PERENCANAAN gue meleset sangat jauh. Gue kira hujan hanya mengguyur Kota Jakarta saja, ternyata di beberapa kota lain turunnya lebih sadis lagi. Perjalanan Jakarta-Karawang yang awalnya gue perkirakan hanya berlangsung satu setengah jam menjadi dua jam, dan itu gue baru nyampe Bekasi.
Awalnya, perkiraan gue pukul 23.30 gue sudah bisa check in di hotel dan memiliki waktu istirahat hingga keesokan harinya sampai pukul sembilan pagi. Namun baru nyampe Bekasi, maps mendadak berwarna merah. Garisnya panjang dan tertulis peringatan di sana bahwa rute menuju Karawang mungkin terpengaruh oleh banjir di Kabupaten Bekasi.
Karena tubuh gue sudah benar-benar mencapai titik lelah setelah mengemudi dan bermacet ria hampir dua jam lamanya, gue memutuskan untuk menepikan mobil ke salah satu hotel yang gue lewati, masih di daerah Bekasi. Sepertinya akan lebih baik kalau perjalanan ke Karawang gue lanjutkan besok pagi, daripada tubuh gue tumbang sebelum waktunya.
Nikmatnya tempat tidur, akhirnya bisa gue rasakan setelah beberapa menit memarkirkan mobil, reserve sebuah kamar single room secara mendadak. Namun selalu saja insomnia menyapa gue, saat gue sudah selelah ini. Tubuh ingin istirahat, tapi mata enggak terpejam. Sungguh kondisi yang benar-benar menyiksa, karena keesokan harinya gue bakalan kesulitan bangun sebelum subuh.
Lagi-lagi gue membuka handphone dengan harapan benda itu bisa membuat gue cepat tertidur. Gue membuka akun Instagram dan username Nalea muncul paling awal di antara deretan story teman-teman gue yang lain. Entah Nalea yang memang tidak pernah membuat story selama ini, atau mungkin gue yang di hidden dari story-storynya.
Gue membuka story yang Nalea buat. Dia tengah duduk dikursi tunggu bandara dan memfotokan koper beserta paspornya, dengan tulisan Enjoy the holiday season! Seketika perkataan Daffin sebulan lalu langsung memanggil seluruh ingatan gue. Nalea akan pulang ke Indonesia liburan kali ini.
Sial! Bisa-bisanya gue lupa soal kepulangan Nalea. Story-nya sudah hampir dua puluh tiga jam yang lalu. Gue nggak tahu Nalea menggunakan maskapai penerbangan apa, berapa kali transit, dan berapa lama perjalanannya berlangsung hingga dia sampai di Indonesia. Gue mencoba me-reply story tersebut, meski tak yakin Nalea akan membukanya.
Atha:
Already in flight? Kapan landing di Soeta?Ajaibnya, DM gue dibalas saat itu juga. Mungkin dia sedang transit hingga bisa membalas DM gue secepat itu.
Nalea:
04.00 am. If it's not delayed.Atha:
I want to pick you up, but I'm on a business trip to Karawang. Can i have someone else do it?Nalea:
If you don't feel bothered.Atha:
Later! I hope you get home in one piece, Lea.Nalea:
Thanks a bunch.Bodohnya, setelah DM singkat itu gue ketiduran. Benar-benar terlelap selama kurang lebih tiga jam. Gue terbangun lagi pukul tiga pagi. Ketika mengecek handphone, tampilannya langsung DM tersebut. Padahal saat itu gue nggak mungkin minta Pak Iman yang jemput, mengingat dia sedang cuti.
Nggak mungkin juga gue tiba-tiba membatalkannya setelah gue yang menawarkannya pertama. Satu jam lagi, Nalea mungkin sudah mendarat di bandara Soekarno Hatta. Gue mencari nama di kontak yang mungkin bisa membantu gue saat ini.
Dipta dan Gema jelas nggak mungkin bisa gue andalkan. Kalau pun mereka masih bangun di jam tiga pagi ini, gue yakin mereka dalam kondisi setengah sadar. Vian nggak ada harapan, dia nggak akan mau jemput tunangan orang. Abyan apalagi. Satu-satunya nama yang bisa membantu gue saat ini hanya Shafira.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHA ✔
SpiritualTakdir tuh nggak kayak bisnis yang perencanaannya selalu lurus dan runut. Akan ada hambatan-hambatan, masalah, atau bahkan kegagalan. Oleh sebab itu perlu ada yang berperan sebagai problem solver. Wujudnya bisa berbentuk pemikiran, ide baru, prinsip...