HUJAN DAN TANGIS YANG DIMENGERTI DIRI SENDIRI

314 15 1
                                    

Saat hujan jatuh tiba-tiba di sepanjang jalan atau bergemericik di atas atap saat mata terantuk sepi di kamar rumah. Seseorang mungkin akan menarik ulang masa lalunya untuk kembali. Mengakarabinya. Mengembalikan yang telah hilang tepat di depan senyum yang diiringi mata yang berkaca-kaca.

Bagi beberapa orang tertentu, hujan yang jatuh mengekalkan kesepian yang memadat. Dari hari ke hari. Dari tahun ke tahun. Mengingatkan akan kenangan yang coba tak lagi di tengok akan seseorang yang pernah dekat.

Hujan, membawa orang yang dicintai masuk dalam kenangan yang berusaha ditolak tapi juga diingini.

Penyesalan. Rasa bersalah. Rindu. Dan cinta yang tak lagi bisa diucapkan.

Di sebuah kota besar yang berisi banyaknya manusia sakit. Kehilangan seseorang yang berharga rasanya seperti kehidupan yang berhenti seketika. Kematian yang masih hidup. Semua yang dipunyainya mendadak tak lagi menyenangkan. Saat hari demi hari berjuang lepas dari kenangan itu. Semuanya hanya karena kesalahan yang tolol. Pertengkaran kecil yang tak seharusnya berakhir dengan saling menjauh. Atau perselingkungan yang berakhir pada kehilangan yang awalnya tak yakin akan terjadi.

Hujan datang, membawa perasaan yang coba dikuatkan kembali runtuh. Memeluk diri sendiri. Membuka jendela apartemen atau memandangi hujan di dalam sebuah cafe yang tak seorang pun bisa diajak lagi untuk berbagi segalanya.

Kota yang mulai diliputi air, memunculkan rasa kosong yang begitu dingin dan menyayat. Saat butiran-butiran air mulai membasahi trotoar, pagar rumah, membuat genangan di cekungan jalan beraspal yang mulai rusak, dan jatuh di atas atap-atap dan dedaunan setiap pepohonan yang jumlahnya semakin menipis. Seseorang yang hidup di sebuah kota yang semakin menjauhkan orang-orang. Mungkin akan sedikit mendesah panjang atau berucap lirih perihal nama seseorang yang sudah tak lagi bisa dipeluk.

Rasa sakit yang mulai menyebar dan perasaan kosong yang kembali lagi. Membuat segala rutinitas yang sibuk, pekerjaan kantor yang menumpuk, penelitian yang selalu menghabiskan sisa hari, atau pelajaran di ruang kelas yang bagai tak ada habisnya. Menjadi tak lagi berarti. Saat hujan turun rintik-rintik atau tertiup oleh angin yang begitu keras. Perasaan terluka yang tadinya ditutupi oleh segala jenis kesibukan. Kini tak bisa lagi mempertahankan kekokohannya.

Saat hujan yang membawa lagi kenangan itu muncul. Sebuah kota yang tak memiliki hati hanya akan menambah rasa ngilu yang telah lama ditahan. Karena pada dasarnya, seseorang butuh orang lain yang dicintai untuk bertahan hidup dari ribuan atau jutaan pertemuan yang begitu singkat dan mudah berakhir.

Tanpa pasangan hidup yang menguatkan diri yang rapuh. Kota berakhir menjadi ruang kehidupan yang begitu hampa dan kosong.

Sebagian besar manusia sedikit bersabar dengan hidup yang menyedihkan dari kota yang begitu rakus akan penderitaan manusia, dikarenakan adanya pasangan hidup atau seseorang yang dicintai. Seorang pasangan yang menemani selama bertahun-tahun. Melewati masa-masa sulit. Dan membuat seseorang yakin, bahwa kehidupan masih pantas untuk dijalani.

Saat seseorang berada di situasi semacam itu. Hujan bisa menjadi lebih lembut, indah, dan menenangkan. Sambil memeluk orang yang dicintainya atau mendengar suaranya yang khas dari ujung yang jauh. Semua itu sudah cukup membuat suara hujan yang jatuh di luar menjadi begitu merindukan dan penuh perasaan manja.

Tapi, hujan akan berwarna lain dan tak lagi bersifat menghibur. Saat ikatan itu putus dan kesendirian ternyata terasa begitu kejam dan menakutkan.

Hujan yang jatuh di banyak sudut kota yang ditinggali. Membawa udara dingin nan sendu masuk ke dalam selimut yang tebal. Perasaan akan seseorang yang masih dicintai, menyeruak menjadi sebuah tangis.

Tangis yang hanya dirinya yang tahu. Menguat saat hujan datang, lagi dan lagi. Saat-saat seperti itu, kota yang ditinggalinya, yang membantunya menghasilkan uang dan menjadikannya orang yang berpendidikan. Tak lagi mencukupi. Segalanya begitu hampa tanpa seseorang yang biasa dikenalnya ada untuknya. Sampai akhirnya dia kelelahan, tangisnya mengering saat mimpi menghapus kesedihannya, dan hujan yang jatuh begitu derasnya, menyelimuti hari-harinya dengan kehilangan yang pada akhirnya hanya bisa disesalinya.

PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang