Bagian 119

18.3K 3.2K 2.4K
                                    

SEBENARNYA nggak ada dresscode khusus untuk datang ke acara waliamatul 'urs kami. Orang mau datang pake warna apa aja terserah, yang penting tetap berpenampilan sopan. Khawatir kalau di tentukan dresscode semacam itu, orang yang nggak memiliki warna tersebut jadi memaksakan. Namun karena terlalu banyak yang bertanya soal dresscode dan kebetulan hari pernikahan itu bertepatan dengan hari Jum'at. Akhirnya gue jawab kalau dresscodenya warna putih. Entah itu mau broken white, putih tulang, putih bersih, putih gading, pokoknya warna putih. Warna netral yang berkemungkinan dimiliki semua orang.

Papa, Om Abi, Om, Adi, Tante Utami, Daffin, Mbak Indah beserta suami dan anaknya juga mengenakan pakaian berwarna putih. Keluarga gue dari Bogor, juga sudah datang dan menginap dari semalam. Melihat seluruh keluarga bisa kumpul bareng-bareng begini aja rasanya bahagia banget.

Kebanyakan yang laki-laki memilih menggunakan baju koko putih, biar setelah salat jum'at nanti bisa langsung berangkat tanpa perlu repot ganti baju lagi. Ya, akadnya memang akan dilangsungkan setelah salat Jum'at.

"Kamu lagi flu, Tha?" tanya Tante Utami ketika gue hendak masuk ke mobil. Gue nggak demam, juga nggak bersin-bersin atau batuk. Cuma hidung gue nggak bisa berhenti mengeluarkan air sejak pagi. Mungkin Tante Utami menyadarinya dari hidung gue yang agak memerah.

"Mas, ada tisu nggak di mobil? Aduh, ini kok calon pengantin malah tumbang begini. Kecapean kamu, Tha." Gue memang baru ke Bandung tadi malam, lebih dulu keluarga gue yang dari Bogor.

Untungnya di dalam mobil tersedia sekotak tisu yang bahkan belum di buka. Kayaknya perbedaan suhu yang signifikan antara Bandung sama Jakarta yang bikin gue langganan flu tiap pagi. Biasanya kalau udah siang, flunya berhenti. Namun entah kenapa hari ini hidung gue nggak bisa diajak kompromi. Tante Utami membukanya dan menyerahkan beberapa lembar ke gue.

Kami semua sampai di rumah Shafira sekitar pukul satu. Beberapa teman gue ada yang udah lebih dulu di sana, berencana menyaksikan akad. Melihat semua orang berpakaian serba putih membuat gue menyadari kalau pernikahan ini secara tidak langsung mengusung konsep Idul Adha. Pakaian serba putih dan diperingati dengan memotong kambing.

Akad dan acara lainnya akan dilangsungkan di halaman rumahnya Shafira yang lumayan luas, hijau, dan terawat. Tempat yang sudah seperti lapangan golf itu disulap sedemikian rupa. Saat itu penghulunya sudah ada dan Ustaz Harits yang gue minta untuk datang juga hadir.

Gue digiring langsung ke tempat eksekusi, duduk berhadapan dengan ayahnya Shafira di tempat yang sudah disediakan membuat jantung gue agak berdebar. Shafira tidak langsung di hadirkan saat itu, dia menunggu di dalam dan baru akan keluar setelah akadnya selesai.

Dibuka dengan doa, pembacaan ayat suci Al-Qur'an dan beberapa sambutan dari pihak keluarga gue yang diwakilkan oleh Om Adi, sebab Om Abi gemetar jika harus mewakilkan diri untuk berbicara di hadapan keluarganya Shafira. Perwakilan dari keluarganya Shafira yang diwakilkan oleh Ayahnya. Saat itu beberapa kata dari Pak Adam begitu membekas di ingatan gue.

"Hari ini... hari yang membahagiakan sekaligus menyedihkan untuk saya. Membahagiakan karena putri kecil saya akan menjemput takdirnya dan menyempurnakan separuh agamanya. Menyedihkan karena dalam beberapa menit lagi, tanggung jawabnya akan resmi berpindah dari tangan saya."

"Mungkin beberapa kalimat saya siang ini, akan saya tujukan dan khususkan untuk calon menantu saya, Nak Athaya. Perlu kamu ketahui... Shafira adalah permata hidup satu-satunya yang saya miliki. Anugrah dan rizki paling mulia yang ibunya hadirkan dalam hidup saya, kala dunia ini begitu menyulitkan."

"Dia putri saya... penyejuk hati saya, penerus saya... pelipur lara saya, dan sayalah cinta pertamanya sejak matanya mampu menatap. Ketika dia tahu bahwa seorang anak perempuan membawa nama ayahnya, dia membawa seluruhnya dengan penuh hormat dan kemuliaan." Suara Pak Adam agak gemetar, membuat gue menunduk dalam.

ATHA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang