TERAPI BARANG (KARYA) BAJAKAN

211 5 0
                                    

Banyak penulis dan penerbit seringkali lantang jika berbicara perihal buku bajakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Banyak penulis dan penerbit seringkali lantang jika berbicara perihal buku bajakan. Tapi mereka lupa dunia keseharian mereka sendiri dan apa yang sering dikonsumsinya. Bisakah para penulis dan penerbit bisa total menghindari mengonsumsi gagasan dan karya bajakan? Anehnya, dulu, banyak dari mereka juga keranjingan mengonsumsi buku-buku bajakan. Kini, menyuarakan menghentikan pembajakan buku, di sebuah dunia yang saling menyalin dan membajak. Rasanya seperti pemaksaan satu sisi.

Hidup tanpa barang atau ide bajakan di abad ini sangatlah susah. Dari pemuka agama sampai para aktivis. 

Sialnya, mereka yang mengeluh akan aktivitas pembajakan yang sangat merugikan dan menghancurkan para pencinta dan pembuat, pastilah akan kesusahan menghindari hidup dengan membeli semua barang dan karya yang terlisensi dan memiliki hak cipta.

Kenapa orang-orang yang sadar bahwa mengonsumi barang bajakan itu merusak dan menghancurkan pihak produsen seringkali enggan dan tak peduli untuk melepaskan penggunaannya secara total?

Selain gratis dan murah. Mengonsumsi dan menikmati barang dan karya bajakan sangatlah mudah dan menyenangkan. Dari hari ke hari, kesenangan semacam itu terus berlanjut hingga berubah menjadi kestabilan dan terapi harian.

Mengonsumsi barang bajakan dan karya atau ide bajakan, telah menjadi terapi kebanyakan manusia modern. Menukarkannya dengan membeli secara mahal hampir semua hal yang asli, berhak cipta, dan berlisensi, orang-orang beragama dan yang mengatasnamakan kemanusiaan pun pasti sangat jarang yang mau menukarkan kebahagiaan mengonsumsi segala hal yang berbau bajakan. 

Terlebih, para mahasiswa yang membutuhkan buku dan lembar ilmiah penting pasti lebih memilih membajak sumber-sumber penting yang mereka rujuk dari pada membeli dan meminta ijin kepada yang memiliki.

Siapa yang rela jika semua komik atau manga akhirnya dilisensi dan harus membayar secara digital di internet? Apa yang terjadi jika tidak ada manga gratis, tidak ada musik mp3 gratis, tidak ada film dan video gratis, sampai tidak ada game atau aplikasi gratis karena semua terlisensi dan harus membayar? Siapa yang mau membayar mahal buku-buku asli impor atau buku lokal asli kecuali hanya mereka yang butuh dan menyukai buku?

Lalu bagaimana dengan kaos kita, sepatu kita, baterai handphone kita, charger kita, dan juga bahkan onderdil kendaraan dan celana dalam kita? Berapa biaya yang akan kita keluarkan setiap hari atau perbulan jika kita menghindari semua yang berbau ilegal dan pembajakan? Siapa yang mau, di abad ini, hidupnya bersih total dari mengonsumsi barang dan karya bajakan karena bermoral tinggi?

Sangat sulit. Pembajakan sangatlah merusak tapi orang-orang menyukainya. Karena mengonsumsi segala yang dibajak adalah terapi. 

Sebagai terapi yang menstabilkan banyak kejiwaan manusia modern. Pembajakan dibutuhkan untuk menenangkan jiwa gelisah orang-orang yang miskin, orang kaya yang malas mengeluarkan uang, orang beragama yang kehidupan kesehariannya tak beragama, para ateis yang tak humanis, para humanis yang tak mau mengeluarkan uang lebih untuk membeli buku, aktivis yang tak mau lebih miskin karena harus taat dan lebih berprinsip dalam menghargai segala yang berlisensi dan berhak cipta.

Kecanduan dan ketergantungan akan segala yang bajakan, yang biasanya berlangsung lama, memiliki efek yang menenangkan dan membahagiakan. 

Dengan keberadaan barang-barang dan karya-karya bajakan setiap harinya yang bergentayangan di situs jual beli online sampai yang ada di pasar tradisional. Membuat banyak orang bisa menyimpan uangnya untuk digunakan membeli dan melakukan aktivitas yang lain. Mengonsumsi begitu banyaknya karya-karya bajakan, dari mp3, anime, sampai manga dan film, telah membantu menghemat keuangan yang nantinya bisa digunakan untuk pergi ke cafe, menonton acara musik, hangout dengan pacar, membeli kondom dan memesan hotel, sampai berjalan-jalan dan banyak lainnya.

Bagi orang miskin atau tak banyak uang, barang bajakan dan karya yang dibajak secara terang-terangan, telah menyelamatkan kehidupan mereka yang membosankan dan serba susah. Bagi banyak orang, yang sadar atau tidak, efek psikologis yang menenangkan dari mengonsumsi barang bajakan begitu besarnya. Dan telah berubah menjadi terapi keseharian.

Keberadaan barang bajakan telah membantu menstabilkan emosi banyak orang. Menjaganya tetap stabil atau tak meledak karena masih ada hal-hal yang menghibur setiap harinya tanpa harus membeli dan berlangganan dengan uang.

Sebagai terapi yang sangat penting dan kebutuhan mewah yang murah bahkan gratis. Banyak orang tak rela jika yang gratis berubah menjadi membeli. Jika yang tak berlisensi dan gampang dilihat tiba-tiba dicabut hak tayang dan penggunaannya. Banyak orang akan berang dan tak rela.

Karena...

Tidak membayar itu enak. Yang gratis itu menggiurkan dan menenangkan. Tanpa perlu adanya tagihan itu adalah kedamaian. Dan hari ini, esok, dan masa depan yang jauh jika masih tetap gratis. Maka orang-orang tak perlu ketakutan tidak bisa menikmati dan mengonsumsi apa yang disuka dan diinginkan.

Dan yang lebih murah, bajakan, itu menghibur dan melegakan hati dari pada yang asli tapi mahalnya dua sampai sepuluh kali lipat.

Itulah sebabnya, mayoritas umat manusia lebih suka para produsen, pencipta, dan pembuat yang asli, sengsara dan mungkin bangkrut. Karena memilih barang dan karya asli hanya bisa dilakukan satu dan dua kali atau pada barang-barang tertentu saja. Itu pun tidak terjadi setiap waktu membeli dan menggunakan. 

Sisanya, segala yang berbau bajakan tetap hal yang utama.

Sebagai terapi keseharian. Segala yang berbau bajakan telah menjadi obat penenang. Baik bagi orang miskin yang tak peduli. Juga bagi orang kaya yang tidak peduli. Karena kesadaran dan kepedulian, seringkali juga membuat sakit. Maka, orang-orang memilih tidak peduli dengan derita para pembuat dan pecipta dan lebih memilih membajak karya mereka untuk kesenangan diri sendiri.

Dan itu terus berlanjut setiap harinya dan begitu sangat menyenangkan.

PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang