Adakalanya, kekayaan adalah kutukan. Kekayaan adalah penyakit. Kekayaan adalah masalah. Kekayaan adalah penjara dan monster yang menghancurkan hidup kita. Bahkan hari ini, mungkin, kekayaan adalah sumber terbesar ketidakbahagiaanmu. Kamu terpaksa hidup di lingkungan keluarga kaya raya. Tak punya pilihan lahir di dalamnya. Dan bagaikan merasa terkurung. Bahkan untuk sekedar berkata tidak pun hampir tak mungkin.
Ini adalah abad yang mengherankan, saat melihat keluarga kaya raya diisi dengan anak yang berpenyakitan secara mental (tubuh, pikiran, dan jiwa). Dan orangtua yang bisa dengan mudahnya selingkuh dan menyembunyikannya di depan anak-anak mereka. Bahkan orangtua kaya raya sekarang ini banyak yang tak beres secara kejiwaan, moral, dan kesetiaan. Saat para orangtua kaya raya hidup seperti itu. Anak-anak mereka kemungkinan besar akan mengikuti atau merasakan bahwa sebanyak apa pun kekayaan keluarga dan kemewahan yang dihamburkan. Ketidakbahagiaan masih terus berlangsung dan seolah selamanya.
Ada apa dengan kekayaan hari ini? Kenapa kekayaan malah membuat orang depresi, bunuh diri, dan sangat tak tenang? Apakah akhirnya kekayaan menjadi sumber masalah yang sangat mengerikan karena didapatkan dan digunakan dengan cara yang salah?
Kekayaan di tangan orang yang salah dan tak mampu dengan baik menggunakannya, akan menghasilkan sebuah keluarga yang tak bahagia. Atau keluarga yang sekedar berpura-pura bahagia.
Dewasa ini, mayoritas besar keluarga hari ini dibangun dan terdiri dari orang-orang berpenyakitan dan bermasalah. Saat keluarga inti dibangun oleh orang yang bermasalah sejak awal. Apa yang akan terjadi dengan anak pertama, kedua, dan seterusnya? Lalu, saat keluarga inti, yang terdiri dari ayah dan ibu atau mama dan papa sejatinya orang buruk dan melakukan hal-hal tak senonoh dan tak bisa ditolerir di belakang layar. Tambahan anak-anak yang depresi sejak awal, yang kesepian, yang merasa tak dimengerti dan seolah tak diberi kasih sayang yang memadai. Apakah kekayaan yang berlimpah akan membantu memperoleh kebahagiaan atau menjerumuskan seseorang dalam ketidakbahagiaan yang lebih besar?
Banyak orang begitu ingin kaya dan memandang kekayaan dengan perasaan takjub. Padahal, hari ini, tak banyak orang kaya bisa hidup bahagia. Bahkan sejak kecil, sebagian dari mereka diatur dan dididik dengan keras. Bahkan nyaris mirip robot yang diotak-atik dan diatur sesukanya. Logika berpikirnya dipersempit dan kebebasannya dibelenggu sedemikian besarnya. Apa yang dilihat publik di Instagram, di Youtobe, dan televisi atau dunia internet adalah kemewahan yang diseleksi. Seolah-olah mereka tampak berbahagia dengan mengunjungi berbagai macam tempat eksotis dan melakukan banyak pemotretan di tempat yang mewah dan gaya hidup yang mewah. Seolah-olah semua itu terlihat menyenangkan dan membahagiakan. Padahal, itu tak dilakukannya setiap hari. Saat setiap hari pun, biasanya itu menekan betapa memuakkannya kehidupan dirinya selama ini.
Di keluarga yang salah, kekayaan bisa bersifat traumatis, penuh ancaman dan teror, terasa membelenggu, tak ada kebebasan berpendapat, atau saat kebebasan berpendapat itu ada, banyak orangtua tak peduli atau tak bisa menanggapinya dengan benar. Hal yang hari ini kita saksikan adalah betapa berlimpahnya orang kaya yang tak bahagia. Terlebih mereka yang masih remaja-muda. Kekayaan membantu hidup mudah. Tapi anehnya tak membantu mereka bahagia.
Semuanya menjadi mudah dan terjangkau dengan kekayaan keluarga atau yang telah dihasilkannya sendiri. Tapi entah bagaimana, kekayaan besar di tangan, masih tak terjangkau bagi mereka.
Jika seluruh orang kaya dikumpulkan hari ini. Mereka mungkin akan berucap sama, bahwa mereka tak bahagia.
Lihatlah, banyak orang kaya membuat anak-anaknya berakhir menjadi pelacur, pecandu seks bebas (cinta kilat bukan atas dasar pasangan setia), pecandu alkohol, penyuka clubbing, dan sebagian besarnya juga berakhir dengan pemberontakkan dan di dalam keluarga dianggap sebagai liar. Mereka yang bisa menyesuaikan diri harus pandai beradaptasi layak kucing atau paling banyak, harus serupa anjing yang akan mengikuti semua yang tuannya perintahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2
Sachbücherpsikologi & psikoterapi buku kedua. karena buku pertama sudah penuh. maka perlu membuat buku selanjutnya. menceritakan psikologi dan psikoterapi dan apa yang harus dilakukan dalam keseharian yang penuh beban, dan apa yang memberati perasaan dan pik...