Hampir semua orang, pada akhirnya hidup hanya untuk bekerja. Hanya saja, ada yang mendapatkan penghasilan yang begitu banyaknya dari pekerjaan yang dilakukannya. Ada juga yang nyaris tak seberapa banyaknya.
Bekerja bisa menjadi kurungan, dunia yang monoton, lama kelamaan tak menyenangkan, membuat bosan, frustasi, kadang depresi. Terlebih jika gaji hanya di bawah 5 juta perbulan dengan jam kerja lebih dari delapan jam atau kadang hampir 12 jam lamanya. Dan, waktu libur hanya ada di sabtu dan minggu.
Uang 5 juta, akan juga habis dipotong oleh makan, bensin, biaya harian, kos, dan banyak lainnya. Yang tersisa perbulan hanya tinggal satu sampai dua juta atau tiga juta, bagi orang yang bisa mengirit dan tak banyak macam-macam.
Lima juga di tangan perseorangan dalam sebulan, bisa menjadi sangat banyak atau sedikit. Tergantung seseorang itu sendiri dalam mengelola keuangannya. Hanya saja, gaji lima juta untuk perorangan masih cukup dan layak.
Bagi yang tak bisa menjaga diri, uang lima juta habis tak bersisa. Bagi orang yang berkeluarga di tengah perkotaan, dengan dua anak dan satu istri yang tak bekerja, uang lima juta, rasanya mudah lenyap begitu saja.
Hasil kerja keras, peluh, rela lembur, pusing, mati-matian mempertahankan performa, begitu mudahnya habis dalam sekali waktu. Jika itu hanya sebulan atau setahun, tentunya tak begitu masalah. Tapi bertahun-tahun, sampai seumur hidup?
Apalagi gaji di bawah lima juta perbulan? Misal hanya satu sampai tiga juta saja, dan tidak hidup dengan orang tua. Jelaslah sangat sulit untuk bahkan sekedar menyimpan uang itu.
Jika berkaitan dengan gaji, orang lupa dengan keseharian manusia dan apa saja yang harus dibeli dan dirawatnya. Kecuali, seseorang mendapatkan uang antara lima ratus ribu sampai tiga juta rupiah, tapi tak terikat oleh apa pun. Maka uang bisa dengan mudah menumpuk dan bahkan sedikit yang terpakai jika seseorang itu pandai mengatur diri.Hanya saja, saat kamu bekerja untuk orang lain, terlebih di suasana kantor yang harus menjaga penampilan dan kondisi tubuh. Uang di bawah lima juta sebenarnya masalah besar jika itu terus-menerus dipertahankan. Bahkan lima juta saja, itu pun terlalu kecil. Apalagi bagi perempuan.
Gaji sebesar itu habis untuk biaya merawat tubuh agar penampilan luar terjaga dan tetap menyenangkan. Makan pagi. Acara yang tak terduga seperti hangout bersama kolega dan teman. Atau ketika mendadak lapar di malam hari. Makan siang, yang bukan dari biaya perusahaan atau tempat kerja. Dan habis hanya untuk sekedar makan setiap harinya dan berjalan ke beberapa tempat untuk menghibur diri.
Mereka yang hidup bersama keluarga, yang tempat tinggal, makan, dan lainnya masih ditanggung keluarga. Mungkin masih bisa menyimpan satu sampai dua juta perbulan. Bagi yang hidup sendiri, terlebih terbiasa hidup sebagai anak kota dengan gaya hidup kelas menengah atas. Gaji di bawah lima juta itu sulit. Sangat sulit. Atau malah bisa dibilang penurunan kualitas hidup.
Mempertahankan gaji lima juta atau di bawahnya selama bertahun-tahun, hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang tahan banting dengan kebosanan dan tipe manusia tak aneh-aneh. Karena itu adalah gaji yang terbatas. Tapi lima juta bagi orang yang tak terikat oleh apa pun, itu adalah nominal yang besar.
Alasan kenapa gaji lima juta itu kecil, karena seseorang harus bertahan tak tidur, tetap sehat dan bugar dalam kondisi kerja setiap harinya. Dia terikat dengan tempat kerjanya dan tak bisa bersenang-senang sebelum masa kerja dan tumpukan pekerjaan selesai. Harus patuh, diam, tak membantah, dan sadar diri bahwa dia harus bekerja maksimal agar tidak ditendang dengan mudah.
Bahkan seandainya kerjanya pun sangat santai dan tak menumpuk. Dia harus bertahan duduk di kantor dan ruang kerjanya setiap hari selama berjam-jam. Dia tak bisa pergi seenaknya sendiri untuk menikmati acara ini dan itu. Dunianya seketika menjadi begitu terbatas dan hanya ada di sabtu dan minggu saja. Atau hanya di saat sepulang bekerja.
Kenyataan dunia kerja sehari-hari tak selalu seindah yang diposting di Instagram dan media sosial lainnya. Ada momen menyenangkan tapi juga banyak momen bermasalah dan membosankan.
Momen membosankan dan monotonlah yang seringkali jarang dibicarakan.
Bekerja bagi orang yang menikmati pekerjaannya dan cocok dengan dunianya bisa menjadi sangat menantang, menggairahkan, dan menyenangkan. Tapi tak banyak yang bisa mendapatkan pekerjaan semacam itu. Yang terbanyak adalah pekerjaan yang memaksa kamu harus berada di situ nyaris seumur hidup. Melakukan pekerjaan yang sama setiap hari sampai kamu mati. Dengan gaji yang hanya bisa digunakan untuk membiayai dunia keseharianmu saja. Atau untuk sekedar mempertahankan keluarga kecilmu yang harus terus diasupi dengan uang dan uang.
Jika kamu saat ini masih mempertahankan gaji lima juta ke bawah selama lima sampai sepuluh tahun ke depan. Maka, duniamu nyaris tak akan kemana-mana. Orang yang ada di bawah sistem kerja orang lain dengan gaji hanya sebanyak itu, biasanya memiliki keseharian hidup yang terbatas.
Hidupnya akhirnya hanya berputar seperti ini. Hidup hanya untuk bangun di pagi hari. Bekerja di kantor sampai sore dan malam. Makan. Minum. Sesekali bercanda. Hangout. Ke cafe atau mal. Perawatan tubuh. Keluar kota sesekali atau sangat sering karena perusahaan membiayai tapi hanya sekedar itu. Liburan dan berwisata yang begitu jarang dilakukan. Mengurusi pekerjaan yang belum selesai. Dan tidur.
Apakah ini kehidupan manusia? Ya,semasa masih sekolah dan kuliah, seseorang belum banyak merasakannya karena yang melakukan kegiatan monoton itu adalah orangtuanya. Tapi suatu nanti, masa itu akan datang juga.
Bagi orang yang bisa melakukan ulangan semacam itu nyaris seumur hidup. Uang lima juta perbulan bisa digunakan untuk mempertahankan kehidupan mereka sampai mati. Banyak sekali yang hidup hanya untuk hal semacam itu. Sehingga arti bekerja adakalanya lebih mirip hanya untuk bertahan dari hidup dan tidak mati.
Masalah terbesarnya, adalah saat seseorang sudah mulai berkeluarga. Jika lima juta ke bawah saja terasa berat saat masih sendiri, apalagi saat sudah berkeluarga dengan banyak beban dan biaya lainnya? Itulah sebabnya, hampir semua orang tua kita, dari sejak kita bayi dan sekarang, mereka masih terus bekerja tiada henti. Seolah hidup mereka hanya dilahirkan untuk bekerja, bekerja, dan bekerja.
Pensiun menjadi momok bagi kehidupan manusia modern. Karena sekali tidak bisa bekerja, seluruh kualitas hidup langsung menurun. Kehidupan mendadak menjadi lebih suram.
Orangtua kita, dengan begitu mudahnya bisa kita pandang sebagai cerminan yang akan terjadi dengan kita suatu hari nanti. Suatu kehidupan yang terkurung oleh pekerjaan sampai mati.
Anehnya, itu juga terjadi dengan orang yang sudah kaya dengan gaji yang begitu berlimpah ruah. Pekerjaan dan uang telah mendomestifikasikan manusia menjadi makhluk yang enggan bebas dan tak lagi terbiasa dengan dunia di mana dia tak lagi bekerja dan menikmati kehidupannya sendiri.
Mungkin, alasan klasiknya, bekerja adalah cara lain untuk tidak kesepian, masih merasa dibutuhkan dan berguna, masih bisa bercanda dan bertemu orang-orang yang dikenal, dan tak terasing dari dunia yang sunyi setelah pensiun dengan uang yang melimpah.
Pekerjaan dan atmosfer yang melingkupinya, dipertahankan terus ada karena itu adalah terapi dari kegilaan dan kesendirian. Sekali pekerjaan itu berakhir, seseorang tidak siap untuk sendirian dan menikmati dunianya sendiri.
Mungkin, inilah salah satu alasan di mana banyak orang kaya, yang harusnya bisa pensiun dini dan menikmati kekayaannya sampai mati. Enggan untuk berhenti bekerja.
Itu orang kaya dengan penghasilan melimpah. Bagaimana dengan penghasilan pas-pasan?
Selesai kuliah, hanya untuk lima juta sampai mati? Dan bekerja dalam kemonotan tiada henti seperti itu. Suatu tindakan yang tak jauh berbeda dengan mesin dan robot?
Di dalam dunia pekerjaan, orang telah menjadi mesin dan robot. Harus tak memilki banyak keinginan. Harus menghapus perlahan kehendak bebasnya. Dan tak memberontak atau pun bosan dan mengeluh.
Itulah sebabnya, pekerjaan membuat seseorang tak lagi ingin banyak berpikir kecuali hidup, hidup, dan hidup terus ke depan. Setiap harinya.
Gaji seketika menjadi lebih mirip dengan Tuhan. Begitu menentukan dan sangat mengikat. Dan banyak orang lebih takut kehilangan pekerjaannya dari pada rasa kemanusiaan dan agamanya.
Karena gaji, sangat begitu pentingnya dalam dunia sehari-hari. Sehingga, membuat orang tetap bertahan dalam dunia semacam itu sampai entah kapan.
Gaji telah menaklukan umat manusia dan membuat mereka menjadi sangat jinak dan penurut.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2
Non-Fictionpsikologi & psikoterapi buku kedua. karena buku pertama sudah penuh. maka perlu membuat buku selanjutnya. menceritakan psikologi dan psikoterapi dan apa yang harus dilakukan dalam keseharian yang penuh beban, dan apa yang memberati perasaan dan pik...