LinkedIn, adalah salah satu platform untuk kepentingan bisnis dan karir profesional, atau bisa gue bilang salah satu situs untuk stalking orang-orang yang berkarir, apapun profesinya. Kebanyakan platform ini dipakai oleh para fresh graduate, job seekers, atau mahasiswa yang sedang mempersiapkan karirnya. Namun jangan salah, orang sekelas Nadiem Makarim, Founder dan CEO PT Go-Jek Indonesia aja punya akun LinkedIn. Lo tinggal search nama lengkap orangnya di google dan biasanya akan muncul paling atas. Ya, walau nggak banyak yang bisa lo dapet dari website serius macam begini. Paling-paling riwayat pendidikan, experience, tempat kerja, sama prestasi.
Bokap gue—Andreas Yudistira Adyatama—juga cukup terkenal di LinkedIn, jaringan relasinya banyak. Prestasi sama pengalaman juga kayaknya kalau di bikin CV lima halaman masih nggak cukup. Orang-orang yang berkutat di bidang bisnis dan properti pasti mengenal nama Andreas Yudistira Adyatama. Soalnya bokap sering nulis buku, yang kadang teorinya dijadikan referensi di berbagai penelitian.
Beberapa kali gue juga dapet notif kalau bokap mengunjungi profil LinkedIn gue. Yes, that's an important thing needs to be underlined. Orang yang punya akun, bisa tahu siapa aja yang mengunjungi profil LinkedIn-nya. Jadi kalau tujuan utama lo buka website tersebut buat stalking, usahakan jangan log in atau masuk browser sebagai guest. Biar nggak ketahuan.
Ternyata rasa penasaran gue belum berakhir. Gue mengetikkan nama yang sempat disampaikan Abyan di makan siang beberapa waktu lalu. "Muhammad Rafif Alvarazel," dan—tada. Nama dan fotonya langsung muncul paling atas. Foto formal tentu saja. Gue juga nemu instagram orangnya, tapi akunnya di private.
Seperti yang Abyan bilang, dia S1 udah langsung di Harvard. Sempat magang sambil kuliah, dan langsung bekerja di perusahaan milik keluarganya setelah pendidikan magisternya selesai. Seperti dugaan gue sebelumnya, dia nggak langsung tiba-tiba di posisinya sekarang sebagai Presiden Direktur. Jalannya nggak akan segampang dan semulus itu. Dia juga sempat menempati posisi-posisi lain sebelumnya. Bahkan sempat magang di perusahaan lain pas masih kuliah.
Pengalaman dan prestasinya cukup memukau, terlihat dari profil LinkedIn-nya yang profesional. Kalau soal penampilannya...
Orang kadang sering kelihatan beda antara di foto sama aslinya. Kalau dari foto sih gue rasa nggak lebih keren dari gue, atau mungkin karena fotonya formal kali ya. Banyak orang yang difotonya biasa aja, padahal aslinya cakep banget.
Gue yakin parameter Shafira dalam menyukai lawan jenis bukan cuma cakep doang, bukan juga riwayat pendidikan atau pekerjaan doang. Dua aspek itu sih Dipta jelas lebih bagus menurut gue. Gue jadi penasaran karakter orang bernama Rafif Alvarazel ini seperti apa aslinya. Abyan juga kelihatan sama sekali nggak tahu soal Shafira mengidap PTSD. Sebelum berpisah dia beberapa kali bahas soal transportasi pake kereta buat event-nya.
"Ngapain juga gue kepikiran sejauh itu." Gue menghela nafas sambil menutup tampilan LinkedIn milik pria bernama Rafif tersebut.
Bersamaan dengan berakhirnya masa kepo gue, satu notif pesan masuk ke ponsel, disertai dua panggilan tak terjawab yang sengaja dilakukan si penelepon supaya gue segera merespon pesannya. Awalnya gue abaikan, sampai pop up pesannya sekilas menunjukan nama Vian.
Vian mengirimkan dua foto hasil screenshoot, yang satu foto perempuan, dan yang satu lagi berisikan foto chat antara dirinya dengan perempuan tersebut. Nggak butuh waktu lama untuk gue mengenali siapa perempuan tersebut, hingga membuat gue kontan memilih menu panggil.
"Darimana lo dapet foto itu?!" tanya gue spontan.
"Ya dari dating apps lah, lo nggak liat itu hasil screenshoot," katanya gampang.
"Kenapa? Syok, tahu adek lo main dating apps? Sama, gue juga syok tahu adik lo perempuan." Masalahnya gue nggak pernah cerita soal Sheina ke teman-teman gue, bahkan gue mengaku adik gue laki-laki.
Gue mendadak pening mendengar itu, bukan karena Vian match sama adik gue di aplikasi. Lebih ke pening karena bisa-bisanya Sheina main dating apps. Bagaimana kalau dia berkenalan dengan sembarangan orang yang hanya akan memanfaatkan dirinya atau statusnya aja. Itu anak emang nggak pernah berpikir panjang kalau hendak melakukan sesuatu.
Gue memutuskan panggilannya tanpa menjawab lebih lanjut pertanyaan Vian, jari-jari gue langsung lincah tertuju untuk menghubungi satu nomer yang nggak pernah gue simpan. Baru dering pertama, orang yang di sebrang telepon sudah menjawab.
"Lo ngapain sih pake main dating apps segala? Masih sekolah juga, tutup akun sekarang!"
"Nggak usah telepon kalau cuma buat marah-marah."
"Lo nggak takut gue laporin semua ke Papa, huh?" Dia malah tertawa mendengar ancaman gue. Dulu gue nggak menemukan kesamaan apapun dengan Sheina, sekalipun kami memiliki ayah yang sama. Sekarang gue tahu kami sama-sama keras kepala.
"Memangnya sejak kapan lo mau ngobrol sama Papa? Laporin aja, Papa juga paling cuma telepon dan marah-marah juga. Lo tuh sama banget sama Papa, nggak bisa mengajak gue bicara kecuali pas gue bikin masalah.Apa salahnya gue main dating apps? Gue udah cukup dewasa untuk punya pacar dan untuk memutuskan apa yang mau gue lakukan. Nggak udah sok berperan sebagai orang dewasa di hidup gue, jijik!" Entah kenapa, perasaan gue selalu berantakan setiap Sheina mengatakan hal sekasar itu ke gue. Anehnya, gue juga nggak pernah mau melunakan ego untuk bicara atau memperlakukan dia baik-baik.
"Ini akan jadi panggilan terakhir, kalo memang itu yang lo mau." Gue menutup panggilannya. Pikiran gue berantakan, keluarga gue lebih berantakan. Sometimes no reaction is the better option.
__________
To be continued.
Iya tahu, bagian ini pendek banget. Inshaallah besok update lagi yap.
Yang nggak follow second account ig aku pada nggak tahu kenapa minggu lalu aku nggak update? Qodarullah, kemarin aku seminggu tumbang, sekalinya masuk dikejar-kejar laporan akhir PPL. Ya Allah, rasanya.
Info update aku kabarin di ig @amimomile, yuk di follow dulu yuk.
Make the Qur'an as the main reading.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHA ✔
Tâm linhTakdir tuh nggak kayak bisnis yang perencanaannya selalu lurus dan runut. Akan ada hambatan-hambatan, masalah, atau bahkan kegagalan. Oleh sebab itu perlu ada yang berperan sebagai problem solver. Wujudnya bisa berbentuk pemikiran, ide baru, prinsip...