tertidur.
Walaupun sudah mulai tenang namun momen dimana Jaemin mengatakan jika itu sakit masih terngiang-ngiang, Membuatnya kembali memikirkannya lagi.
"Papa.."lirih Jaemin dalam tidurnya. Dia terlihat kelelahan.

"Kamu berlari dari sekolah kesini?"

"Aku tidak mau melihatnya kesakitan lebih lama.. melihat dokter mengobatinya saja membuatku murka"Aku Jeno karena memang ia juga kesal. Bisa-bisanya membuat Jaemin semakin kesakitan.
"Kamu belum makan, makan dulu"

"Tidak terimakasih..mau menunggu Jaemin saja"
Xiyeon menatap Jeno dingin, masih sempat-sempatnya menggunakan nada formal padanya.
"Makan atau aku suruh kamu pulang?"

***

"Lihat, paman echan beliin Nana bola loh..senyum dong.."Haechan mendesah pelan, mulai putus asa membuat Jaemin tersenyum. Anak itu hanya menatapnya dengan matanya yang membengkak.
"Papa.."

"Papa lagi dikamar mandi, sebentar dulu. Nana sama paman echan dulu sebentar ya?"
Jaemin mulai gelisah, matanya kembali berlinang dan nafasnya memburu. "Lee Jeno!"

Jeno yang baru saja keluar dari kamar mandi terkejut begitu Haechan meneriakinya. Jika saja Jaemin tidak ada disini sudah dipastikan Haechan akan ditendang keluar dari sini. "Kenapa hm? Sakit lagi?"

"Mau pulang.."

"Tungguin mama dulu sebentar ya baru pulang"Jeno menggendong Jaemin yang hendak kembali menangis, sesekali meringis melihat perban di dahi Jaemin. "Papa ayo pulang.."

"Iya ayo pulang ya"Jeno membawa Jaemin keluar dari ruangan dengan Haechan yang mengekor dibelakang nya. "Sudah?"tanyanya pada Xiyeon yang langsung dibalas anggukan. Jeno melirik Jaemin yang tertidur, setelah bangun tidur tadi suhu tubuhnya naik. Kebiasaan Na Jaemin jika terluka, pasti akan demam hari itu juga ataupun esoknya.

"Yasudah, aku pulang ya? Hati-hati dijalan.."Haechan melirik Jaemin sebentar lalu pergi menuju mobilnya setelah memasukkan bola yang ia beli untuk Jaemin ke dalam mobil. Bahkan saat masuk mobil pun Jeno ekstra hati-hati apalagi pada lukanya. Jantungnya masih belum bisa berdetak secara normal, mungkin jika Jaemin bangun ia akan sadar seberapa cepatnya jantung sang papa berdetak.
"Kayaknya keras jatuhnya, benar?"

Jeno mengendikan bahunya, tapi mungkin benar karena tadi Jaemin jatuh cukup keras. Entah bagaimana Jaemin bisa jatuh, sepatunya saja tidak ada talinya. "Jeno"

"Hm?"

"Jaemin baik-baik saja.. jangan khawatir lagi"

"A-aku sudah tidak khawatir.."

"Aku bisa merasakannya. Tenangkan dirimu, Jaemin juga tidak sampai dirawat di rumah sakit kan? Lukanya akan sembuh tenang saja. Tapi mungkin akan sedikit berbekas"
Jeno menyayangkan hal itu, bisa-bisanya ia membuat dahi Jaemin terdapat bekas luka. Jeno menyandarkan kepalanya ke kaca mobil, memperhatikan jalanan dengan tidak semangat. Xiyeon yakin Jeno akan kembali tidak masuk kerja besok.

***

Jeno tertidur dengan satu tangannya yang menahan tubuh Jaemin. Anaknya itu bisa tidur dalam berbagai posisi, namun lebih baik ia menghindari posisi yang membuat lukanya tertekan. Jeno begitu telaten memperhatikan Jaemin sejak sampai dirumah kemarin, saat memandikan Jaemin dia memastikan jika perbannya tidak terkena air. Menghiburnya kala Jaemin merasakan sakit lagi di dahinya. Tebakan Xiyeon juga benar, Jeno tidak masuk kerja hari ini. Bahkan tadi sempat Soo Kyung menelpon Jeno tentang rapat yang harus dihadiri nya. Mana mungkin wanita itu tega membangunkan kedua malaikatnya yang terlelap dalam tidurnya.

