Kekayaan seringkali mengatur jenis pertemanan. Terlebih pertemanan yang timpang sebelah. Di mana salah satu pihak lebih, atau jauh lebih kaya dari yang lainnya. Jauh lebih berpengaruh, memiliki status sosial lebih tinggi, lebih tua dalam hal usia, dan menjadi pihak lebih dominan. Ini akan menjadi pertemanan, yang jika pihak yang nyaris tak memiliki apa-apa mencoba menjadi dirinya sendiri. Dia akan menjadi orang yang tersingkir.
Nyaris selalu menjadi orang yang tersingkir.
Dalam dunia sosial, orang yang berada di bawah akan selalu menunduk, baik secara moral maupun kebebasan diri. Posisi berada di bawah akan susah menjadi dirinya sendiri karena akan berbahaya bagi posisi kerjanya, keuangannya, kemudahan hidupnya, dan apa yang dia inginkan.
Itulah sebabnya, dalam psikologi keseharian, seseorang yang masih berada di bawah status sosial orang lain, setiap harinya hidupnya nyaris seperti budak. Demi mempertahankan citra diri, status sosial, kekayaan, nama baik, karir, prestasi, beasiswa, dan banyak lainnya. Orang rela menundukkan diri sedalam-dalamnya ke orang lain yang posisinya akan menentukan perjalanan hidupnya.
Pertemanan yang seperti itu, pertemanan yang tak setara atau pertemanan yang memiliki niat akan sesuatu, tak akan mudah untuk bisa menjadi diri sendiri. Seseorang akan lebih sering menutup mulut, membungkam pikirannya, dan jika tidak suka dengan cara, omongan, dan perilaku seseorang, dia harus tetap diam untuk tetap membuat pihak yang posisinya berada di atasnya tidak merasa tersinggung dan hidupnya sekedar menghindari bentrok yang bisa merugikannya.
Siapa pun yang mencoba untuk mempertahankan harga diri, kebebasan, dan kedirian dia, akan berakhir pada kemiskinan atau seandainya dia sudah kaya sejak awal, akan susah untuk masuk ke berbagai macam ruang sosial. Jika dia adalah seseorang yang tengah meniti karir dan kemapanan serta kesuksesan hidup hanya bisa didapatkan lewat kerja bukan harta warisan. Maka yang terjadi, dia harus menundukkan diri layaknya budak nyaris seumur hidup untuk mendapatkan posisi yang nyaman dalam kehidupan.
Bahkan sejak dia berada di dalam keluarga, saat dia bersikap dengan guru dan dosennya, saat dia bersama kolega bisnis, atasan, atau teman yang memiliki status penting yang bisa menaikkan posisi jabatannya, atau dia harus menunduk layaknya robot demi uang bulanan yang baru bisa keluar saat dia mengikuti prosedur penjinakan yang seperti biasanya.
Dalam pertemanan yang berkisar seperti itu, mencoba menjadi diri sendiri akan berakhir pada hilangnya kemudahan hidup. Menentang atasan atau menentang teman yang lebih kaya dan dengan mudahnya membiayai dia ini dan itu kalau sedang pergi. Maka, akan menghapus posisi kemudahan dan kenyamanan pertemanan yang bersifat menunduk.
Para penulis, sastrawan, politisi, pebisnis, dan banyak orang lainnya, memiliki lingkaran pertemanan yang saling membungkam mulut jika ingin menjadi lingkaran dalam dari orang-orang yang akan mendapatkan kemudahan akan banyak hal. Kemudahan yang orang luar tak mendapatkannya.Pertemanan yang menggantungkan diri pada kekayaan (status yang lebih tinggi) akan membuat posisi yang lebih lemah, nyaris tak memiliki posisi tawar apa pun. Bagi orang kaya, berkuasa, dan memiliki status tinggi, dia bisa membuang siapa pun atau berganti berteman dengan siapa pun. Jadi baginya, kehilangan satu teman yang tak setara, nyaris bukan hal yang perlu dipikirkan. Karena orang kaya dan berstatus tinggi itu tak memiliki kebutuhan atau ketergantungan dengan seseorang yang dekat dengannya itu. Sementara itu, orang yang tengah dekat dengan si kaya, akan berpikir ulang untuk melawan, membantah, atau bahkan beroposisi jika dia ingin makanan gratis, kemana-mana gratis, bisa masuk dalam lingkaran dalam orang-orang berpengaruh yang akan mempermudahkan hidupnya atau dia harus siap menunduk total demi mendapatkan jabatan, kerja, atau jaringan pertemanan yang akan menunjang karirnya kelak. Jika dia memilih menjadi seperti itu, dia akan berposisi sebagai budak yang disamarkan dalam kata pertemanan.
Kekayaan adalah hasil dari membelenggu dan memperbudak diri sendiri. Jika seseorang ingin meraih kekayaan dan kemapanan seperti yang lainnya, dia bisa mengikuti jalur mudah perbudakan diri dalam bentuk pertemanan atau relasi bisnis. Atau melewati jalur yang sulit di mana harga diri, kebebasan bersuara, berpikir, dan melakukan sesuatu yang sesuai keinginannya, masih bisa dilakukan.
