Ada yang menarik saat memasuki gereja. Terlebih, jika itu adalah katedral. Rasanya, seperti memasuki dunia di masa lalu. Yang megah, sejuk, menenangkan, dan banyak nyanyian.
Kursi-kursi yang tertata rapi. Orang-orang yang menunduk. Aura mendamaikan, yang sepertinya, membuat banyak penganut agama Kristen (Katolik, Protestan, dan lainnya), terlihat menikmati berada di gereja.
Banyak orang yang aku kenal, sangat menyukai gereja karena banyak nyanyian di sana, dan suasana yang memang menenangkan secara psikologis. Walaupun banyak yang nyaris tak tahu agamanya sendiri, melakukan hubungan seksual sebelum menikah, dan nyaris tak peduli dengan kitab suci dan ajaran keseharian kekristenan. Tapi, mereka menyukai gereja dan suasana yang mengelilinginya.
Berkumpul dengan teman-teman. Bercanda. Melirik lawan jenis. Mengenakan pakaian paling bagus untuk mengesankan orang-orang. Atau saling bersaing untuk sekedar menjadi Lektor.
Gereja bagi banyak orang, adakalnya nyaris tak identik dengan Tuhan dan segala perintah dan larangannya. Bagi banyak anak muda hari ini, gereja adalah tempat berkumpul dan melakukan banyak hal di masa muda. Siapa tahu, mendapatkan pasangan di situ. Atau, suasana layaknya abad pertengahan yang mengesankan. Banyaknya ritual dan acara yang megah. Itu sangatlah menarik tanpa harus mengeluarkan biaya sama sekali.
Terlebih, berada di katedral yang megah sangatlah mengagumkan. Arsitektur kuno yang mengesankan dan adakalanya diiringi dengan kesenian yang hanya bisa dilihat di buku-buku seni saja. Walaupun itu sangat identik dengan Katolik yang tak mau dianggap sebagai Kristen. Karena Kristen adalah Protestan. Dan orang-orang Protestan, bagi sebagian orang Katolik, dianggap lebih rendah. Apalagi, saat banyak ritual dihilangkan dan kesan modern masuk terlalu dalam. Ada beberapa orang tak menyukai. Begitu juga mereka yang Protestan, beberapa di antaranya tak menyukai banyak hal yang dilakukan oleh Katolik.
Hal-hal semacam itu adalah wajar. Saat aku dulu sangat tertarik dengan gereja Advent Ketujuh dan sering mengambil selebaran dan majalah Menara Pengawal karena Saksi Yehuwa yang begitu menarik. Aku sering membaca artikel dan tulisan yang seringkali begitu bebas, banyak ilmu pengetahuan baru di dalamnya, dan gratis. Terlebih, majalah itu seringkali memuat ilmu pengetahuan terbaru dan skeptisisme agama.
Hanya saja, bagi banyak orang, terlebih Saksi Yehuwa, dianggap sebagai ajaran sesat. Tapi konsepnya mengenai ajarannya mengenai Kristen tanpa neraka, alkohol, salib dan lainnya sangatlah menyenangkan.
Dulu aku mengumpulkan banyak buku mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan kekristenan. Dari mulai buku mengenai injil-injil paling indah yang pernah dibuat. Sampai Injil Yudas yang menimbulkan banyak hal di dalam kepala.
Yang paling tak menarik dari umat Kristiani Indonesia adalah mereka ogah jalan kaki saat ingin ke Gereja. Hal yang kini juga dilakukan oleh umat Islam yang ogah berjalan kaki. Setiap acara kebaktian, misa, atau acara besar apa pun. Selalu jalanan penuh dengan mobil dan kemacetan. Seolah, Tuhan telah mengajarkan umat Kristen untuk mencintai kemacetan.
Apakah kelak ke Surga harus membawa mobil yang mengganggu banyak orang itu?
Seandainya gereja sepi dari keberadaan mobil. Maka suasananya akan jauh lebih tenang, damai, dan mengesankan. Keberadaan mobil merusak kesan itu. Karena mengisyaratkan para umat yang kadang pamer, hidup instan, dan beragama yang lebih memuja ekonomi. Begitu banyaknya mobil di sekitaran Gereja, membuat ekonomi kadang terlihat jauh lebih penting dari pada Tuhan itu sendiri. Jalanan yang macet. Lebih mirip parkir mal atau konser musik dari pada rumah Tuhan.
Kadang, membayangkan mobil-mobil lenyap di kisaran Gereja, adalah kemustahilan. Karena agama instan telah mengepung gereja hari ini. Yah, tapi itu tak masalah. Karena itu urusan orang-orang Kristen itu sendiri.
Selain berada di dalam gereja itu menenangkan. Tak ubahnya saat di Vihara atau Masjid yang megah. Beberapa yang menarik adalah gaya pembacaan kitab suci yang kadang indah tapi kadang juga lucu.
Bagi siapa saja yang menyukai kesenian. Maka Gereja jauh lebih tepat didatangi dari pada Masjid. Dalam sejarah besar kesenian, banyak seniman yang sangat erat dengan kekristenan dan segala yang ada dalam Injil. Dari mulai arsitekturnya, patung-patungnya, sampai lukisan dinding dan segala macam pernak pernik. Tentunya, banyak tokoh terkenal dalam seni, yang paling mudah disebut adalah Leonardo da Vinci dan Michelangelo. Juga sangat dekat dengan penggambaran biblikal. Dan jumlah seniman semacam itu begitu banyaknya, dan mudah ditemukan di buku seni mana pun.
Di Masjid, susah untuk bisa menghargai kesenian kecuali beberapa kesan arsitektural yang bagus dan bercampur dengan banyak tradisi. Atau seni kaligrafi yang menarik. Tapi hanya itu. Dalam Islam, kesenian banyak dibenci. Itulah sebabnya, jika perihal seni, umat Kristen jauh lebih baik. Dan gereja lebih mengesankan dalam mengakomodasi itu.
Menikmati konser gratis sambil merasakan kesan arsitektural abad pertengahan. Rasanya, menikmati Katedral memang memberi kesan psikologis yang kuat. Tak heran, jika banyak orang Kristen sangat menyukai gereja walau mereka kadang juga tak peduli dengan agama itu sendiri.
Banyak hal dalam agama Kristen, asal tak dipikirkan secara dalam dan tak dianut secara serius. Memang menenangkan. Seperti halnya Islam yang dianut secara pragmatis dan hanya untuk kesenangan belaka. Itu juga menenangkan.
Hal yang paling aku sukai dari sebuah gereja, terlebih gereja Katedral adalah bunyi loncengnya yang jarang bisa ditemui di mana pun. Kesan itu, bagiku sendiri, sungguh sangat indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2
Non-Fictionpsikologi & psikoterapi buku kedua. karena buku pertama sudah penuh. maka perlu membuat buku selanjutnya. menceritakan psikologi dan psikoterapi dan apa yang harus dilakukan dalam keseharian yang penuh beban, dan apa yang memberati perasaan dan pik...