"Jeno..bangun..kamu harus sarapan dulu"
Jeno hanya mengerjapkan matanya tanpa berniat bangun, "aku harus pergi ke rumah sakit. Kalau sarapannya dingin hangatkan lagi saja"

"Baik.. hati-hati dijalan"ucapnya dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur. "Kalau ada apa-apa telpon ya?"

Xiyeon mengambil tasnya lalu keluar dari kamar. Ia pergi kerumah sakit diantar oleh supir, sebenarnya jam segini ia masih bisa berada dirumah namun karena ada jadwal operasi salah satu pasiennya maka ia harus datang lebih cepat dari biasanya. Xiyeon juga sudah menelpon sekolah dan mengatakan jika Jaemin izin tidak masuk sekolah selama dua hari. Demamnya semakin tinggi tengah malam tadi dan membuatnya mengigau.

Jam sepuluh Jeno baru bangun sementara Jaemin masih tertidur. Pria itu memilih untuk pergi ke dapur menghangatkan makanan dulu baru membangunkan Jaemin. Ia memandangi kertas yang ditempelkan di kulkas oleh Xiyeon,

-tidak perlu belanja, aku yang akan pergi. Masih ada beberapa makanan untuk makan siang nanti ya

Xiyeon

Jeno tersenyum kecil sembari meminum tehnya. Dihitung-hitung baru kali ini ia lama tidak ke kantor, tugasnya juga beberapa mulai menumpuk dan harus segera dikerjakan. Nasib baik karyawan-karyawan mau mengerti. "Na Jaemin..ayo bangun.."

Jaemin menggeliat sembari mencari bonekanya. Dia memeluk bonekanya dan kembali tertidur, mengabaikan Jeno yang terus mengganggunya untuk bangun tidur. "Na,bangun dulu. Kamu harus makan. Nanti boleh kok lanjutin tidurnya"

Jaemin mengangkat tangannya memberi kode agar Jeno menggendongnya. Mereka keluar dari kamar dengan Jaemin yang masih tertidur. Satu mangkuk bubur hangat sudah Jeno siapkan khusus untuk Jaemin, begitupun dengan segelas susu. Jarang-jarang Jaemin mau makan sebelum lewat jam dua belas tanpa minum susu. "Mau disuapin.."pintanya sembari mengeratkan pelukannya.

Jika sudah seperti ini Jeno tidak yakin bisa menyelesaikan pekerjaannya hari ini. "Kakek mau kesini, mau bawain Nana semangka. Nana mau?"

Jaemin mengangguk dan membuka mulutnya, menerima sesendok demi sesendok bubur yang Jeno berikan. Yoonji sering melakukan hal yang sama dengannya dulu, mengajaknya mengobrol sembari terus menyuapinya.
Jeno juga tidak suka sayur dulu. Namun Yoonji sering menyuapinya sembari mengajaknya mengobrol, mengalihkan perhatiannya jika itu adalah sayur. Makanannya pun lebih cepat habis. Seperti sekarang, satu mangkuk bubur kini sudah berpindah ke dalam perut Jaemin.
"Nana duduk sini ya? Papa mau makan dulu"

Jaemin memperhatikannya sembari meminum segelas susu yang ada di genggamannya. Papanya begitu lahap memakan makanannya, apa mungkin papanya ini tidak diberi makan oleh Xiyeon?
Tidak mungkin, mamanya bisa galak jika tau dirinya ataupun Jeno melewatkan jam makan.
Menurut Jaemin mamanya bisa dibilang aneh. Ia ingat saat tak sengaja menyenggol gelas hingga pecah, biasanya beberapa orangtua terkadang memarahi anaknya jika memecahkan sesuatu namun Xiyeon malah tersenyum dan mengatakan jika itu tidak apa-apa.
Bahkan saat Jaemin mendapatkan nilai yang menurutnya itu jelek, Xiyeon masih berkata jika dirinya hanya tengah belajar dan itu tidak apa-apa.

Tapi jika sudah bersangkutan dengan hal-hal seperti jam makan, kesehatan atau misalnya tidak menggunakan jaket saat udara dingin,
Xiyeon bisa berubah menjadi seekor singa yang diganggu tidurnya. Makanya Jaemin terkadang sering meminta makan lebih awal dibandingkan harus menunggu, bisa-bisa Xiyeon mengomel habis-habisan.

[]

He..
He..
Niatnya mau nambahin lagi sedikit, tapi nanti malah spoiler part berikutnya lagi:)

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang