SUDAH pukul sepuluh malam, pembicaraan Abyan dan Vian belum kunjung selesai. Sesekali gue menyimak kalau topik pembicaraan mereka yang cukup menarik perhatian. Sesekali juga, gue mengerjakan sesuatu yang lain. Kayak sekarang, gue malah mengeluarkan iPad, mengecek beberapa pekerjaan yang harus gue dahulukan besok, sebelum akhirnya kegiatan tersebut berlanjut pada mencari salah satu platform streaming berita terkini seputar bisnis di Indonesia.
Karena kami bertiga berdiskusi di salah satu resto, gue sampai memesan salmon tacoma lagi untuk kesekian kalinya. Makanan tadi magrib udah selesai dicerna perut. Sementara mereka berdua nggak memesan makanan berat lagi, karena terlalu fokus berdiskusi.
Sesuai dengan hipotesis yang gue buat, Abyan sangat cocok jadi konsultan untuk segala masalah yang lagi dihadapi Vian. Selain karena menurut gue satu-satunya orang yang lebih mengerti tentang Islam saat ini dalam hidup gue hanyalah Abyan. Dia juga tipe yang nggak akan to the point menasehati orang dengan hadis-hadis dan ayat. Pesannya sering kali lebih terdengar halus dan implisit.
Walau pada akhirnya gue merasa mempertemukan Abyan dengan Vian, seperti menyatukan antara surga dan neraka. Gue yang kena imbas panasnya, karena beberapa kali nasihat Abyan juga merasuk di pikiran gue.
Platform yang lagi gue tonton menayangkan salah satu program show yang ratingnya lumayan tinggi, sering mengundang orang-orang hebat dari berbagai sektor bisnis untuk ngobrol-ngobrol santai dengan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot. Program show ini ditayangkan dibeberapa negara asia sekaligus dengan tujuan untuk menginspirasi kaum muda yang lagi berkecimpung atau merintis bisnis juga.
Gue memasang earpods supaya diskusi Abyan dan Vian nggak terganggu.
"Anda ini sudah beberapa kali masuk kategori sepuluh orang terkaya menurut Forbes yang berasal dari Indonesia. Kita tahu biasanya nama-nama tersebut di isi oleh keluarga Hartono, kalau nggak miliader Pak Chairul Tanjung. Jarang yang tahu, kalau Pak Andreas ini berasal dari Indonesia, tokoh dan guru besar perihal properti yang juga jadi kebanggaan Indonesia, banyak menerbitkan buku dan masuk list orang terkaya menurut Forbes tadi. Bahkan menurut Forbes kekayaan anda mencapai 13,4 triliun. Gimana tanggapannya nih, Pak Andre?"
"Itu sih hitungan mereka, saya nggak perah menghitung aset saya satu persatu... biarkan orang Forbes sama orang pajak saja yang hitung, hahaha."
"Hahaha... Pak Andreas ini memang paling beda cara menghindari pertanyaan soal aset. Selama 62 tahun loh Pak, Nata Adyatama ini nggak pernah surut, dan perusahaan yang nggak pernah telat sekalipun menggaji karyawannya. Gimana Bapak bisa membangun Nata Adyatama ini?"
"Waduh, gimana ya mas. Kalau pertanyaan itu patutnya ditanyakan ke kakek saya. Dalam 62 tahun itu kami mengalami krisis berkali-kali. Dari berbagai krisis itu, kami mengambil pelajaran bahwa fokus itu menjadi pilihan yang tepat. Sejak tahun 1960 kami nggak berpaling ke bisnis lain. Setiap krisis justru menciptakan peluang."
"Maksudnya gimana tuh, Pak?"
"Waktu krisis 1997, kami justru banyak membeli tanah yang harganya murah. Nah, saat ekonomi recover, kami bangun gedung di atasanya, ini saatnya menjual."
"Wah, ternyata Nata Adyatama justru merubah krisis menjadi sebuah peluang. Ini yang menarik. Ada kabar Pak Andre ini berbisnis tanpa utang?"
"Dari dulu saya konservatif, Mas. Punya, tapi sangat minimal. Hati-hati dengan bunga Bank. Kalau pinjam dolarnya banyak, nanti nggak bisa bayar. Barang kali itu juga yang membuat Nata Adyatama bisa lolos dari krisis. Kalau bisa memang jangan berutang, kecuali sangat terpaksa. Itu pun harus dihitung cashflos-nya, karena utang harus dikembalikan. Bank dibutuhkan tapi cuma untuk bridging (pinjam sementara) dan kepepet aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHA ✔
EspiritualTakdir tuh nggak kayak bisnis yang perencanaannya selalu lurus dan runut. Akan ada hambatan-hambatan, masalah, atau bahkan kegagalan. Oleh sebab itu perlu ada yang berperan sebagai problem solver. Wujudnya bisa berbentuk pemikiran, ide baru, prinsip...