Mempertahankan harga diri dan kebebasan dalam dunia semacam itu, sangat tak mudah. Sedikit orang yang mau melakukannya. Perjalanan meraih kekayaan akan sulit dan jauh lebih melelahkan. Lebih mudah menjadi budak dan membuang jauh apa itu harga diri. Orang-orang yang mencoba mempertahankan harga diri dan kebebasannya, akan dibuang, tak diterima, dihambat, dan susah masuk dalam lingkaran dalam pertemanan, di mana segala kemudahan ada di situ.
Dalam dunia pertemanan, kita masih bisa cukup setara saat masa kanak-kanak atau sekolah. Saat kita masih belum disibukkan untuk mencari uang sendiri dan berpikir tentang kemapanan dan kekayaan. Kita bisa membantah, menolak, bahkan sinis dan menolak keras pendapat atau pikiran dari teman sebaya atau sekelas (satu sekolah) karena tak ada unsur kepentingan di dalamnya. Tapi, dalam dunia sekolah pun, sedikit yang berani membantah guru. Demi nilai dan kelulusan, semua anak sekolah memperbudak diri mereka sendiri.
Awal perbudakan modern, atau apa yang aku sebagai perbudakan "lingkaran sosial" bisa dimulai dari orang tua yang posisinya nyaris seperti Tuhan. Sampai status 'bos' dalam lingkup pekerjaan yang harus dipatuhi layaknya Tuhan yang lain. Tuhan dan Tuan, adalah sisi kesamaan yang setiap hari dipratekkam dalam keseharian manusia.
Psikologi pertemanan, jika kita merunutnya, akan berakhir pada batasan memperbudak diri. Terlebih jika pertemanan berkaitan dengan kekayaan dan status lebih tinggi.
Pertemanan yang cukup setara dan bebas ada di antara orang-orang yang saling tak terlalu berkepentingan atau setara dalam kekayaan dan status sosial. Atau pertemanan dalam dunia maya yang tak saling mengenal. Atau pertemanan yang tak mengharuskan diri mempertahankan gaji, karir, beasiswa, komunitas, atau status sosial dan nama baik.
Hanya saja, pertemanan yang berkaitan dengan kekayaan dan ingin mencari hidup mudah dan mapan, akan nyaris selalu berakhir dengan perbudakan diri sendiri. Jika tidak melakukan itu, kekayaan akan menjauh. Karena menjadi kaya dan berteman dengan kekayaan, tak diijinkan untuk memiliki harga diri. Kecuali harga diri palsu setelah memperbudak diri nyaris seumur hidup.
Dalam dunia psikologi sosial, kita akan dengan mudahnya melihat kaitan antara pertemanan dan kekayaan itu mengalir dan terjadi. Di mana posisi yang lebih lemah, harus menunduk kepada posisi yang lebih tinggi. Baik itu berteman dengan guru, dosen, sastrawan senior, jurnalis senior, pengusaha, kolega bisnis, orang pemerintahan, atau rekan bisnis yang lebih kaya dan berpengaruh.
Dalam sikap menunduk dan memperbudak diri, maka status sosial yang lebih tinggi akan mudah didapat. Kemapanan, status sosial, dan kemudahan hidup juga berasal dari situ.
Saat kita melihat anak-anak remaja atau dewasa muda yang terlihat mewah dan penuh kebanggaan diri itu. Jauh di belakangnya, terdapat orang tuanya yang menjadi budak orang lain. Nyaris tanpa harga diri sama sekali. Dalam ketiadaan harga diri itu, demi mendapatkan kekayaan, orang lalu membangun harga diri semu dari kekayaan yang diperolehnya setelah perbudakan diri selama puluhan tahun.
Harga diri kebanyakan manusia berasal dari perbudakan diri yang tak diakui. Karena semakin kaya seseorang, semakin membudaklah dia demi mendapatkan kekayaan itu.
Saat kita melihat anak-anak kaya di sekolah dan kampus, yang tengah memamerkan kemewahan, mobil, dan gaya hidup berkelasnya. Kita juga tengah melihat perbudakan yang mengikuti kekayaan itu. Anak-anak itu tak pernah diajari melihat bagaimana pertemanan dan kekayaan berjalan dan berfungsi. Yang mereka tahu, hanya kekayaan dan uang yang langsung jadi. Sehingga, dengan penuh kebanggan diri, dia bisa memamerkan kekayaan orang tuanya tanpa merasa jijik, rendah diri, atau tak nyaman. Karena bagi banyak orang, kekayaan adalah status tinggi dalam dunia sosial. Padahal, awal mula kekayaan lahir dari relasi sosial dan pertemanan yang terus-menerus menghapus diri sendiri. Nyaris tak ada harga diri untuk hal semacam itu.
Pertemanan dan kekayaan, membuat banyak orang menjadi budak seumur hidup. Perbudakan diri yang tak pernah mau diakui setelah memiliki status dan kekayaan.
Dan di dunia ini, mengakui hal itu akan sangat sulit. Mempertahankan harga diri dan kebebasan, hanya berani dilakukan oleh sedikit orang. Sejauh ini, memang seperti itu.
Pertemanan dan kekayaan nyaris selalu berakhir dengan perbudakan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2
Non-Fictionpsikologi & psikoterapi buku kedua. karena buku pertama sudah penuh. maka perlu membuat buku selanjutnya. menceritakan psikologi dan psikoterapi dan apa yang harus dilakukan dalam keseharian yang penuh beban, dan apa yang memberati perasaan dan pik...