MENIKMATI 15

371 11 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

15 Agustus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


15 Agustus. Hari kelahiranku. Dan juga, hari di mana kelak aku ingin mati. Sore ini, aku keluar dari kamarku untuk sekedar menikmati Hokusai. Seorang diri. Seperti biasanya. Merasakan sejengkal gairah kehidupan yang sudah menjadi semakin hambar bagiku.

Tapi setidaknya, Hokusai mampu menenangkanku. Begitu juga seni.

Karya-karya Hokusai yang imajinatif, lembut, dan halus mampu membuat kekasaran dalam diriku sedikit cair. Angin sepoi-sepoi dari arah bersama deru kendaraan yang ada di bawah kakiku, membuatku semakin hanyut dalam cahaya yang perlahan pudar menuju senja.

Katedral Katolik yang ada di sisi Timur kian mengerucut pudar. Lampu-lampu menyala. Sesekali suara kereta terdengar di sebuah jalan dekat Malioboro ini. Aku menikmati membaca. Sesekali menyuapkan makanan ke mulutku. Mataku bergerak ke sana kemari. Merasakan getar angin yang kian memadat. Menikmati kesendirianku.

Selain Hokusai, aku juga membawa Hiroshige. Melihat-lihat isinya sebentar lalu kembali ke Hokusai.  Hokusai bagiku layaknya van Gogh yang lain.

Seniman itu berwatak agak sulit. Sering terlibat cekcok dan ketidakcocokan dengan sekitarnya. Atau orang yang harusnya bisa membantu karirnya. Pernah bertahun-tahun hidup dalam kemiskinan sampai akhirnya, di usia senjanya mendapatkan kemasyuran dari hasil kerja keras dan ketabahannya.

Orang tua gila yang menghasilkan begitu banyaknya karya seni dan capaian-capaian baru di masanya. Salah satu seniman Jepang masa lalu yang karya-karya begitu indah dan berefek menenangkan bagiku.

Hari ini, rasanya, hari kelahiranKu cukup menghibur. Setidaknya, aku tahu, aku pernah lahir. Entah untuk alasan apa. Merayakannya, seorang diri, seperti tengah menyiapkan suatu hari di mana tak akan ada lagi kelahiran-kelahiran baru lainnya.

PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang